50. EXT. Telepon umum, sore.
Zara, Tanty, Ajeng, dan Audy, berjalan cepat menuju telepon umum berwarna biru yang berada di ujung jalan masuk menuju sekolah.
ZARA
Mana nomor teleponnya?
Ajeng menyerahkan sebuah buku diary bermotif kartun lucu.
ZARA
Koinnya cukup, kan?
(menoleh ke Tanty)
TANTY
Beres! Menunjukkan genggaman tangannya yang penuh koin seratus rupiah.
ZARA
(menarik tangan Audy)
Ayo, Dy.
Audy tampak pasrah ketika ketiga temannya itu mendorongnya hingga berada di bawah atap telepon umum.
AUDY
(panik)
Gue nanti ngomong apaan? Gue belum pernah ngomong sama cowok. Seriusan!
TANTY
Halah! Ferry itu bukan cowok?
Audy akhirnya mengangkat gagang telepon. Tanty segera memasukkan koin seratus rupiah. Ajeng menekan nomornya.
SFX
Suara sambungan telepon
(OS) JONATHAN (LAKI-LAKI, 15 TAHUN)
(menjawab dari seberang sambungan telepon)
Halo?
AUDY
Eh … halo?
ZARA
(berbisik)
Diangkat teleponnya?
Audy menutup bagian mikrofon dengan tangannya, lalu mengangguk. Zoom in Ajeng yang membuka mulutnya seolah ingin berteriak “AAAHHH”.
(OS) JONATHAN
Ini siapa, ya?
AUDY
Ini A … eh, Zara. Ini dengan Zara.
(OS) JONATHAN
(antusias)
Oh … Zara, ya?
AUDY
I … iya.
(OS) JONATHAN
Yang temennya Tanty itu, ya?
AUDY
Iya.
(OS) JONATHAN
Apa kabar?
AUDY
Eh … mmm … baik.
Audy menoleh. Zara tampak memberikan kode agar Audy melanjutkan pembicaraan.
AUDY
Kalo elo…?
Tanty tampak menepuk jidatnya.
(OS) JONATHAN
Baik.
(tertawa)
Audy kembali bingung.
AUDY
Eh … lo udah punya cewek belom, sih?
Zara langsung memelotot.
ZARA
(menepuk Audy, lalu berbisik agak keras)
Eh, jangan to the point gitu, dong!
(OS) JONATHAN
(tertawa)
Kenapa? Lo mau jadi cewek gue?
Audy tampak terbelalak.
TANTY
(menangkap ekspresi Audy, lalu berbisik)
Kenapa, lo?
AUDY
(menggeleng)
Eh, bukan begitu maksud gue.
Suara Jonthan terdengar tertawa.
AUDY
(wajahnya tampak berpikir keras)
Ehm.…
(berpikir lagi)
Eh, lo sukanya apa, sih?
(menatap ketiga temannya)
Zara tersenyum dan mengacungkan jempol.
(OS) JONATHAN
Apa, ya? Sepakbola.
AUDY
(berbinar)
Sepakbola?
(OS) JONATHAN
Iya.
AUDY
Sama dong!
Zara, Tanty, dan Ajeng melongo melihat Audy.
SFX
Tanda waktu menelepon akan habis. Tanty dengan sigap memasukkan sekeping koin.
AUDY
Berarti kemarin lo ngikutin Piala Dunia, dong?
(OS) JONATHAN
Jelas.
AUDY
Jagoan lo siapa? Gue pegang Jerman.
(OS) JONATHAN
Sama. Gue juga pegang Jerman.
Audy semakin berbinar, sementara ketiga temannya malah bingung melihat tingkah Audy.
AUDY
Sayang kalah.
(OS) JONATHAN
Iya. Mana sama Bulgaria lagi.
AUDY
Kipernya “Bodo” sih….
(OS) JONATHAN
Kok bodoh?
AUDY
Iya. Bodo Illgner.
(OS) JONATHAN
Oh iya, hahaha.
AUDY
Hahaha….
ZARA
(berbisik)
Eh, ngomongin apa, sih, lo?
Audy meletakkan telunjuk di bibirnya.
SFX
Suara tanda waktu menelepon kembali hampir habis.
Tanty pun kembali dengan sigap memasukkan koin lain.
(OS) JONATHAN
Tapi kalo di final gue jagoin Italia. Sayang kalah lagi.
AUDY
Salah pelatihnya itu, kenapa Giuseppe Signori nggak dimasukin sejak awal. Baru disuruh main pas injury time.
(OS) JONATHAN
Iya. Payah, tuh, pelatihnya. Eh, lo tahu Signori juga?
AUDY
Tahu, dong. Orangnya kecil tapi tajam. Dijuluki ‘Dewa Kaki Kiri’ gara-gara tendangan penaltinya cuma dua langkah pakai kaki kiri, dan selalu masuk. Keren, ya? Padahal sepatunya ukuran cewek, cuma 39. Di sana, ukuran segitu, mah, cewek yang pakai.
(OS) JONATHAN
Weits! Lo tahu banyak juga, ya?
AUDY
Iya, dong. Kan gue suka baca. Termasuk baca berita olahraga.
(OS) JONATHAN
Eh, kapan-kapan kita jalan bareng, yuk. Nonton bola.
AUDY
(terkejut)
Nonton bola?
Ketiga temannya lagi-lagi melongo.
(OS) JONATHAN
Iya.
AUDY
Tapi bareng sama Tanty, terus … sama...
(menatap Ajeng)
...Ajeng juga, kan?
(OS) JONATHAN
Eh, iya. Lo berarti temennya Ajeng juga, kan?
AUDY
Iya….
(OS) JONATHAN
Salam buat Ajeng, ya?
AUDY
(semringah)
Iya….
(mengacungkan jempoknya ke Ajeng)
AJENG
(berbisik)
Apa?
AUDY
(menutup mikrofon lalu berbisik)
Jonathan titip salam buat lo.
Mulut Ajeng ternganga. Wajahnya merah padam.
SFX
Kembali terdengar bunyi tanda waktu menelepon hampir habis.
AUDY
Eh, ini koinnya udah mau abis. Gue juga mau masuk kelas.
(OS) JONATHAN
Oh, oke.
AUDY
Dah, ya? Bye….
(menutup telepon, lalu melempar senyum kepada ketiga temannya)
CUT TO
51. EXT. Gerbang sekolah, koridor, sore.
Satpam membuka gerbang dan menatap tajam pada Zara, Tanty, Ajeng, dan Audy.
SATPAM
Kok lama, sih? Belnya udah hampir bunyi.
ZARA
Kan, nelpon, Pak.
SATPAM
Nelpon siapa, sih?
TANTY
Mau tahu aja, sih?
SATPAM
Ya udah, sana masuk kelas.
(lalu menutup kembali pintu gerbang)
Keempat siswi itu kemudian berjalan menuju kelas.
ZARA
Lo tadi ngomongin apaan, sih? Seru banget?
AUDY
Bola.
ZARA
Bola?
AUDY
Jonathan suka bola.
TANTY
Emangnya lo suka bola?
Audy menangguk.
TANTY
Wah. Cocok, deh, lo. Mestinya dari kemarin aja kita ajakin lo buat bantuin Ajeng.
ZARA
Tapi, kan, gue nggak suka bola.
(cemberut, agak kesal)
AUDY
Emangnya kenapa?
ZARA
Kalo nanti kita ketemu terus dia ngajakin gue ngomongin bola bisa nggak nyambung. Nanti bisa ketahuan, dong?
AUDY
Lah, gue kan cuma manjang-manjangin obrolan aja.
ZARA
Tapi jangan bola, dong, topiknya.
AUDY
Terus apa?
(agak kesal juga)
ZARA
Apaan, kek.
AUDY
Kan udah gue bilang kalo gue nggak pernah ngomong sama cowok.
ZARA
Yaelah. Orang anak-anak sekelas juga tahu lo deket sama Ferry.
AUDY
Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Ferry.
(mendengkus kesal)
ZARA
Ngomongin film, kek. Musik, kek.
AUDY
Kan tadi dia sendiri yang langung bilang suka sepakbola.
(nada suara kesal)
ZARA
Lo alihin ke yang lain dong harusnya.
AUDY
Kalo tadi gue nanya soal fisika ke dia, lo tambah pusing nggak?
ZARA
Ah … udahlah.
(kemudian mempercepat langkah dan melengos pergi)
Audy terbengong melihat Zara.
TANTY
Eh, Zara.
(menoleh ke Audy, lalu mempercepat langkahnya juga menyusul Zara)
Ajeng menoleh ke Audy. Sorot matanya menyiratkan perasaan tidak enak. Meski akhirnya ia juga menyusul Tanty. Tinggal Audy sendirian.
Audy tidak mempercepat langkahnya. Raut wajahnya terlihat kesal.
CUT TO
52. EXT. Koridor sekolah, sore.
Audy berjalan dengan kepala agak menunduk. Beberapa murid tampak berlalu lalang. Namun Audy tampak tidak peduli.
AUDY (VO)
Gimana, sih? Udah dibantuin juga!
Beberapa murid yang berjalan berpapasan dengan Audy. Audy sesekali menggeser posisi berjalannya agar tidak bertabrakan.
SFX
Bel tanda masuk berbunyi.
Audy masih tidak mempercepat langkahnya. Ia masih berjalan dengan kepala menunduk. Hingga tanpa sengaja menabrak orang.
AUDY
Aduh. Maaf.
PAK CHRIS
(tersenyum)
Kalau jalan jangan menunduk makanya.
Audy menengadah.
PAK CHRIS
Kamu dari mana? Udah masuk, tuh.
AUDY
(tersenyum)
Iya, Pak. Permisi, Pak.
(kemudian mempercepat langkah setengah berlari)
Zoom out.
CUT TO