Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sepenggal Kisah dari SMP (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
16. EPISODE 4 (53-55)

53.   INT. Rumah Audy, ruang tengah, malam.

BEAT. Musik.

MAIN TITTLE: Sepenggal Kisah dari SMP (Episode 4)

Audy dan Reifan sedang di ruang tengah. Audy tengah sibuk mengerjakan PR di meja kecil yang ada di ruang tengah sambil duduk di lantai. Di atas meja tergeletak walkman dan bungkus kaset berwarna dominan kuning dengan tulisan “Take That, Everything Changes”. Reifan sedang tidur-tiduran di karpet yang digelar di depan televisi sambil memainkan remote. Ayah dan Ibu belum pulang meski hari sudah gelap.

Tayangan televisi berganti-ganti seiring Reifan yang terus saja memindah-mindahkan saluran.

 

Montage:

-  Televisi menayangkan film barat

-  Televisi menayangkan sinetron

-  Televisi menayangkan siaran berita

 

Reifan baru akan memindahkan saluran lagi ketika Audy tanpa sengaja menengadah dan melihat tayangan televisi.

 

AUDY
Eh, jangan dipindah dulu.
(melepaskan earphone, lalu menatap serius layar kaca)

 

REIFAN
(menoleh)
Kenapa?

 

AUDY
Itu ada berita.

 

REIFAN
Sejak kapan lo suka nonton berita?

 

AUDY
Bentar … bentar … eh, kerasin juga, dong.

 

Reifan pun mengeraskan volume. Audy maju dan duduk di samping Reifan.

Televisi menayangkan rekaman gambar para sopir angkutan kota bergerombol, sebagian berteriak-teriak.

 

(OS) PENYIAR TELEVISI
Pemirsa, ratusan sopir angkot berunjuk rasa menentang rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM.

 

Tayangan televisi beralih ke potongan wawancara salah satu sopir angkot.

 

SOPIR ANGKOT (LAKI-LAKI, 30 TAHUNAN)
Kami menolak kenaikan harga BBM karena akan sangat memberatkan kami.

 

REPORTER (LAKI-LAKI, 25 TAHUN)
Tapi tampaknya pemerintah tidak bergeming dan tetap akan menaikkan harga BBM?

 

SOPIR ANGKOT
Jika pemerintah tetap menaikkan harga BBM, kami menuntut kenaikan tarif.

 

REPORTER
Tapi bukankah kenaikan tarif ini akan juga memberatkan masyarakat?

 

SOPIR ANGKOT
Jika tarifnya tidak disesuaikan, nanti kami tidak akan sanggup menutup biaya operasional. Tarif naik pun belum tentu menutup. Kami menuntut pemerintah membatalkan rencananya. Atau, sesuaikan tarif.

 

REPORTER
Jika pemerintah tidak memenuhi tuntutan para sopir angkot, apa rencana selanjutnya?

 

SOPIR ANGKOT
Apa boleh buat, kami akan melakukan pemogokan massal.

 

REPORTER
Sampai kapan pemogokan akan dilakukan?

 

SOPIR ANGKOT
Sampai pemerintah memenuhi tuntutan kami.

 

Layar menunjukkan para sopir angkot yang berdiri di depan kendaraan masing-masing. Beberapa di antaranya berteriak sambil mengepalkan tangan. Lainnya ada yang memegang spanduk berisi sikap penolakan kenaikan harga BBM.

 

REPORTER
Demikianlah laporan kami dari tempat kejadian.

 

Tayangan beralih ke studio.

 

PENYIAR
Berita selanjutnya….

 

Audy mengambil remote dan memindahkan lagi saluran televisi, lalu menyerahkan remote kepada Reifan. Tayangan berganti dengan acara kuis.

 

REIFAN
Udah?

 

Audy tidak menjawab. Ia menaruh remote di lantai, lalu berdiri dan kembali ke meja kecil untuk melanjutkan mengerjakan PR.

 

DISSOLVE TO


54.   EXT. Halte bus, siang.

Montage:

-  Suasana lalu lintas, agak lengang

-  Suasana halte, banyak orang menunggu kendaraan umum, tampak padat dan menumpuk

 

Kamera menyorot Audy yang berdiri di halte, di antara kumpulan orang yang menunggu kendaraan umum. Audy melirik jam tangannya. Zoom in jam tangan Audy, terlihat sudah pukul 12.40. Zoom in wajah Audy yang gelisah.

 

CALON PENUMPANG 1 (LAKI-LAKI, 20 TAHUNAN, MEMAKAI KAOS OBLONG)
Pada ke mana, sih, angkotnya? Dari tadi lama banget nggak ada yang lewat.

 

PENJUAL MINUMAN (LAKI-LAKI, 30 TAHUNAN)
Biasa, Bang. Kalo ada kenaikan harga BBM, sopir-sopir angkot pasti mogok. Pada minta penyesuaian tarif.

 

CALON PENUMPANG 2 (PEREMPUAN, 20 TAHUNAN, BERKEMEJA KANTORAN)
Perasaan tarifnya udah naik duluan, deh. Terus mau minta naik lagi, gitu?

 

Audy mendengarkan pembicaraan tersebut dengan gelisah.

 

PENJUAL MINUMAN
Yah, mau gimana lagi? Biarpun yang bikin kebijakan itu orang-orangatas, yang susah tetap saja orang-orang bawah kayak kita.

 

Sebuah angkot berwarna merah berhenti di depan halte.

 

SOPIR ANGKOT (LAKI-LAKI, 20 TAHUNAN)
Pasar Minggu! Fatmawati! Cipete!

 

Audy langsung bergegas menghampiri angkot tersebut.

 

SOPIR ANGKOT
Nggak! Nggak! Pelajar nggak boleh naik!

 

Audy terkejut. Raut wajahnya semakin panik. Pelan-pelan ia mundur.

 

PENJUAL MINUMAN
Angkot nggak mau angkut pelajar, Dik. Pada nggak mau dibayar tarif pelajar.

 

AUDY (VO)
Sopir angkot mogok gara-gara BBM naik itu bukan cerita baru. Dari dulu juga kayaknya sering kayak gini. Tadi malam juga udah ada beritanya.

 

Audy menghela napas. Ia melirik jam tangannya. Zoom in pukul 12.45.

 

AUDY (VO)
Yang bodoh itu gue! Udah tahu ada berita sopir angkot bakal mogok. Eh, masih aja keluar naik angkot.

 

Kamera menyorot wajah Audy yang semakin panik.

 

CUT TO


55.   EXT. Halte bus, siang.

Zoom in jam tangan Audy, pukul 13.00. Wajah Audy tampak bingung. Lalu sebuah bus metromini berwarna jingga berhenti di depannya. Beberapa orang di halte berebut naik. Namun ketika Audy akan naik, kondektur bus malah menghalaunya.

 

KONDEKTUR BUS (LAKI-LAKI, 20 TAHUNAN)
(mengibaskan tangan)
Pelajar nggak boleh naik.

 

Audy kembali terbengong. Seorang calon penumpang lewat di samping Audy dan naik bus. Kemudian bus melaju meninggalkan Audy. Audy pun kembali mundur ke halte.

 

AUDY (VO)
Gue nggak pernah bolos. Terlambat aja gue jarang.
(melirik jam tangannya, zoom in pukul 13.02)

 

Audy menghela napas. Kamera menyorot suasana di halte yang masih terdapat beberapa orang. Tampak dari kejauhan beberapa orang berjalan menuju halte.

 

AUDY (VO)
Tapi kalo kondisinya kayak gini gimana, coba? Ini, sih, udah pasti gue bakal dimarahin. Ke sekolah, pasti dimarahin. Udah telat banget. Pulang? Bisa gawat kalo sampai Reifan atau Bi Mar ngomong ke nyokap!

 

Sebuah angkutan kota berwarna merah kembali berhenti di depan halte.

 

SOPIR ANGKOT (LAKI-LAKI, 30 TAHUNAN)
Pasar Minggu! Fatmawati! Cipete!

 

Audy tampak ragu melangkah. Namun, tiba-tiba seorang pelajar SMP merangsek. Audy menoleh. Ia tampak mengenal orang itu.

 

RIVANO
(sudah duduk di angkot)
Ayo!
(memanggil Audy)

 

Audy pun segera naik.

 

SOPIR ANGKOT
Tarif umum, ya! Tarif umum!
(kemudian melajukan angkot)

 

RIVANO
Eh, lo anak II-6, kan?

 

Audy mengangguk.

 

RIVANO
(menghela napas lega)
Syukurlah gue ada temen.
(melirik jam tangannya)
Ntar kita barengan aja menghadap guru piket.

 

Audy kembali mengangguk.

 

Montage:

-  Suasanan jalanan yang lengang

-  Beberapa kali angkot berhenti

 

SOPIR ANGKOT
Cipete, ada?

 

RIVANO
Kiri, Bang.
(kemudian langsung bergerak turun)

 

Audy menunduk mengambil uang di sakunya. Dua lembar seratus rupiah berwarna merah telah digenggamnya.

 

SOPIR ANGKOT
MONYET! UANGNYA KURANG!

 

Audy terkejut. Ia menoleh dan melihat Rivano telah menyeberang jalan dan berlari menuju sekolah. Audy lalu memasukkan kembali uang 200 rupiah itu, dan menggantinya dengan selembar 500 rupiah berwarna hijau.

 

AUDY
Ini, Bang. Sama temen saya yang tadi. Kembaliannya nggak usah.
(kemudian turun, menyeberang jalan, dan melesat menyusul Rivano)

 

AUDY (VO)
Dasar sopir rese! Makan, tuh, monyet!

 

INTERCUT TO

Zoom in lembaran uang 500 rupiah bergambar orang utan.

 

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar