Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. JALUR HUTAN - LEMBAH POHON TENGKORAK - SIANG
Tekad Jaka tak mengenal batas saat ia berlari melintasi hutan, beban Ajnadewi dan Gada Hanomanji membebani punggungnya. Dia menolak untuk menyerah, didorong oleh urgensi misinya.
JAKA
(gigi terkatup)
Aku tak peduli dengan hitungannya.
Kita tidak bisa berhenti sekarang.
Kekhawatiran Ajnadewi terlihat jelas saat ia terkesiap melihat keadaan Jaka yang terluka.
AJNADEWI
(khawatir)
Jaka, lukamu...!
JAKA
(meyakinkan)
Tak apa, Nek. Aku masih sanggup!
Tegas Ajnadewi, mengetahui parahnya kondisi Jaka.
AJNADEWI
(dengan tegas)
Turunkan aku di sini, Nak! Setidaknya kau dan Duhita harus selamat! Lalu kalian pergilah ke Danurah untuk memperingatkan Rainusa tentang bahaya ini!
JAKA
(meyakinkan)
Aku masih sanggup!
Tekad Jaka semakin menguat menghadapi permohonan Ajnadewi. Dia mendorong dirinya lebih keras lagi, meskipun darah segar tumpah dari mulutnya, luka-lukanya semakin parah.
Jaka dan Ajnadewi menjelajahi desa yang dipenuhi Leyak, keheningan mencekam menonjolkan tatapan mengancam dari para Leyak, menyerupai hewan predator yang siap menerkam. Duhita yang sudah terbang mencari bantuan teman-temannya di Danau Tarub.
Saat Jaka menjelajah lebih jauh ke dalam hutan, perintah dingin Calon Arang bergema di udara.
CALON ARANG
(V.O., suara menggelegar)
Sekarang! Kejar mereka, para saudariku!
Para Leyak mengindahkan panggilan Ratu mereka dan berlari mengejar Jaka, pengejaran mereka tiada henti.
Tekad Jaka mendorongnya untuk terus maju, beban tanggung jawab yang diembannya sangat berat.
Karena ada beberapa Leyak yang sengaja ditempatkan dekat tepi Danau Tarub hasil kecurangan Calon Arang, terpaksa Jaka terus lari sambil menghajar para Leyak pengejar. Tapi, Jaka dan akhirnya Ajnadewi sama-sama terluka luar-dalam. Hampir pasti mereka tidak akan bisa mencapai tepi Danau Tarub hidup-hidup.
Di saat kritis, seorang perempuan datang dan pasang badan, menepis sebagian besar serangan dan tembakan sihir dengan telapak tangannya.
Ajnadewi mengikuti dari belakang, memanggil aura pelindung tubuh berbahan dasar air untuk menangkis serangan api hitam Leyak.
JAKA
(terkejut tapi lega)
I-Isyana!
ISYANA
Lari cepat! Aku akan menjauhkan mereka!
AJNADEWI
(dengan gugup)
Hati-hati ya Isyana!
Jaka berlari dengan tekad yang tak tergoyahkan, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keselamatan Ajnadewi. Isyana, dengan kekuatan dan sihir berbasis airnya, mendukung pertahanan Jaka, menembakkan hujan jarum es untuk melumpuhkan para Leyak.
Bidikan tepat Isyana menemukan sasarannya, mengenai dada dan kepala tiga Leyak. Namun, kemarahan para Leyak semakin meningkat, penyihir mereka membalas dengan peningkatan kecepatan, volume, dan kekuatan dalam sihir api hitam mereka. Taruhannya semakin besar karena mereka menyadari Isyana tidak bisa diremehkan.
Pengejaran dan pertarungan magis semakin meningkat, mendorong Jaka dan Ajnadewi hingga batas kemampuan mereka. Tepat ketika rintangan tampaknya tidak dapat diatasi, Duhita dan ibunya, Nira, tiba, sabit angin mereka menebas Leyak dengan tepat dan kuat.
Leyak, yang jumlahnya bertambah banyak, melepaskan gelombang api hitam ke udara. Isyana, Nira, dan Duhita berjuang menghindari serangan gencar, serangan mereka semakin lama semakin tidak akurat.
Jaka dan Ajnadewi sampai di tepi Danau Tarub, rasa lega membanjiri wajah mereka saat melihat perahu masih bersandar di tepian. Jaka dengan sigap memasukkan Ajnadewi ke dalam perahu dan mendorongnya ke dalam air. Dia naik ke dalam, mengambil dayung, dan mulai mendayung.
Tiba-tiba, jeritan kesakitan menembus udara. Jaka mendongak melihat Nira terkena serangan Leyak. Duhita menyelam ke dalam danau, menyelamatkan nyawa ibunya.
Jantung Jaka berdebar kencang menyaksikan Isyana dengan gagah berani melawan gerombolan Leyak yang jumlahnya sangat banyak, sosok yang sendirian di tengah kekacauan.
JAKA
(permohonan)
Larilah bersama kami, Isyana!
ISYANA
(menentang)
Teruslah mendayung! Jangan memperlambat atau berhenti! Biarkan aku menahannya!
JAKA
(putus asa)
Jangan, Isyana!
ISYANA
(garang)
Jangan berdebat! Katakan pada Taksaka bahwa aku mencintainya. Dia satu-satunya di hatiku selama sisa hidupku!
JAKA
(sedih)
Isyana, bodoh! Cepat kemari!
Isyana tidak menghiraukan tangisan Jaka, tekadnya pantang menyerah. Dengan kecepatan yang mencengangkan, dia terjun ke perairan dalam danau, berubah menjadi ular naga air yang agung.
Makhluk perkasa itu melepaskan semburan air bertekanan tinggi ke arah pasukan Leyak, hanya untuk disambut dengan api hitam yang tak henti-hentinya, benturan kekuatan dan tekad.
Jaka mengalihkan pandangannya ke depan, tidak mampu menyaksikan pertempuran dahsyat yang terjadi. Air mata mengalir deras di mata Ajnadewi saat mereka duduk di perahu, suara pertempuran semakin memudar di kejauhan.
AJNADEWI
(bisikan)
Kami dan seluruh Rainusa akan mengingat pengorbanan dan kepahlawananmu, Isyana.
Gema pertempuran semakin redup hingga memudar sepenuhnya, hanya menyisakan ketenangan air danau yang biru.
FADE OUT.