Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sepenggal Kisah dari SMP (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
21. EPISODE 5 (69-72)

69.   EXT. Sekolah, pagi.

BEAT. Musik.

MAIN TITTLE: Sepenggal Kisah dari SMP (Episode 5)

ESTABLISH bangunan sekolah dan sekelilingnya.

LS lapangan basket, tampak penuh dengan orang.

INTERCUT TO beberapa siswa sedang mengobrol, mereka semua berpakaian bebas, tidak ada yang mengenakan seragam.

INTERCUT TO beberapa siswa sedang bermain basket di bawah ring.

INTERCUT TO beberapa siswa sedang berjalan di koridor didampingi orang tuanya.

INTERCUT sebuah kelas, tampak guru sedang berbicara dengan orang tua murid, di tangannya ada buku rapor.

INTERCUT ke kelas lainnya, juga sedang pembagian rapor.


CUT TO

 

70.   INT. Sekolah, ruang kelas, pagi.

LS ruang kelas, penuh dengan para orang tua murid.

CAMERA PAN TO Pak Steven yang berada di depan kelas, duduk di tempat duduk guru. Tampak dua orang dewasa, laki-laki dan perempuan, sedang duduk berhadapan dengan Pak Steven.


PAK STEVEN

(membuka rapor dan buku daftar catatan kehadiran) Saya ingin memberi tahu bahwa Adrian ini sering sekali tidak masuk sekolah.

 

Zoom in ke kedua orang tersebut. Tampak keduanya berpandang-pandangan.

 

AYAH ADRIAN (LAKI-LAKI, 41 TAHUN)
(terkejut)
Masa?
(lalu memandang wanita di sebelahnya)

 

IBU ADRIAN (PEREMPUAN, 38 TAHUN)
Adrian nggak pernah cerita apa-apa.

 

Pak Steven menyodorkan berkas daftar kehadirannya. Zoom in wajah Ibu Adrian yang terkejut.

 

IBU ADRIAN
(membaca catatan)
Masa iya dia bolos sebanyak ini?
(menengadah, kemudian menatap Ayah Adrian)

 

AYAH ADRIAN
Pasti ini ada kesalahan.

 

PAK STEVEN
(mengambil kembali catatan tersebut)
Ini ada …
(menghitung)
30 hari.

 

Ayah dan Ibu Adrian memelotot.

 

PAK STEVEN
Dan ini …
(kembali membaca catatan, dari atas ke bawah dengan cepat sambil menghitung)
ada sekitar 10 hari dia mengaku sakit.

 

AYAH ADRIAN
Sakit? Rasanya Adrian sehat-sehat saja.

 

PAK STEVEN
Maka dari itu.
(menutup catatannya)
Saya ingin mengkonfirmasikan lanngsung dengan Bapak dan Ibu.
(PAUSE)
Apalagi….
(mengambil sesuatu dari sebuah map lain di atas meja)
Ini….
(menunjukkannya kepada orang tua Adrian)
Ada surat keterangannya juga.

 

IBU ADRIAN
(mengambil beberapa kertas tersebut dan kembali terkejut)
Ini bukan tanda tangan saya.
(menyerahkan kertas tersebut kepada Ayah Adrian)

 

Ayah Adrian menerimanya, membacanya sambil menggeleng-geleng.

 

CUT TO

 

71.   EXT. Sekolah, koridor, pagi.

Audy sedang berada di luar kelas. Sesekali kepalanya melongok ke dalam kelas.

INTERCUT TO Ayah yang sedang duduk di dalam kelas. Beberapa kali ia menunduk melihat pager hitam di tangannya.

Wajah Audy tampak gelisah. Ia melihat jam tangannya. Zoom in jam tangan Audy, terlihat pukul 10.15.

Audy menoleh-noleh ke sekelilingnya. Dan matanya menangkap kehadiran Pak Chris di koridor. Audy tampak terpaku menatap Pak Chris. Tanpa diduga, Pak Chris menoleh ke arah Audy. Audy pun tampak salah tingkah.

Pak Chris tersenyum pada Audy. Audy pun membalasnya dengan tersipu. Pak Chris kemudian berlalu.

 

MIKHA
(tiba-tiba datang dan menepuk pundak Audy)
Masih lama, ya?

 

AUDY
(menoleh, agak gugup) Eh?

 

MIKHA
Pembagian rapornya.
(lalu melongok ke dalam kelas)

 

LS Pak Steven sedang berbicara dengan orang tua Adrian.

 

AUDY
(ikut melongok)
Gara-gara Adrian bolosnya kebanyakan, sih.
(menunjuk jam tangannya)
Lima belas menit ada. Lewat kali. Mana absennya nomor satu lagi. Yang lain kapan, nih?

 

MIKHA
Adrian pasti punya alasan.

 

AUDY
Alasan apa? Bolosnya sampai 30 hari, lho.

 

MIKHA
Kata siapa?

 

AUDY
Pak Steven lah. Tadi, kan, gue denger pas dia ngomong gitu.

 

Mikha menatap Pak Steven yang sedang berbicara dengan orang tua Adrian.

 

NICKY
Haaaiii…!
(menubruk Audy dan Mikha)

 

Audy dan Mikha yag terkejut lalu menoleh.

 

MIKHA
Eh. Elo ngagetin aja!

 

Nicky hanya nyengir.

 

NICKY
Eh, udah belum?

 

MIKHA
Rapornya?

 

NICKY
Iya.

 

AUDY
Belum, tuh.
(menunjuk ke arah Pak Steven)

 

Nicky ikut melongok. Tampak Pak Steven masih saja berbicara dengan orang tua Adrian.

 

AUDY
Gara-gara gebetannya Mikha.
(melirik Mikha)

 

Mikha melirik Audy, lalu mendorong pelan pundaknya.

 

MIKHA
Rapor lo gimana, Nick?

 

NICKY
Hehehe….

 

AUDY
Pasti ranking satu lagi.
(nada suara tak acuh)

 

MIKHA
Anak kelas I-1 nyasar di I-3, udah pasti ranking satu, dong!

 

NICKY
Ehem … sebenernya gue nggak di kelas II-1.
(PAUSE)
Tadinya memang gue mau ditempatin di situ. Cuma, ternyata nama gue di bawah Audi.

 

Audy mendelik.

 

MIKHA
Aulia Faradita.
(melirik Audy)

 

Audy diam saja. Wajahnya sedikit ditekuk. Mikha tersenyum-senyum geli.

 

NICKY
Kayaknya biar anak siang nggak ngumpul di satu kelas, makanya yang pindah pagi disebar. Jadinya, gue di kelas II-2.

 

AUDY
(terkejut)
II-2?

 

NICKY
Iya.

 

AUDY
Berarti di kelas kita dong?
(melirik Mikha)

 

NICKY
Eh … iya, ya?

 

MIKHA
Pasti iya, dong!

 

NICKY
Hehehe….

 

AUDY
Kok nggak pernah ketemu, ya?

 

NICKY
Kalo pelajaran udah selesai, ngapain gue di kelas? Kayak nggak ada kerjaan aja?

 

MIKHA
Kan anak gaul, Dy. Emangnya elo?
(terkikik)

 

Audy diam saja. Matanya kembali melirik ke dalam kelas. Tampak orang tua Adrian sudah tidak ada. Pak Steven pun terlihat sedang berbicara dengan orang tua murid yang lain.

CAMERA PAN TO Ayah Audy yang bolak-balik melihat pager hitam di tangannya.

 

CUT TO

 

72.   EXT. Sekolah, koridor, pagi.

Kamera menyorot Audy yang wajahnya tampak gelisah.

 

NICKY
Heh!
(mencolek Audy)

 

Audy menoleh.

 

NICKY
Kenapa, lo? Kok kayak gelisah gitu?
(mengernyit)

 

AUDY
Eh?
(tersadar)
Nggak apa-apa, kok.

 

MIKHA
Tenang aja, Dy. Lo pasti dapat ranking, kok. Ehem. Kan nggak mungkin lo pisah dari Ferry.

 

AUDY
(menekuk wajahnya)
Ferry lagi.
(mendengkus)

 

NICKY
Audy sama Ferry emangnya kenapa, Mik?

 

MIKHA
Jadian.

 

AUDY
Enak aja!

 

NICKY
Ehem. Ciyeee … cakep, kok.
(terkikik)

 

Audy kembali melongok ke dalam kelas. Orang tua murid yang menghadap Pak Steven sudah berganti lagi. Namun, entah kapan namanya dipanggil.

 

NICKY
Dy, apa mau nunggu di tempat biasa aja?

 

AUDY
Tempat biasa?

 

NICKY
Iya. Daripada garing kelamaan gini.

 

Audy kembali melongok ke dalam kelas. Dilihatnya Ayah masih saja sesekali menengok pager-nya. Audy akhirnya mencoba melambaikan tangannya.

 

AUDY
(melambaikan tangan)
Ayah!
(berbisik, menggerakkan mulut tetapi suara yang keluar nyaris tidak ada)

 

CUT TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar