Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sepenggal Kisah dari SMP (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
3. (12-14)

12. EXT. Jalan di perumahan, lapangan bulutangkis, siang, sore.

Kamera menyorot anak-anak yang sedang berjalan-jalan di jalan kompleks perumahan.

 

AUDY (VO)
Geng Liburan. Itu julukan gue aja, sih. Soalnya kita cuma ketemu pas liburan.

 

INTERCUT TO

Pinggir jalan, tampak tukang gorengan mangkal dan anak-anak menyerbu dan membeli gorengan, lalu makan sambil bercanda.

 

AUDY (VO)
Padahal yang kita lakuin gini-gini aja. Tapi buat gue seru banget.

 

INTERCUT TO

Sebuah jalan, anak-anak sedang berjalan beriringan tetapi tiba-tiba mereka berlari kencang. Kamera menyorot dua ekor anjing mengejar mereka. Ketika di tikungan, seorang bapak-bapak langsung menghadang anjing-anjing tersebut.


BAPAK-BAPAK (LAKI-LAKI, 40 TAHUNAN)
Husss … husss….
(mengibaskan tangannya)

 

ANAK-ANAK GENG LIBURAN
Makasih, ya, Pak.

 

BAPAK-BAPAK
Lain kali kalo ketemu anjing jangan lari. Kalo lari malah dikejar beneran.

 

RIKA
(ngos-ngosan)
Tuh! Elu pake lari segala, sih! Dasar anak kecil.
(menoyor Devi)

 

DEVI
Kaget tahu!

 

INTERCUT TO

Lapangan bulutangkis. Kamera menyorot pinggir lapangan. Sebuah gerobak bakso mangkal. Anak-anak perempuan makan bakso di pinggir lapangan. Sedangkan para anak laki-laki bermain sepakbola di lapangan bulu tangkis dengan menggunakan bola plastik. Tim Reifan dan Timmy melawan tim Erwin dan Ali. Rika menyeruput kuah baksonya sambil memperhatikan Ali.

 

AUDY
Makan jangan sambil ngeliatin. Keselek, lho.

 

Rika tersadar. Lalu tersipu. Kamera kembali menyorot para laki-laki yang sedang bermain sepakbola. Tampak Erwin mengangkat tangannya setelah berhasil membobol gawang yang dijaga Timmy. Gawang hanya ditandai dengan sandal di sisi kiri dan kanannya. Reifan tampak jengkel dan meminta ganti posisi dengan Timmy.

 

AUDY
Tuh. Kompak bener gebetan lo sama calon adek iparnya.
(tertawa)

 

Rika mendorong pundak Audy.

 

RIKA
Emangnya lu nggak ada gebetan?

 

AUDY
Ha?
(bengong, kemudian tertawa)
Nggak ada, tuh.

 

RIKA
Di sekolah?

 

AUDY
(menggeleng)
Nggak.

 

RIKA
Nggak ada yang keren, gitu?

 

Audy menatap Rika.

 

AUDY (VO)
Kalo yang keren, sih, ada. Bahkan di kelas gue ada dua orang, terkenal sebagai cowok-cowok paling keren seangkatan.


CUT TO

 

13. INT./EXT. Sekolah, siang.

FLASHBACK

Beberapa siswa SMP berjalan di lobi dan halaman sekolah. Yang laki-laki berseragam kemeja putih dan celana pendek biru tua, sedangkan yang perempuan memakai rok selutut, juga berwarna biru tua. Beberapa tampak mengobrol di koridor. Sebagian lainnya duduk-duduk di pinggir lapangan basket.

INTERCUT TO

Suasana di dalam kelas. Para siswa duduk di tempatnya masing-masing. Beberapa tampak mengobrol.

 

AUDY (VO)
Kelas gue, I-2, memang bukan kelas paling unggulan. Yang unggulan itu kelas I-1. Yang NEM-nya tertinggi semua ngumpul di I-1. Tapi, justru I-2 ini yang punya cowok paling cakep seangkatan. Ada dua malah.

 

Kamera menyorot Adrian (laki-laki, 12/13 tahun), seorang murid laki-laki tampan, berkulit cerah, dengan potongan rambut belah tengah agak gondrong, bagian samping sedikit menyentuh telinga.

 

AUDY (VO)
Yang pertama, Adrian.

 

INTERCUT TO

Lapangan basket. Tampak Adrian sedang bermain basket, bergerak lincah men-dribble bola, lalu memasukkannya ke dalam ring.

 

OS (SUARA PARA SISWA)
Yeeaaaayyyy…!

 

SFX

Tepuk tangan.

 

AUDY (VO)
Adrian ini anak basket. Makanya populer. Mana keren banget gitu. Makanya, banyak yang suka. Cuma sayang.
(PAUSE)

 

INTERCUT TO

Dalam kelas. Suasana hening. Murid-murid sedang mengerjakan latihan soal. Lalu Adrian masuk kelas dengan kepala menunduk.

 

GURU (LAKI-LAKI, USIA 30-AN TAHUN)
Mau coba-coba bolos lagi kamu?
(nada suara agak membentak)

 

ADRIAN
(menunduk)
Maaf, Pak.

 

GURU
Sana duduk!

 

Adrian berjalan menuju bangkunya. Audy menatap Adrian.

 

AUDY (VO)
Adrian doyan bolos. Sering banget. Reputasinya jadi jelek. Jadi dianggap anak bandel. Makanya biar kata cakep juga gue nggak suka. Beda sama Ferry.

 

Audy menoleh ke arah lain. Kamera menyorot Ferry (laki-laki, 13/14 tahun) seorang siswa laki-laki berwajah tampan, berkulit terang sedikit cokelat, rambut dipotong pendek rapi dan disisir belah tengah. Ferry balas menatap Audy dan tersenyum.

 

AUDY (VO)
Jangan salah. Gue juga nggak suka Ferry. Dia bukan tipe gue.

 

INTERCUT TO

Suasana di dalam kelas. Para siswa sedang menulis. Seorang guru mata pelajaran (perempuan, usia 40 tahunan) berdiri di dekat pintu. Dua orang siswi lewat depan kelas, salah satunya tampak mencoba melongok ke dalam kelas.

 

GURU
Ngapain kamu melongok-longok? Ferry nggak masuk!

 

Kedua siswi itu terkejut dan mempercepat langkahnya. Sementara seisi kelas langsung menoleh keluar.

 

GURU
Biasa. Pada nyariin yang namanya Ferry. Ngerti aja kalo di sini ada yang ganteng.

 

AUDY (VO)
Begitulah kepopuleran Ferry. Sampai-sampai guru saja pada tahu. Tapi memang Ferry itu layak jadi idola. Bukan cuma ganteng, tapi juga pinter.

 

Audy kembali menoleh ke tempat duduk Ferry.

 

AUDY (VO)
Tapi … tetep aja dia bukan tipe gue.

 

CUT TO


14. INT. Ruang kelas, siang.

GURU (PEREMPUAN, USIA 30-AN TAHUN)
Tolong kumpulkan PR matematika minggu lalu!

 

Para siswa tampak riuh. Mereka langsung mengeluarkan buku tulis dari dalam tas. Beberapa siswa tampak berdiri berinisiatif untuk mengumpulkan PR teman-teman yang lain.

Kamera menyorot Audy dan Ferry yang duduk sebangku.


AUDY (VO)
Di kelas ini, tempat duduknya suka diacak sama wali kelas. Biasanya seminggu sekali. Nah, gue kebetulan duduk sebangku sama Ferry minggu ini.

 

Audy menyerahkan buku PR-nya ke siswa yang bertugas mengumpulkan.

 

FERRY
Kok buku gue nggak ada ya?
(wajah panik, tampak mengaduk-aduk isi tasnya)

 

AUDY
Ketinggalan?

 

FERRY
Nggak mungkin! Gue selalu nyiapin buku setiap malam, kok.

 

Guru menerima tumpukan buku-buku PR yang diserahkan beberapa murid. Ia kemudian membaca satu per satu nama dan mengurutkannya.

 

GURU
Ada yang belum mengumpulkan?
(matanya menatap tumpukan buku sambil mencocokkannya dengan daftar kehadiran siswa)
Ferry?

 

Seisi kelas menoleh ke arah Ferry.

 

GURU
Kamu nggak ngerjain PR?

 

FERRY
(Wajahnya semakin panik)
Ngerjain, Bu. Cuma ini, kok, nggak ada, ya?

 

GURU
Ketinggalan kali? Makanya siapkan buku dengan teliti.

 

FERRY
Tidak, Bu. Saya yakin. Tadi sempat saya keluarkan, kok.

 

Suasana kelas riuh.

 

GURU
Apa tadi ada yang menyontek PR dari Ferry?

 

Seisi kelas masih riuh.

 

GURU
Tidak apa-apa bekerja sama untuk mengerjakan PR, asalkan jangan menyontek mentah-mentah. Ayo, yang merasa menyimpan buku Ferry tolong segera kembalikan ke orangnya.

 

Seisi kelae masih riuh. Audy berinisiatif untuk membantu Ferry. Ia melongok laci mejanya. Kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dan menoleh lagi ke Ferry.

 

AUDY
Ada nggak?

 

Ferry menggeleng. Raut wajahnya semakin bingung.

 

(OS) EZA (LAKI-LAKI, 13/14 TAHUN)
Eh … ssssttt….

 

Audy menoleh ke arah suara, ternyata dari kolom sebelah kanannya, satu baris di belakang. Tampak Adrian dan Eza tersenyum-senyum jahil ke arah Audy.

 

EZA
Itu.
(sambil memajukan dagunya)

 

Audy langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Eza. Ternyata ada sebuah buku di atas mejanya. Audy langsung mengambilnya. Tertulis nama “Ferry” di sampulnya.

 

AUDY
Ini bukan?

 

Ferry menoleh

 

FERRY
Nah, iya. Kok ada di elo?

 

OS (PARA SISWA)
CIIIIYEEEEEEE…!

 

Seisi kelas berteriak riuh.

 

GURU
Kalo kamu naksir Ferry, jangan malah ngumpetin bukunya, dong! Kasihan, kan?
(nada suara bercanda)

 

Suara sorakan semakin keras.

 

AUDY (VO)
(melongo)
Sejak itu, gue langsung dijodoh-jodohin sama Ferry. Sampai gue nggak enak sama Ferry-nya.
(menoleh ke arah Ferry)

 

FLASHBACK CUT BACK TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar