Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
EVERNA Rajni Sari - Putri Penyihir dari Pulau Dewata
Suka
Favorit
Bagikan
26. Ajnadewi - Bagian 1

EXT. DANAU TARUB - SIANG

 

Ni Dyah, sosok lemah namun berwibawa, melangkah maju memancarkan aura kekuasaan. Bahkan Taksaka, untuk menunjukkan rasa hormat, menoleh dan mengangguk ke arahnya. Namun, sikap Isyana yang tidak sopan terhadap Ni Dyah menunjukkan ada yang tidak beres.

 

Tak terpengaruh dengan sikap Isyana, Ni Dyah pun menghampiri wanita bersisik biru itu. Sebelum Isyana sempat bereaksi, Ni Dyah dengan sigap menusuk keningnya, tepat di sela-sela matanya, dengan jarinya. Serangannya tidak mematikan, namun menyebabkan Isyana tersandung dan pingsan, tidak bisa bergerak di tanah.

 

Taksaka bereaksi, suaranya dipenuhi keterkejutan dan kemarahan.

 

TAKSAKA

(sangat marah)

Isyana! Dasar...!

 

Namun Taksaka mengurungkan niatnya menyerang Ni Dyah dan bergegas menghampiri Isyana sambil memeluknya erat.

 

NI DYAH

(menenangkan)

Tenang, pasanganmu belum mati. Aku hanya membuka segel sihir Rangda yang mengaburkan pikirannya. Isyana akan segera sadar kembali.

 

Taksaka mengawasi Isyana dengan penuh perhatian. Dadanya naik turun, tubuhnya hangat.

 

NI DYAH

(dengan lembut)

Isyana mungkin akan tak sadarkan diri dan kehilangan kekuaannya untuk sementara waktu. Beritahukanlah apa yang terjadi setelah dia sadar lagi. Ia pasti akan marah padaku, tapi setidaknya dia akan bersikap baik kembali padamu, Taksaka.

 

TAKSAKA

(lega)

Kuharap begitu, Ni Dyah.

 

Taksaka membelai lembut pipi Isyana, lega melihatnya bernapas dengan tenang.

 

Tatapan Ni Dyah beralih ke Sari, wajah dan matanya dipenuhi rasa iba.

 

NI DYAH

(sapa Sari)

Nah, Sari, aku telah menduga Isyana akan menyulitkan kalian.

Karena itulah aku menguntit kalian sambil menyusuri tepi danau.

Karena kau ternyata tak cukup kuat untuk mengatasi Isyana sendirian, bahkan terjebak dalam situasi amat genting ini, terpaksa aku dan Taksaka turun tangan.

 

SARI

(ingin tahu)

Mengapa Nenek bertindak sejauh itu demi aku?

 

Ni Dyah berjalan mendekati Sari sambil membelai lembut rambut panjangnya.

 

NI DYAH

(dengan lembut)

Nanti kujelaskan seluruhnya bila ada kesempatan. Sekarang kau sebaiknya beristirahat. Biar kupulihkan lukamu.

 

Sari dengan lemah mengangguk, menemukan tempat di dekat pohon terdekat. Ni Dyah menggunakan sihirnya untuk menyembuhkan luka Sari sehingga menimbulkan rasa keakraban yang aneh di antara mereka. Ini adalah hubungan yang telah terjalin sejak pertemuan pertama mereka, namun tetap tersembunyi di bawah permukaan karena asumsi logis bahwa mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

 

Jaka, Nira, Tuba, Duhita, dan Giri si Manawa tiba di tepi danau tempat Sari berada. Jaka segera menghampirinya, merasa lega.

 

JAKA

(terima kasih)

Ah, syukurlah kau selamat! Maaf aku tak bisa membantumu.

 

SARI

(tersenyum)

Tidak apa-apa. Taksaka dan Ni Dyah tiba tepat pada waktunya. Begini, Isyana kini tak sadarkan diri setelah ditundukkan Ni Dyah. Semoga setelah Isyana sadar, kesalahpahaman di antara kami bisa terselesaikan.

 

Ekspresi tegang Jaka melembut melihat kondisi Isyana. Dia menghela nafas lega dan duduk di sebelah Sari. Darah dan keringat menutupi wajah dan tubuhnya, bukti pertarungan sengit yang ia lakukan melawan mutan ikan di Danau Tarub.

 

NI DYAH

(berlutut)

Ayo, biarkan aku menyembuhkan lukamu juga.

 

Ni Dyah meletakkan tangannya di atas luka Jaka, dan sihirnya mulai bekerja. Wajah pucat Jaka kembali memerah.

 

JAKA

(bersyukur)

Terima kasih Sesepuh, telah membantu kami dan merawat Sari.

 

NI DYAH

(tersenyum)

Wah, bisa saja kau. Sari, kau beruntung punya seseorang yang menyayangimu. Jangan lepaskan dia walau bagaimana pun.

 

Wajah Sari memerah karena malu.

 

Sari mengalihkan topik, penasaran dengan pengetahuan Ni Dyah tentang Leyak.

 

SARI

(penasaran)

Sepertinya Nenek tahu banyak tentang Leyak. Apakah Nenek termasuk...?

 

NI DYAH

(reflektif)

Ya, aku pernah menjadi Leyak. Atau setidaknya aku mencoba untuk menjadi penyihir sakti. Namun, bakatku terbatas pada sihir penyembuhan. Lagipula, prinsip Leyak tak cocok untukku.

 

JAKA

(heran)

Aku belum pernah dengar ada yang bisa jadi "mantan Leyak".

 

NI DYAH

(percaya diri)

Akulah orang pertama yang lolos dari nasib menjadi Leyak Sudra, yang terkutuk dengan mengerikan. Aku baru bisa meninggalkan Lembah Pohon Tengkorak setelah berjanji dengan Ratu Leyak.

 

SARI

(penasaran)

Perjanjian apa?

 

NI DYAH

(tegas)

Agar diizinkan meninggalkan Lembah Pohon Tengkorak, aku harus bersumpah untuk memenuhi tiga syarat Sang Ratu, dilarang membocorkan rahasia tentang Leyak pada orang luar. Dua, aku harus tinggal di sekitar Danau Tarub. Tiga, aku dilarang ikut campur, apalagi menghalangi urusan kaum Leyak. Satu kali saja melanggar, aku akan dikutuk menjadi Leyak Sudra!

 

SARI

(heran)

Itu sama saja dengan hukuman mati!

 

JAKA

(tertegun)

Jadi, tindakanmu menghilangkan sihir Leyak dari pikiran Isyana adalah pelanggaran sumpahmu.

 

NI DYAH

(percaya diri)

Ya, sudah telanjur. Andai pengorbananku dapat membuka jalan terbaik bagi semua, aku sama sekali tak keberatan.

 

Sari yang diliputi haru memeluk Ni Dyah dengan berlinang air mata. Tindakan sang penyembuh telah mengharukannya secara mendalam, membuatnya terdiam sesaat.

 

CUT TO:

 

 

EXT. DANAU TARUB - SIANG

 

Para pendekar, semuanya terluka dan memasang ekspresi muram, berkumpul di sekitar Ni Dyah, rasa frustrasi mereka terlihat jelas. Jaka dan Sari menjadi sasaran utama kemarahan mereka.

 

NI DYAH

(tegas)

Seperti yang kalian lihat dan alami, keseimbangan antara hitam dan putih di daerah ini sudah lama terganggu. Biang keladinya tak lain dan tak bukan adalah Ratu Leyak.

 

Taksaka menyela, mencoba menjelaskan situasinya.

 

TAKSAKA

(tegas)

Namun kedatangan Sari dan Jaka justru memulihkan keseimbangan.

 

Isyana menghela nafas, rasa frustrasinya terlihat jelas.

 

ISYANA

(mengundurkan diri)

Ya, aku merasa lebih tenang setelah terbebas dari sihir.

Tapi tetap saja, aku takkan biarkan siapa pun keluar-masuk lembah terkutuk itu dengan bebas.

 

Ni Dyah mengusulkan solusi potensial.

 

NI DYAH

(bernada)

Kalau begitu, biar para perempuan saja yang pergi ke Lembah Pohon Tengkorak. Para lelaki dapat berjaga-jaga di Danau Tarub dan baru bertindak bilamana diperlukan.

 

Protes Jaka, ingin menemani Sari.

 

JAKA

(bertekad)

Tapi aku sudah janji pada Sari...

 

Ni Dyah menyela, mencoba bertukar pikiran dengan Jaka.

 

NI DYAH

(memahami)

Aku tahu, namun kau harus mengerti Sari sudah rela menyabung nyawa demi bertemu ibunya. Jadi, keputusan Sari sajalah yang akan menentukan apakah perpisahan kalian ini hanya sebenar, lama, atau selamanya.

 

Taksaka ikut bersuara, mendesak Jaka untuk berjaga-jaga bersama mereka.

 

TAKSAKA

(meyakinkan)

Tetap bersama kami, berjaga-jaga. Jika Sari membutuhkanmu, dia tidak perlu mencari jauh-jauh.

 

Ni Dyah kembali pegang kendali.

 

 

NI DYAH

(tegas)

Pada akhirnya, semua tergantung pada mana yang lebih kuat dan lebih besar: cinta Sari padamu atau kasih sayangnya pada ibu kandungnya.

 

Ekspresi Jaka berubah tidak nyaman, tak mampu membalas tatapan Sari. Dia tidak yakin apakah Sari akan memilihnya, karena mereka baru saja memulai hubungan, sedangkan Sari telah bersama ibunya sejak lahir.

 

Sari, yang tetap diam, akhirnya angkat bicara, suaranya dipenuhi campuran rasa frustrasi dan tekad.

 

SARI

(marah)

Teganya kalian mengatur segalanya sebelum aku mengungkapkan pendapatku sendiri! Apa aku ini masih anak-anak yang akan menuruti apa pun keputusan orang dewasa? Aku akan menemui ibuku, tapi aku akan membawa serta Jaka. Akan kuperkenalkan dia pada Ibu. Kalau Ibu masih menganggapku anak kandungnya, dia pasti akan mendukung apa pun keputusanku.

 

Ni Dyah menyela, mencoba menjelaskan rumitnya situasi.

 

NI DYAH

(dengan tenang)

Tak semudah itu, Sari. Kau harus paham para Leyak itu berpandangan sempit dan agresif, mereka hanya mengutamakan dan menghargai kebebasan mereka sendiri dan cenderung menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa pun yang mereka inginkan.

Mereka takkan sudi bertoleransi apalagi pada kaum lelaki.

Karena itulah aku memutuskan pergi dari lembah Leyak.

 

Sari membentak orang yang lebih tua, rasa frustrasinya terlihat jelas.

 

SARI

(tegas)

Aku tahu! Namun jika kita tak bertindak untuk mengubah mereka, situasi ini takkan berubah dan akan terus berputar seperti lingkaran setan! Akhirnya bendungan keseimbangan antara kekuatan hitam dan putih akan bobol dan bencana akan melanda seluruh Rainusa, seperti letusan Gunung Idharma yang terakhir!

 

Isyana menantang Sari, skeptisisme menghantui kata-katanya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar