Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sepenggal Kisah dari SMP (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
10. (36-37)

36.   INT. Ruang kelas, siang.

Pak Chris sedang mengajar di depan kelas. Kamera menyorot papan tulis hitam di kelas. Pak Chris menggambar garis menggunakan kapur. Audy tampak menatap ke depan.

 

AUDY (VO)
(memperhatikan Pak Chris)
Pak Chris itu … orangnya asyik, sih. Baik juga sebenernya. Cuma …
(PAUSE)

 

PAK CHRIS
(sambil menggambar garis di papan tulis)
Pada cermin, sudut datang itu sama dengan sudut pantul.

 

AUDY (VO)
Entah kenapa, gue rasanya agak … gimanaaaa … gitu kalo ke dia. Kayak segan, kayak selalu salah tingkah. Kayak gugup. Ah … entahlah. Nggak tahu.

 

PAK CHRIS
(sambil menggambar garis)
Seeetttt….

 

SFX

Suara tertawa tertahan dari para siswa.

Pak Chris menoleh, kemudian, tertawa kecil.

 

AUDY (VO)
Penampilannya emang agak lain, sih. Kadang gue pikir mestinya dia jadi pemain basket aja. Soalnya tinggi gitu.

 

PAK CHRIS
(menggambar garis)
Seeeetttt….

 

SFX

Suara tawa.

 

AUDY (VO)
Kadang dia ngingetin gue ke bokap. Bukan karena mirip, ya? Nggak! Sama sekali enggak.

 

Kamera menyorot ke Pak Chris.

 

AUDY (VO)
Tampangnya Pak Chris, kan, rada kayak bule gitu. Sekilas, sih. Tapi pastinya beda sama bokap gue. Gantengan bokap gue dong….

 

Pak Chris masih sibuk menerangkan materi.

 

PAK CHRIS
Berbeda dengan cermin, pada lensa cahaya dibiaskan.
(kembali menggambar garis)
Seeettt….

 

Suara tawa tertahan kembali terdengar di kelas.

 

AUDY (VO)
Bokap, kan, lulusan ITB. Emang, sih, kuliahnya bokap dulu geologi. Tapi pasti dulunya belajar fisika juga, kan? Karena pas SMA pasti ngambil jurusan A1.

 

Kamera menyorot suasana kelas.

 

AUDY (VO)
Makanya nyambung kalo gue tanya soal PR fisika. Pak Chris, tuh, kalo ngasih PR banyak banget, bisa bikin gue begadang semalaman.

 

Pak Chris menggambar garis lagi di papan tulis.

 

AUDY (VO)
Kalo nggak ada bokap yang bisa diajak diskusi, gue juga bingung gimana ngerjainnya. Anak-anak juga pada bingung sebenernya. Makanya, mereka pada suka nyontek PR fisika ke gue.

 

Audy melirik Ferry. Zoom in Ferry yang sedang serius memperhatikan Pak Chris.

 

AUDY (VO)
Beda sama Ferry yang lebih sering jadi bahan contekan PR matematika.

 

Pak Chris kembali menggambar garis.

 

AUDY (VO)
Pak Chris itu sebenernya cara ngajarnya enak. Gue suka, kok, sama cara ngajarnya. Gue juga udah kenal dia dari kelas satu. Atau dia yang kenal gue duluan, ya? Yang jelas, dia jadi kayak nandain gue pas tahu kalo gue satu-satunya anak yang nilai fisikanya lebih tinggi dari biologi.

 

PAK CHRIS
Seeeetttt….

 

SFX suara tawa tertahan para siswa. Kamera menyorot wajah para siswa yang tersenyum-senyum geli. Kemudian menyorot wajah Audy yang sepertinya tidak terpengaruh teman-temannya.

 

AUDY (VO)
Enak … tapi kadang rada norak juga.

 

PAK CHRIS
Seeeeettt….

 

AUDY (VO)
(muka cemberut sambil menatap ke depan)
Nggak usah kayak gitu kenapa, sih? Norak tahu!

 

PAK CHRIS
Pada cermin cekung, sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.
(kemudian menggambar garis lagi)

 

AUDY
SEEEETTTTT…!

 

Seisi kelas menoleh ke arah Audy. Mikha memelotot. CU kaki Mikha yang menendang kaki Audy di bawah meja. Audy langsung tersadar.

 

PARA SISWA
HAHAHAHA….

 

PAK CHRIS
(menoleh dan tersenyum menatap Audy)
Kamu mau bantu saya mengajar?

 

Suara tawa masih terdengar. Kamera menyorot Audy yang ekpresinya salah tingkah. Audy lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja.

SFX

Suara tawa para siswa yang semakin keras.


CUT TO


37.   EXT. Lapangan basket, siang.

Beberapa siswa bermain basket menggunakan separuh lapangan. Sementara para siswi duduk di bangku yang terbuat dari batu di pinggir lapangan. Adrian tengah bermain basket tiga lawan tiga bersama dua orang siswa kelas II-6. Lawannya adalah Rivano (laki-laki, 14 tahun, berambut pendek potongan cepak crew cut), siswa kelas II-5, bersama dua orang lainnya.

Adrian men-dribble bola dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mengibaskan poni yang jatuh ke dahi. Rivano berusaha menghadang. Adrian memasang kuda-kuda untuk menembak bola. Rivano melompat. Namun, ternyata Adrian tidak jadi menembak dan baru menembak setelah Rivano mendarat. Bola masuk.

PARA SISWI II-6

Yeaaaayyyy…!

 

MIKHA
Ayo Adrian!

 

Adrian menoleh dan tersenyum. Mikha tersipu.

 

AUDY
(memerhatikan Mikha, lalu tersenyum)
Suka, ya?

 

MIKHA
(terdiam sebentar, lalu kembali semringah)
Kalo iya memangnya kenapa?

 

AUDY
Ya nggak apa-apa.

 

Adrian kembali memasukkan bola dan suasana kembali riuh. Adrian melempar bola ke Rivano yang berdiri di bawah ring. Rivano kemudian mengoper bola ke temannya. Temannya membawa bola itu ke dekat ring sembari mencari sudut yang tepat untuk menembak. Namun, salah seorang siswa kelas II-6 menghadang. Siswa kelas II-5 itu pun kembali mengoper bola ke temannya yang satu lagi. Namun, bola telanjur diblok oleh Adrian yang kemudian langsung berkelit mencari sudut yang tepat dan menembak. Masuk lagi. Lapangan pun kembali riuh.

 

AUDY
Adrian main basketnya jago banget. Sayang, suka bolos.

 

MIKHA
Iya. Imej-nya jadi jelek.

 

Rivano mencoba berkelit melewati Adrian. Namun, ia tampak kesulitan. Ia membalik badan hingga membelakangi Adrian. Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, mencoba mencari celah untuk melewati Adrian dan berlari ke bawah ring. Adrian merentangkan tangannya menjaga Rivano yang memunggunginya. Rivano menjejak ke kiri. Adrian pun ikut ke kiri. Namun, ternyata bola malah dioper ke kanan. Siswa kelas II-5 yang menerima operan lolos dari penjagaan. Ia berlari ke bawah ring. Adrian berusaha menghadang. Tetapi bola malah dioper ke Rivano yang posisinya bebas. Rivano segera menembakkan bola begitu menerimanya. Sayangnya masih meleset.

 

PARA SISWI II-5
Yaaaahhh….

 

MIKHA
Eh, menurut lo, gue cocok nggak kalo jadian sama Adrian.

 

AUDY
(terbelalak)
Lo beneran suka sama Adrian?

 

Mikha tersipu sambil meletakkan telunjuk di bibir.

 

AUDY
(menatap Adrian, kemudian kembali menoleh ke Mikha)
Menurut gue … lebih baik lo hati-hati, deh.

 

MIKHA
Karena dia suka bolos?

 

AUDY
Iya.

 

MIKHA
Iya, sih. Itu juga yang bikin gue ragu.
(menghela napas sambil menatap Adrian)
Ya udahlah. Dunia gue sama Adrian, kan, beda. Di anak gaul gitu. Anak basket, populer, banyak yang kenal. Lah, gue cuma anak biasa-biasa aja.

 

AUDY (VO)
Anak gaul.

 

Kamera menyorot ke beberapa siswa yang penampilannya goodlooking.

 

AUDY (VO)
Lo tahulah. Di setiap sekolah, pasti selalu ada anak-anak populer yang dianggap seolah mewakili sekolah. Padahal tidak.

 

Kamera menyorot Adrian dan anak-anak lain yang masih asyik bermain basket.

 

AUDY
Gue denger gosip, bukannya Adrian itu jadian sama….
(tidak melanjutkan kalimatnya)

 

MIKHA
Audi?

 

Audy tidak menjawab. Mikha tertawa.

 

MIKHA
Gue juga denger gosip itu. Nggak tahu juga, sih. Tapi yang jelas Audi terang-terangan nge-gebet Adrian. Katanya karena ganteng.

 

AUDY
Gosipnya masih ada, ya?

 

MIKHA
(mengangguk)
Padahal udah nggak sekelas.

 

AUDY
Yah...
(menatap Adrian)
...mungkin memang beneran ada apa-apanya, kali?

 

Zoom in wajah Mikha yang berubah murung.


CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar