Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sepenggal Kisah dari SMP (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
19. (63-65)

63.   INT. Ruang kelas, sore.

Kamera menyorot satu per satu para siswa menyerahkan kertas ujiannya. Audy tampak berdiri. Hingga siswa terakhir keluar kelas, menyisaka Audy dan Pak Chris di dalam kelas berdua saja.

 

AUDY
Ada perlu apa, Pak?

 

PAK CHRIS
(menatap Audy, lalu tersenyum)
Duduk, Audy.

 

Audy lalu duduk di bangku yang berada di depan meja guru persis. Berhadapan dengan Pak Chris.

 

PAK CHRIS
Kamu sempat nggak masuk, ya?

 

AUDY
Yang pas angkot pada mogok?
(PAUSE)
(menatap Pak Chris)
Iya, Pak.

 

PAK CHRIS
Berapa lama?

 

AUDY
Berapa hari, ya?
(menunduk, tampak berusaha mengingat-ingat)
Soalnya waktu itu saya dilarang ayah saya.

 

PAK CHRIS
Oh, ya?

 

AUDY
Ayah saya bilang, selama keadaan nggak memungkinkan, nggak usah masuk aja dulu.

 

PAK CHRIS
Berarti ayah kamu udah tahu kejadiannya, ya?

 

AUDY
Yang mana, Pak?
(kembali menatap Pak Chris)

 

PAK CHRIS
Yang waktu itu kamu terlambat datang.

 

AUDY
Oh, jelas. Saya kalo ke ayah saya selalu terbuka, Pak.
(PAUSE)
(menunduk)
(lalu menatap Pak Chris lagi)
Saya, kan, udah kasih surat keterangan dari ayah saya ke Pak Steven.

 

PAK CHRIS
Oh, iya. Saya juga tahu kalo itu.

 

AUDY
Ayah saya sibuk, Pak. Dia susah cari waktu. Makanya kasih surat aja. Soalnya nggak bisa menghadap.

 

PAK CHRIS
(tersenyum)
(PAUSE)
(menatap Audy)
Audy.
(PAUSE)
Saya mau minta maaf atas kejadian yang waktu itu.

 

Audy menatap Pak Chris, lalu menunduk. Wajahnya tampak sedikit menyiratkan kekesalan.

 

PAK CHRIS
Saya tidak seharusnya menuduh kamu waktu itu.

 

Audy masih terdiam.

 

PAK CHRIS
Audy?

 

AUDY
(menghela napas)
(suaranya memelan, masih menyiratkan kekesalan)
Saya nggak suka, waktu itu Bapak menuduh saya.

 

PAK CHRIS
(menunduk, lalu menatap Audy)
Iya, Audy. Makanya saya minta maaf … ya?

 

AUDY
Saya, kan, nggak pernah bikin masalah, Pak. Apalagi membolos. Bisa lihat sendiri kayak apa catatan kehadiran saya.

 

PAK CHRIS
Iya, Audy.

 

AUDY
Saya waktu itu juga udah berusaha ke sekolah. Bapak nggak tahu, kan, kayak apa saya waktu itu di jalan? Saya, tuh, panik. Udah nggak ada angkot, sekalinya ketemu angkot, saya dilarang naik. Pas udah naik, ongkosnya pakai ongkos dewasa.
(PAUSE)
(menatap Pak Chris)
Pas saya udah sampai, saya malah dituduh macem-macem.

 

PAK CHRIS
Iya … maaf, ya.

 

Audy terdiam dan kembali menunduk.

 

PAK CHRIS
Saya udah ketemu Bu Wati. Saya juga udah ngomong ke Pak Steven, kok.

 

Audy menengadah.

 

PAK CHRIS
Kamu nggak usah khawatir. Kejadian waktu itu murni kesalahpahaman. Catatan kamu tetap bersih, kok.
(tersenyum)

 

Audy melongo sesaat, kemudian menunduk lagi. Ekspresi wajahnya tampak lega. Bibirnya pun perlahan mengulum senyum.

 

PAK CHRIS
Jadi, masalah kamu udah beres.

 

AUDY
(menunduk, sedikit tersipu)
Terima kasih, Pak.

 

PAK CHRIS
Sekali lagi … saya minta maaf, ya?

 

AUDY
(tersenyum, lalu menengadah)
Iya, Pak. Sama-sama. Saya juga minta maaf kalo waktu itu sikap saya kurang sopan.

 

PAK CHRIS
(tersenyum)
Oke.
(berdiri)
Berarti, masalah di antara kita udah selesai, kan?

 

Audy ikut berdiri dan mengangguk. Bibirnya tampak tersenyum dan wajahnya sedikit tersipu.

 

PAK CHRIS
(nada suara bercanda)
Kita temenan lagi, kan?
(mengulurkan tangan, mengajak bersalaman)

 

AUDY
(menyambut uluran tangan Pak Chris)
Iya, Pak.
(wajahnya semakin tersipu)

 

PAK CHRIS
Ya udah. Kamu boleh pulang. Hati-hati, ya.

 

AUDY
Iya, Pak. Permisi.

 

Kamera menyorot Audy yang berjalan keluar, sementara Pak Chris masih di dalam kelas.

 

CUT TO


64.   EXT. Lobi sekolah, sore.

Suasana lobi sekolah yang sudah sepi. Tidak ada siswa, kecuali Mikha. Kamera menyorot ke Mikha yang menyambut Audy begitu keluar dari gerbang sekolah. Kamera menyorot Audy yang tampak tersenyum-senyum sendiri.

 

MIKHA
Audy!
(menghampiri Audy)

 

AUDY
(menoleh)
Loh? Kok, elo masih di sini?

 

MIKHA
Nungguin elo.
(tertawa)
Eh, lo kenapa senyum-senyum sendiri gitu?

 

AUDY
Ha?
(tersadar)

 

MIKHA
Nah, kan. Pasti ada sesuatu.

 

AUDY
(berhenti tersenyum)
Enggak, kok.

 

MIKHA
(menjejeri langkah Audy)
Eh iya, tadi lo kenapa sama Pak Chris?

 

AUDY
Oh….
(tiba-tiba tersipu)
Nggak apa-apa.

 

MIKHA
Ada apa, sih?
(penasaran)

 

AUDY
Nggak ada apa-apa.

 

Mikha menatap Audy. Ekspresi wajahnya menyiratkan penasaran.

 

CUT TO


65.   INT. Ruang kelas, sore.

 

Suasana kelas. Kamera menyorot guru (laki-laki, 30 tahun) yang sudah selesai mengajar.

 

GURU
Jangan lupa untuk PR-nya, ya? Minggu depan dikumpulkan.

 

PARA SISWA
Baik, Pak.

 

Kamera menyorot guru yang keluar kelas. Tak lama, para siswa pun riuh.

 

Montage:

-  Beberapa siswa tampak mengobrol

-  Eza dan teman-teman sekelilingnya sedang mengobrol

-  Mikha dan teman-teman sekelilingnya tengah mengobrol

-  Ajeng dan Tanty juga mengobrol, diikuti Zara yang membalik badannya

-  Audy tampak enggan untuk bergabung

 

INTERCUT TO depan kelas.

Beberapa orang siswa masuk kelas. Para siswa kelas II-6 pun berangsur hening.

 

JONATHAN (LAKI-LAKI, 15 TAHUN, KULIT TERANG, AGAK BULE, RAMBUT BELAH TENGAH)
Selamat sore, Teman-teman. Bisa minta waktunya sebentar?

 

Para siswa kelas II-6 yang sempat riuh kembali ke tempat duduknya masing-masing.

Kamera menyorot Tanty yang menyenggol Ajeng, sementara Ajeng tampak menunduk dengan muka memerah.

 

ZARA
(suara pelan, cenderung berbisik)
Eheeemm … ciye … ciye….

 

Audy menoleh ke Zara, kemudian menoleh ke belakang.

Kamera kembali menyorot Ajeng yang tersipu.

 

TANTY
(berbisik ke Ajeng)
Yayang lo, tuh.

 

AUDY (VO)
(menatap depan)
Oh, ini yang namanya Jonathan rupanya.

 

Kamera menyorot Jonathan, yang berdiri di depan kelas didampingi beberapa siswa lainnya (laki-laki dan perempuan).

 

AUDY (VO)
Cakep juga, sih.

 

Kelas mulai hening. Terdengar beberapa kali desisan yang menyuruh diam.

 

SFX

Ssssttt … ssstttt….

 

JONATHAN
Mohon maaf mengganggu waktunya, Teman-teman. Kami dari panitia pemilihan ketua OSIS ingin memperkenalkan calon ketua OSIS untuk periode 1995/1996 mendatang yang akan menggantikan Irfan.

 

SFX

Suara tepuk tangan.

 

JONATHAN
Langsung kita perkenalkan saja, ya? Calon pertama, yaitu Aulia Faradita.

 

PARA SISWA
Yeeeeaaaayyy….

 

SFX

Suara tepuk tangan yang lebih kencang.

 

Kamera menyorot wajah para siswa yang tampak semringah. Kecuali Audy yang langsung cemberut.

 

AUDI
(masuk, melambaikan tangan)
Halo, Teman-teman! Kita ketemu lagi!

 

PARA SISWA
Horeeee…. Hidup Audi!

 

AUDI
Gue di sini sebagai calon ketua OSIS, mohon dukungan teman-teman, ya….

 

Susana masih riuh.

 

PANITIA PEMILIHAN KETUA OSIS
Sssttt….

 

Kelas kembali hening.

 

AUDI
Kalau nanti gue kepilih jadi ketua OSIS, ada beberapa program yang akan gue laksanakan, antara lain….

 

AUDY (VO)
Ngapain, sih, dia pakai ikut pemilihan ketua OSIS segala?

 

Kamera menyorot Audi yang tengah berbicara di depan kelas, tanpa suara.

 

AUDY (VO)
Udah terkenal jadi anak basket, jadi pahlawan buat satu sekolah, masih belum cukup? Mau populer kayak apa lagi, sih?

 

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar