Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. BALAIRUNG ISTANA - MALAM
Malam itu semarak dengan kemeriahan di istana. Setelah seharian menjalankan tugas kerajaan, sang Raja kini dihibur dengan berbagai pertunjukan – nyanyian, musik gamelan, dan tarian. Malam ini giliran Sari yang memukau penonton. Dia berdiri dengan gugup di ruang depan balairung istana, beban cobaan sebelumnya menambah kecemasannya. Sari menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan sarafnya.
Untuk mengalihkan perhatiannya, Sari melihat ke ujung lain balairung. Di tengah kerumunan pejabat dan anggota keluarga, Raja Rainusa, Marakata, duduk anggun di kursi kayu berukir indah. Dia berusia tiga puluhan, dengan kumis dan janggut yang terpangkas rapi, dihiasi kain batik berwarna cerah yang disampirkan di bahu bidangnya. Ia bercakap-cakap dengan Ratu Ratna yang duduk di sampingnya, namun suara mereka tenggelam oleh gemerincing orkes gamelan gebyar yang riuh.
Beberapa saat kemudian, Marakata melambai ke ujung balairung. Hiruk pikuk gamelan pun langsung mereda, tergantikan oleh suara pembawa acara.
PEMBAWA ACARA
Tari Pendet, dibawakan oleh Rajni Sari.
Inilah saatnya. Sari melangkah maju dengan sigap namun anggun, kain songket panjang melilit kakinya. Dia menjaga pandangannya lurus ke depan, kepalanya terangkat tinggi, berhati-hati agar tidak mengganggu hiasan dan bunga yang menghiasi rambutnya atau mangkuk perak berisi daun kelapa yang ada di tangannya.
Saat penari itu menekuk lututnya untuk memberi hormat, Raja tetap diam, fokusnya hanya pada sosok di tengah balairung. Musik gamelan dimulai, dan Sari, sambil tersenyum manis, memulai tariannya. Setiap langkahnya, ia mengikuti irama gamelan berkecepatan sedang, menggoyangkan pinggul, menggoyangkan kepala, sambil memegang mangkuk dengan hati-hati. Gerakannya yang lincah, anggun, dan anggun memikat seluruh penonton di aula.
Tari Pendet merupakan upacara penyambutan dua Mahadewa, Sang Mahesa dan Sang Srisari yang turun ke alam fana, menetapkan Rainusa sebagai tanah suci di Antapada. Saat tarian mencapai klimaksnya, Sari mempercepat langkahnya, menebarkan bunga dari mangkuk perak saat dia melintasi halaman, bergoyang dan melirik ke kiri dan ke kanan.
Sari berbalik, condong ke kiri, mengaitkan jari-jari tangannya yang bebas. Gamelannya semakin keras dan tiba-tiba berhenti, menandakan berakhirnya tarian. Gadis itu kemudian menekuk lututnya dengan anggun, membungkuk lembut. Dia berdiri di tengah balairung, menunggu respon dari penonton. Ruangan menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Raja, menunggu reaksinya.
Sentuhan lembut di bahu Sari mengejutkannya, tapi dia menahan diri untuk tidak menoleh. Suara Raja, yang nyaris berbisik, mencapai telinganya.
RAJA MARAKATA
Tarianmu tadi bagus, Sari. Semua gerakanmu sempurna tanpa sedikit pun cacat cela. Tapi topeng keindahan itu tak bisa menutupi perlakuanmu kepada Putra Mahkota selama ini.
Jantung Sari berdetak kencang. Dia merasakan sakit yang luar biasa karena dituduh oleh ayahnya sendiri. Mengapa dia tidak mendengar cerita dari sisinya sebelum memberikan penilaian? Lastika, yang berdiri di seberang balairung, tidak dapat mendengar bisikan Raja, meninggalkan Sari tanpa dukungan ibunya.
RAJA MARAKATA (LANJUTAN)
Seharusnya kau dihukum amat berat. Tapi karena Hari Galungan sudah dekat, kali ini kau kuberi ampun. Kalau kudengar kau bersikap keterlaluan lagi pada adikmu, kau dan ibumu akan diasingkan dari istana. Ingat itu, anakku.
Dengan bibir gemetar, Sari menjawab.
SARI
Baik, Ayahanda.
Raja Marakata kembali ke tempat duduknya, berdiri tegak dan bangga.
RAJA MARAKATA
Bergembiralah, hadirin sekalian! Karena kalian telah menyaksikan penampilan Rajni Sari, penari terbaik di negeri kita saat ini!
Seluruh pendopo balairung meledak dengan sorak-sorai dan tepuk tangan. Semua mata tertuju pada Sari yang melihat sekeliling dengan senyum cerah di wajahnya, meski jantungnya masih berdebar kencang. Ancaman ayahnya masih terus berlanjut dan sangat membebani dirinya.
Saat Sari melirik gugup ke arah ibunya, dia menyadari tatapan tajam Lastika tertuju pada sang Raja. Sari bertanya-tanya apa langkah ibunya selanjutnya.
CUT TO: