Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. BALAIRUNG PENDOPO ISTANA - MALAM
Festival Galungan sedang berlangsung, mengisi udara dengan musik dan perayaan yang menggembirakan. Sari berdiri di tengah kerumunan, pandangannya beralih antara balairung yang semarak dan orang-orang di sekitarnya. Dia tampak gelisah, seolah mencari seseorang.
Dari kejauhan, Raja, Ratu, dan Putra Mahkota menikmati kemeriahan, tawa mereka menggema sepanjang malam. Ibu kandung Sari, Selir Lastika, duduk diam di samping Ratu Ratna, rasa bosannya terlihat jelas.
Pikiran Sari mengembara, menyadari bahwa keterampilan menarinya yang luar biasa pun akan luput dari perhatian Raja yang sedang asyik dengan putra kesayangannya. Frustrasi masih melekat dalam tatapannya.
Sementara itu, di pojok pendopo, Jaka bersandar santai pada sebuah pilar, matanya mengamati sekeliling. Dia menangkap tatapan Sari, dan percikan pengakuan muncul di antara mereka. Sari tersentak mendengar hubungan tak terduga itu.
Tiba-tiba sikap Jaka berubah dan ia pun sigap meninggalkan pendopo. Merasakan adanya peluang, Sari bangkit dari tempatnya dan mulai mengejarnya. Dia bergerak dengan tekad, melewati koridor labirin kompleks istana. Setelah beberapa kali berputar-putar, Jaka menghilang dari pandangannya.
Sari mempercepat langkahnya, bertekad mencapai tempat terakhir yang dilihatnya Jaka. Sebelum dia dapat mengambil langkah lain, sebuah tangan menariknya ke lorong yang remang-remang, meredam teriakan minta tolongnya. Ketakutan mengalir di nadinya saat mulutnyadibekap oleh pria tak dikenal di belakangnya.
PRIA MISTERIUS
Tenang, aku tak berniat buruk. Aku hanya ingin tahu mengapa kau mengamatiku, itu saja. Mengangguklah bila kau mengerti.
Sari, ragu-ragu tetapi tidak merasakan bahaya, mengangguk sebagai jawaban. Matanya menelusuri wajah pria itu, mencari tanda-tanda niat buruk.
PRIA MISTERIUS
Ayo kita cari tempat sepi dan nyaman. Aku akan jawab semua pertanyaanmu di sana. Tolong jangan bertindak bodoh.
Sekali lagi, Sari mengangguk, dan sumbatan di mulutnya pun mengendur. Dia menatap Jaka, terpikat oleh kehadirannya yang tenang dan penuh teka-teki.
Sari dan Jaka menjelajahi sudut-sudut tersembunyi istana, langkah kaki mereka menyatu dengan suara musik dan perayaan di kejauhan. Saat mereka menjelajah jauh ke dalam istana, rahasia yang mereka bawa mulai terkuak, menyiapkan panggung untuk pertemuan penting yang akan membentuk takdir mereka yang saling terkait.
CUT TO:
EXT. TAMAN ISTANA - SIANG
Sebuah oasis tersembunyi di dalam halaman istana, tamannya dipenuhi bunga-bunga cerah dan dedaunan yang subur. Sari dan Jaka berdiri saling berhadapan, dikelilingi ketenangan alam. Meski waspada, keduanya memancarkan rasa tenang, mata mereka bertemu dalam tarian rasa ingin tahu dan intrik. Jari-jari Sari mencengkeram kipasnya erat-erat, menunjukkan kekhawatirannya secara halus.
Jaka yang bertekad meredakan ketegangan, berbicara terlebih dahulu.
JAKA
Silakan bertanya.
Sikapnya tetap riang, tanpa kegelisahan apa pun.
Sari memanfaatkan kesempatan itu dan langsung membahas inti permasalahannya.
SARI
Siapa kau sebenarnya, I Nyoman Jaka? Kemunculanmu dan pembunuhan terhadap Raja tampaknya terlalu kebetulan.
JAKA
Aku paham maksudmu. Tapi sebelum aku menjawab, beritahu aku namamu, Tuan Putri.
Sari terengah-engah, sejenak melupakan ketenangannya.
SARI
Namaku Sari. Bagaimana kamu tahu aku Putri Raja?
Jaka mempertahankan ekspresi tenangnya.
JAKA
Pertama, kain batik yang kau pakai berwarna-warni, motif parangnya amat detil dan bervariasi. Hanya kaum bangsawan saja yang mengenakan batik seperti itu. Kedua, gaya bicara, sikap tubuh, dan kata-katamu itu luwes dan halus, tanda kau bangsawan berkasta tinggi. Ketiga...
Ada jeda di udara, memperkuat antisipasi Sari.
SARI
Apa yang ketiga?
Lanjut Jaka tak gentar.
JAKA
Dahimu berkerut saat kau melihat Raja dan Pangeran bercengkerama. Lagipula, bentuk mata dan raut wajahmu tak mirip Permaisuri, jadi kau pasti putri Selir Raja atau semacamnya.
Sari hanya diam, terpesona melihat ketajaman Jaka. Meski identitasnya diketahui di dalam istana, pengamatan cerdik Jaka dari jauh membuktikan bahwa dia bukanlah bajingan pasar biasa.
Jaka yang merasakan reaksi Sari pun melanjutkan.
JAKA
Kuanggap itu berarti 'ya'. Nah, jawaban dari pertanyaan pertamamu tadi, waktu itu memang aku berada di tempat dan saat yang tepat, yaitu di pasar saat prosesi Perayaan Galungan. Kalau aku punya rencana rahasia, aku tak akan mengorbankan orang lain.
Sari mengambil waktu sejenak untuk mencerna perkataan Jaka. Alasannya sejalan dengan refleksinya sendiri. Ketegangan yang mencekam hatinya mulai mereda, dan rasa lega menyelimuti dirinya. Raut wajah Jaka melembut, memancarkan kehangatan lembut seperti membelai kucing di pojokan yang nyaman.
SARI
Kata-katamu cukup masuk akal. Aku sendiri juga bertindak, melumpuhkan satu-dua orang pembunuh karena kebetulan berada di barisan keluarga kerajaan. Tapi, malah kau diberi penghargaan dan aku dilupakan. Jadi, aku iri padamu, maaf ya.
Senyum Jaka berseri penuh pengertian.
JAKA
Tak apa, Sari, maksudku, Tuan Putri. Kalau kau mau, kita bisa bicara lagi saat aku sedang tak bertugas. Punya teman sebaya di lingkungan istana yang serba kaku pasti menyenangkan.
Sari mengangguk penuh semangat, bersyukur atas kemungkinan persahabatan rahasia. Ini adalah penangguhan hukuman dari isolasi kandang berlapis emasnya, yang dikenal sebagai Astana Nusa.
CUT TO: