Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sepenggal Kisah dari SMP (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
6. (22-27)

22. EXT./INT. Lobi sekolah, gedung “tempat rahasia”, pagi.

FLASHBACK

LS lobi sekolah. Tampak lobi masih sepi. Hanya ada Audy yang sudah menunggu di sana. Mikha datang tergopoh-gopoh, lalu melihat jam tangannya. Zoom in jam tangan Mikha, tertera pukul 10.00.

 

AUDY
Sekarang aja, yuk? Mumpung masih jam segini.
(melihat jam tangannya)

 

Mikha mengangguk. Keduanya pun berjalan pergi dari sekolah.

INTERCUT TO

Dalam gedung serbaguna. Mikha sedang duduk di salah satu undakan dan menulis sesuatu di kertas ukuran folio beralaskan undakan lain yang lebih tinggi, dengan melihat pada kertas ukuran folio yang lain. Audy tampak duduk di samping Mikha sambil membaca komik.

 

MIKHA
Untung ada lo yang rajin banget, Dy.
(sambil menulis)

 

Audy tidak menjawab karena matanya fokus pada komik. Sesekali ia tertawa.

Mikha berdiri sambil memegang kertas. Ia melihatnya sebentar sebelum menyerahkan salah satunya ke Audy.

 

MIKHA
Untung lo tahu tempat ini. Gue nggak berani ngerjain di sekolah. Kalo ketahuan sama Pak Chris bisa gawat.

 

AUDY
(memasukkan kertas ke dalam tas)
Gue udah lama tahu tempat ini. Ini persembunyian gue sama Nicky kalo pas lagi males pelajaran olahraga waktu SD dulu.

 

Kamera menyorot Audy dan Mikha yang beranjak pergi dari dalam gedung itu.

 

FLASHBACK CUT BACK TO

 

23. INT. Gedung tempat rahasia, pagi.

AUDY
Gue agak segan sama Pak Chris.

 

MIKHA
Kenapa?

 

AUDY
(mengangkat bahu)
Nggak tahu. Segan aja. Kayak … yah … kalo bisa gue nggak usah ketemu sama dia.
(PAUSE)
Lo inget, kan, pas dia mergokin Hendrik nyontek?

 

Kamera menyorot Mikha yang tampak mengingat-ingat.

CUT TO


24. INT. Ruang kelas, siang.

FLASHBACK

Montage:

-  Suasana kelas yang hening, para siswa sedang mengerjakan soal

-  Kamera menyapu kelas

-  Zoom in bangku Hendrik, menempel jendela, paling belakang, pojok

-  CU bawah meja Hendrik, terlihat Hendrik mengeluarkan buku cetak dalam kondisi terbuka


INTERCUT TO depan kelas.

INTERCUT TO suasana kelas dilihat dari depan.

Zoom in guru yang duduk di paling depan (perempuan, usia 30-an tahun), sedang mengawasi sambil sesekali menunduk membaca sesuatu di depannya.

 

PAK CHRIS (OS)
Heh! Apa itu?

 

Seisi kelas menoleh ke arah suara. Kamera menyorot Pak Chris yang ternyata sedang berdiri di luar jendela, menatap tajam Hendrik yang menunduk.

 

PAK CHRIS
Apa itu yang di bawah kamu?

 

Kamera menyorot arah Hendrik yang tetap menunduk tanpa menjawab. Lalu Pak Chris menjulurkan tangannya dan mengambil sesuatu dari dalam laci meja Hendrik.

 

PAK CHRIS
Kamu nyontek, ya?

 

Zoom in Hendrik yang semakin menunduk. Seisi kelas menatap Hendrik. Zoom in guru di depan kelas yang menggeleng-geleng. Ia lalu berdiri menghampiri Hendrik dan mengambil kertas ulangannya.

 

GURU
Kamu keluar kelas sekarang juga!

 

Hendrik pun keluar kelas dengan kepala menunduk.

FLASHBACK CUT BACK TO

 

25. INT. Gedung tempat rahasia, pagi.

MIKHA
Tapi itu, kan, salah Hendrik sendiri.

 

AUDY
Tapi serem tahu. Hendrik apalagi langsung diusir keluar, nilai ulangannya nol.

 

MIKHA
Tetep aja salahnya Hendrik.

 

AUDY
Tapi terlalu keras, nggak, sih? Soalnya habis itu Hendrik nggak pernah masuk lagi, kan? Langsung pindah sekolah dia.

 

MIKHA
Malu, kali? Biarin aja.

 

AUDY
Gimana dengan Wenny?

 

MIKHA
Kenapa Wenny?

 

CUT TO


26. INT. Ruang kelas, sore.

FLASHBACK

Para siswa keluar kelas sambil membawa tas masing-masing. Pak Chris tampak masih di tempatnya. Audy keluar kelas, tetapi matanya menangkap salah satu temannya, Wenny, yang sepertinya enggan untuk langsung pulang. Audy pun akhirnya berhenti dan diam-diam mengamati Wenny.

Pak Chris masih berada di dalam kelas ketika Wenny kembali masuk. Audy diam-diam kembali dan mengintip dari balik pintu kelas.

 

WENNY
Pak…?

 

PAK CHRIS
(menoleh)
Ya?

 

WENNY
Saya … mau minta maaf….
(PAUSE)

 

PAK CHRIS
Kenapa?

 

WENNY
Soal … ulangan yang kemarin itu….
(PAUSE)
Itu … saya dapat bocoran, Pak….

 

Kamera menyorot Wenny dari belakang. Tampak Wenny menunduk. Audy tidak dapat mendengar suara Wenny maupun Pak Chris karena mereka berbicara dengan pelan. Namun, Audy sempat melihat Wenny mengusap matanya, dan Pak Chris tampak tersenyum sambil menepuk pundak Wenny.

FLASHBACK CUT BACK TO


27. INT. Gedung tempat rahasia, pagi.

MIKHA
(melongo)
Wenny nyontek?

 

AUDY
Kayaknya begitu.

 

MIKHA
Dan dia ngaku sendiri?

 

AUDY
(mengangguk)
Makanya … serem, kan?
(PAUSE)
Gue nggak tahu ada apa dengan Pak Chris. Yang gue rasain, dia kayak punya sesuatu yang “mengancam” … yang bikin gue nggak berani macem-macem.

 

MIKHA
(mengernyit)
Emangya lo mau ngapain, Dy?

 

NICKY
Emangnya waktu itu lo nggak nyontek? Itu yang pas pertama kali ulangan pilihan ganda, kan?

 

MIKHA
Iya. Pak Chris, kan, nggak suka pilihan ganda. Tapi karena soal ujian semester itu pilihan ganda, akhirnya pas ulangan harian itu dia kasih soal pilihan ganda biar pada latihan.
(PAUSE)
Kayaknya semua anak pada nyontek, deh. Kan pada saling kirim bocoran.

 

NICKY
Yang minta bocoran dari kelas kalian banyak banget.

 

MIKHA
Iya.

 

NICKY
Lo, kan, juga gue kasih bocoran, Dy?

 

AUDY
Iya. Tapi gue nggak liat. Nggak enak. Gue nggak suka nyontek.

 

Nicky dan Mikha melongo.


AUDY
Tapi kalo anak lain nyontek, gue juga nggak peduli. Tahu sama tahu aja.
(PAUSE)
Makanya gue heran kenapa Wenny sampai ngaku segala.

 

MIKHA
Nggak enak sama lo, kali. Kan elo selalu dapat nilai tertinggi. Cuma pas itu doang nilai lo kesalip.

 

AUDY
(mengibaskan tangan)
Yaelah! Gue mana peduli sama yang kayak gitu?

 

MIKHA
Eh.
(seakan teringat sesuatu)
Wenny, kan, pertengahan semester dua pindah. Nggak ada yang tahu dia ke mana. Apa gara-gara kejadian itu, ya?

 

AUDY
Nah, kan?
(berdiri dan mencangklong tasnya, lalu melihat jam tangan)
Eh, udah jam segini. Gue mau balik, deh. Rumah gue jauh soalnya.

 

Nicky dan Mikha ikut berdiri. Ketiganya lalu berjalan keluar.


MIKHA
Jadi menurut lo Wenny pindah sekolah karena takut ketemu Pak Chris lagi?

 

AUDY
Iya, kan?

 

NICKY
Eh, jangan asal tuduh. Yang bermasalah cuma dua orang, kenapa jadi Pak Chris yang disalahin?

 

MIKHA
Iya, Dy. Orang anak-anak lain pada suka sama Pak Chris. Kenapa jadi dia yang lo salahin.

 

AUDY
Siapa yang nyalahin? Gue cuma segan aja, kok.

 

MIKHA
Gue malah berharap dia masih ngajar kita di kelas dua nanti.

 

Audy diam saja. Ketiganya terus melangkah hingga tiba di pinggir jalan. Sebuah angkot berwarna merah tampak di kejauhan.

 

AUDY
Eh, gue duluan, ya?

 

NICKY & MIKHA
Ok….

 

AUDY
Sampai jumpa hari Senin, ya?

 

NICKY
Eh, iya. Gue lupa ngomomg.

 

AUDY
Apa?

 

NICKY
Gue pindah pagi.

 

AUDY
(terkejut)
Pindah pagi?

 

NICKY
Iya. Enakan pagi. Belajar, tu, enaknya pas masih seger.

 

AUDY
Yaahhh….
(raut wajah kecewa)

 

NICKY
(terkikik)
Mik, gue titip Audy ke lo, ya?

 

MIKHA
(ikut terkikik)
Beres.

 

Audy tampak cemberut.

 

NICKY
Lo gaul dong sama yang lain. Udah setahun, kok, lo masih belum bisa deket sama temen-temen lo?

 

Sebuah angkutan umum minibus warna merah berhenti di depan ketiga anak itu.

 

SOPIR ANGKOT (LAKI-LAKI, 25-30 TAHUN)
Pondok Labu?

 

AUDY
Fatmawati.

 

SOPIR ANGKOT
Dua ratus, ya?

 

AUDY
Iya, Bang.
(lalu naik)
Gue duluan, ya?
(melambaikan tangan)

 

Nicky dan Mikha juga melambaikan tangan.

LS angkot yang melaju.

 

AUDY (VO)
Waduh, kenapa Nicky malah pindah pagi? Bisa garing, deh!


Fade out.

BEAT. Musik.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar