Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. GUNUNG IDHARMA - LOKASI ERUPSI - SIANG
Rangda yang tadinya berjaya kini berdiri di tengah kekacauan, tawanya penuh sarkasme.
RANGDA
Ha ha ha! Aku telah menyingkirkan Barong, sang penjaga perkasa! Tanpa dia dan para Kecak, pasukan Rainusa takkan bisa menandingi pasukan Leyak-ku! Rainusa pasti jadi milikku!
Suara BANG yang tiba-tiba memekakkan telinga mengguncang udara, dan mata Rangda terbelalak kaget. Dia menatap gunung berapi Idharma yang sedang meletus, terpana oleh kekuatan alam yang bergelora di hadapannya. Debu panas dan bebatuan berputar-putar di udara, mengancam keberadaannya. Rangda secara naluriah mencoba memanfaatkan energi magisnya untuk melarikan diri, namun wujudnya kembali ke wujud perempuan biasa.
Jantung Rangda berdebar kencang saat ia berbalik dan berlari menuruni lereng gunung, lahar panas membara di belakangnya. Hewan-hewan yang terjebak di jalur kehancuran adalah korban malang dari bencana spontan ini.
Berlari dengan sisa tenaga yang tersisa, Rangda tersandung dahan pohon, terjatuh menuruni lereng hingga bertabrakan dengan batu besar. Dalam kesakitan, dia berjuang untuk bangkit, tapi tubuhnya menolak untuk patuh. Waktu semakin berlalu, dan tidak ada waktu untuk mengelak. Ratu Penyihir akan menemui ajalnya yang berapi-api.
Saat lava mendekat, beberapa sosok hitam muncul di hadapannya. Leyaks, penyihir ramping dan berambut panjang berpakaian seperti Rangda sendiri, membentuk garis pertahanan, menyulap energi magis gelap untuk melindunginya dari lahar mematikan. Rangda mengucek matanya, ketidakpercayaan terpampang di wajahnya. Ada lima Leyak yang tersisa, di antara kurang dari seratus orang yang melarikan diri dari medan perang.
LEYAK
Cepat lari, Sri Ratu!
RANGDA
TIDAK! Aku tidak akan meninggalkanmu! Ayo lari bersama, tak perlu menahan lahar! Ini perintah!
LEYAK
TIDAK! Nyawa Sri Ratu lebih penting daripada nyawa kami! Anda adalah harapan terakhir, pemersatu persaudaraan kita! Jangan sia-siakan pengorbanan kami!
Tragisnya, lava tersebut menerobos pertahanan magis para Leyak, menelan dan membakar tubuh mereka. Rangda berdiri membeku ketakutan, air mata berlinang. Dia mengerahkan setiap kekuatan dan berlari ke depan, menyerukan janjinya untuk menghormati pengorbanan mereka.
Dia berlari, tidak pernah melihat ke belakang, saat gelombang lava yang tak terhentikan mewujud sebagai Barong berbentuk singa raksasa, melahap segala yang dilewatinya. Bendungan energi magis runtuh sebelum kekuatannya, menerkam mereka yang menghalangi jalannya sampai luluh.
Rangda terus berlari, kakinya yang berlumuran darah mengancam akan menyerah saat dia menerobos hutan, mendekati kaki gunung. Akhirnya, karena kelelahan, dia ambruk.
Rangda menoleh ke belakang, lega karena lahar tidak lagi mengejarnya. Tapi saat dia bersiap untuk mengumpulkan energi untuk pulih, dia batuk darah. Pertanda buruk. Energi yang dikeluarkan dan esensi prana sejatinya telah lenyap, membuatnya terkuras habis.
Rangda menyadari besarnya kerugiannya. Dia merosot, memikirkan langkah selanjutnya.
RANGDA
Astaga, aku harus bagaimana? Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan energi dan memulihkan inti kekuatan sejatiku. Aku bukan lagi seorang penyihir. Kekuasaan Rangda telah dilucuti dariku. Banyak Leyak dan Kecak yang gugur. Aku sudah tak punya muka lagi untuk menemui saudari-saudariku yang masih hidup. Apa yang harus kulakukan?
Sedih karena kekalahannya di Idharma, Rangda terhuyung tanpa tujuan, rentan dalam kondisi lemahnya. Dia tiba di tepi sungai yang dangkal, pandangannya tertuju pada bayangannya di air jernih. Sebuah dorongan tiba-tiba muncul dalam dirinya, dan matanya melebar karena menyadari sesuatu.
RANGDA
Rupanya Sang Angkara sungguh baik padaku. Aku masih punya modal dan kesempatan untuk kembali bangkit dan menguasai negeri ini!
Barong sudah tersingkir, jadi aku bisa memulihkan kesaktian sambil memusatkan perhatian pada sasaran utama, takhta Rainusa!
(MONTAGE)Dengan tekad baru, Rangda muncul kembali sebagai dirinya yang sebenarnya—seorang wanita yang sangat cantik. Mengambil nama Ni Lastika, ia menjadi penari di istana raja di Danurah, ibu kota Rainusa.
Kecantikan Lastika memikat Putra Mahkota Marakata, yang meminta restu Ratu Ajnadewi untuk melamarnya. Meskipun Lastika tidak memiliki darah bangsawan, Ratu menyetujui pernikahan tersebut dengan satu syarat—Lastika tidak dapat menjadi Permaisuri selamanya.
Marakata dan Lastika menikah, dan persatuan mereka menghasilkan seorang putri, Ni Ayuning Sari. Ratu Ajnadewi turun tahta, menghilang ke dunia yang tidak diketahui, sementara Marakata naik ke tampuk kekuasaan. Ratna, istri kedua Marakata, menjadi Permaisuri, memenuhi keinginan ibunya.
Kecemburuan dan kebencian membara dalam diri Lastika saat Ratna melahirkan seorang putra, Ardani, yang segera diangkat menjadi Putra Mahkota. Takhta Rainusa semakin menjauh dari genggaman Lastika. Namun sebagai tuan rumah dan pewaris Rangda, dia mempunyai rencana licik, dengan sabar menunggu saat yang tepat ketika segalanya berjalan baik.
Rangda yang kalah namun tegas bergerak maju, takdirnya terkait dengan nasib Rainusa. Babak baru terkuak, kekuasaan dan tipu muslihat menari dalam permainan yang mematikan.
TITLE SCREEN
CUT TO: