Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tell Me What Your Wish?
Suka
Favorit
Bagikan
26. Turnamen basket atau kegantengan?

33. INT – Gedung Olahraga – Sore

Cast. Kinan, Hema, Zeka, Devan, Tim Dazel, Tim Groge dan Grace bersama Gengnya.

[Sesampainya di parkiran, Hema dan Kinan berjalan menuju ke Gedung Olahraga yang sudah dipenuhi oleh penonton. Kebisingan memenuhi Gedung sore itu.]

Penonton

WUUUUU!! WOOHOO! GILA! GILAA!

Penonton

Ganteng banget woi! Manusia apa malaikat!?

[Teriakan penonton benar-benar memenuhi Gedung.]

Kinan

Berisik banget sih?

Hema

Namanya orang ganteng lagi tanding ya gini. Jadi, harap maklum.

Kinan

Mendingan lo diem aja deh, Hem.

[Hema mengajak Kinan duduk tepat di barisan paling depan.]

Hema

Lo duduk sini aja, supaya bisa jelas liat gue main.

[Kinan mendengus kesal menatapi Hema.]

Kinan

Jangan ke-grr-an mas Hema, saya disini duduk didepan mau lihat gebetan saya tanding.

Hema

Loh? Bukan saya?

Kinan

Hem…

Hema

Oke, gue diam.

Kinan

Kak Zeka mana sih?

Hema

Zeka aja yang dicari. Gue ada disini nggak dicari!

[Kinan memutar pandangannya.]

Kinan

Lo mending diam aja, dari pada nanti nggak bisa tanding!

Hema

Hehe…

Pelatih Tim Dazel

Hem! HEMA! Ayo siap-siap!

Hema

Yow! Oke, Pak! 

Kinan

Nah, dipanggil si botak tuh!

Hema

Ganggu aja, orang lagi PDKT juga.

Kinan

Dih? PDKT apaan?

Hema

Pilihku Deketan, Katamu Temanan.

[Kinan tertawa mendengar perkataan Hema.]

Hema

Udah, gue pergi siap-siap dulu. Jangan dekat-dekat dengan sembarang orang, awas aja kalau ketahuan!

Kinan

Iya, cerewet. Sana! Go away!

Hema

Go away, Go away jidat lo.

Kinan

Hehe, kalau menang traktir gue ya.

Hema

Tenang aja. Gue beliin semua makanan yang lo mau sekalian sama abang-abang nya.

Kinan

Kalau yang jual Mbak-mbak gimana?

Hema

Ya gue beliin juga sama mbak-mbaknya.

Kinan

Kalau yang jual Ibu-ibu gimana?

Hema

(Ekspresi berubah kesal)

Gue beliin sama ibu-ibunya

Kinan

Kalau yang jual Bapak-bapak gimana?

Hema

(Mengulurkan tangan)

Gue beliin semua orang di dunia ini untuk lo. Udah ah nanti gue telat. Tunggu disini awas lo pergi kemana-mana dan juga…

Kinan

(Menatap penuh curiga)

Apa? Dan juga apa?

Hema

Lo nggak mau kasih gue semangat?

Kinan

Kenapa nggak tadi sih? Disaat ramai gini baru minta.

Hema

Buruan-buruan.

[Kinan berdiri dan berjalan mendekati Hema. Mereka menunjukkan tos khusus yang bisa dibilang cukup heboh. Hari itu Hema membuat akhiran tos dengan menarik Kinan ke arahnya dan membuat mereka berpelukan.]

Kinan

Hema! Apaan sih? Lepasin nggak!?

Hema

(Memeluk erat Kinan)

Sebentar aja... Sebentar. Gue butuh ketenangan. Lo nggak dengar suara jantung gue? Rasanya mau copot. Gue deg deg an banget mau turnamen ini. Gue mau menang.

Penonton 1

Hih? Cewek nggak benar ya? Ngapain coba pelukan di depan umum?

Penonton 2

Iri ya? Makanya jangan jomblo.

Kinan

(Berontak nya terhenti)

Tenang aja. Pasti menang kok.

Helena (Teman Grace)

(Menunjuk ke arah Kinan dan Hema)

Grace, lihat tuh.

Grace

Anak udik? Yang cowok siapa?

Helena (Teman Grace)

Iya. Itu yang cowok teman satunya. Yang waktu itu pernah numpahin minuman ke baju lo.

Grace

Oh? Penampilannya beda juga. Tapi ngapain mereka pelukan disana?

Helena (Teman Grace)

Nggak tau. Dasar kegatelan. Urat malunya udah putus? Ngapain juga pakai pelukan disini. Kayak nggak ada tempat lain aja. 

[Hema langsung kembali ke backstage untuk bersiap-siap karena turnamen akan dimulai. Beberapa menit kemudian, pertandingan dimulai. Tim Dazel (SMA TI) mulai memasuki lapangan. Kinan memberikan tepuk tangannya ketika melihat Zeka dan Hema yang berdiri belakangan, kemudian disusul oleh Tim Groge (SMA ALI) yang membuat Kinan langsung terdiam ditempat.]

Kinan

Loh?

Penonton

(Teriakan histeris)

HUAAAA! GANTENG BANGETT!

Kinan

Kok? Dia?

[Saat tim Groge memasuki lapangan, tatapan Hema langsung terarah ke Kinan yang sesuai dugaannya. Mata Kinan terarah ke Devan, seorang laki-laki yang mereka temui di belakang sekolah tadi.]

Hema

Kenapa dia pakai ikut segala sih? Perasaan kemarin nggak ada!

Penonton di belakang Kinan

OMG! Itu Devan dari SMA ALI kan?

Helena (Teman Grace)

Apa-apaan? Sebenarnya ini turnamen basket atau turnamen kegantengan sih? Gimana bisa semua ultimatum masing-masing sekolah saling melawan? Bingung-bingung dah penonton mau dukung siapa.

Wasit

(Menunggu di tengah garis lapangan dengan bola basket di tangannya.)

Perwakilan tim silahkan maju.

[Zeka perwakilan dari Tim Dazel dan Devan perwakilan dari Tim Groge maju mendekati garis tengah. Tatapan sengit terlihat diantara kedua tim, termasuk Hema yang masih saja menatap sadis kearah Devan.]

Hema (VO):

Jelas-jelas masih gantengan gue.

[Kinan membeku terdiam menatapi Zeka dan Devan saling berhadapan.]

Kinan

(Tersenyum malu)

Astaga, gue serasa diperebutkan.

Wasit

Pitt!

[Bola dilambungkan, menandakan pertandingan dimulai. Zeka berhasil mendapatkan bola dan menggiringnya ke tempat lawan. Zeka mengoper ke Hema yang kemudian langsung dikejar oleh Devan dan teman tim nya]

Hema (VO): (tersenyum miring mengejek)

Tuhkan? Gantengan dan cepetan gue.

[Hema melompat dan langsung melempar bola basket itu sampai masuk ke ring lawan.]

Penonton

(Sambil berjoget riang)

Woohoo! Dazel! OI! Dazel! OI! Ayo menang dulu, sukseskanlah sekolahmu!

[Beberapa menit berlalu, Pertandingan berlangsung sangat sengit. Skor akhir menunjukkan kesamaan yaitu 120 : 120. Sebelum melaksanakan pertandingan final, semua tim dibiarkan untuk istirahat sebentar. Tempat istirahatnya berada dibawah tempat penonton.]

Devan

Pak, izin ke toilet sebentar.

Pelatih Tim Groge

Cepat ya!

Kinan

(Menunduk ke bawah)

Hema! Hema!

[Hema yang sedang minum air langsung tersedak ketika menoleh ke arah atas dan melihat wajah Kinan yang tertekuk sangat jelek.]

Hema

Buset, jelek banget lo!

[Tiang pinggir yang tinggi membuat Kinan sedikit menjinjit.]

Kinan

Heh! Kok lo nggak bilang Devan ikut basket?

Hema

Devan siapa? Oh dia? Namanya Devan? Gue juga nggak tau. Gue aja kaget dia tiba-tiba muncul. Lo tuh Jangan berdiri dipinggi gitu, nanti jatuh.

[Kinan yang tidak mendengar suruhan Hema itu, semakin menjijit. Grace dan teman-temannya menatapi Kinan dari tempat duduk mereka.]

Kinan

Ha? Bilang apaan lo?

Helena (Teman Grace)

Lihat! Jadi adik kelas kok caper banget.

Grace

(Menatap kesal, kemudian berdiri)

Gue ada ide. Ayo!

Kinan

Hema, terus siapa yang bakal menang?

Hema

Ya mana gue tau. Lo harus dukung gue lah!

Pelatih Tim Dazel

Hema!

[Hema pergi mendekati timnya yang sedang berdiskusi itu sehabis melambaikan tangannya ke Kinan. Sedangkan tatapan Kinan langsung terarah ke Devan yang berjalan memasuki lorong dibawah tempat Kinan berada.]

Hema

Nan, jangan berdiri dipinggir. Bahaya, licin. Sana duduk lagi. Gue mau diskusi tim dulu.

Kinan

Iya cerewet. Udah sana.

[Saat hendak duduk kembali, dari belakang Grace berjalan secara perlahan mendekati Kinan. Secara sengaja dia mendorong Kinan dan membuatnya tergelincir jatuh kebawah. Bertepatan saat itu semua tatapan langsung terarah ke Kinan yang berteriak termasuk Hema dan Zeka yang kaget.]

Kinan

Aaaaaa!

Penonton Seberang

Hei! Ada yang jatuh!

[Jarak tinggi antara tempat duduk penonton dan lapangan membuat seseorang yang jatuh dari sana akan berakibat fatal. Kaki Kinan terkena ujung dinding. Devan yang hendak pergi ke toilet langsung membatalkannya. Dia secara cepat langsung berlari ke arah Kinan dan menyelamatkan Kinan sampai tangan kanannya terkilir. Kinan secara tidak sadar langsung memeluk leher Devan dan memejamkan matanya. Kinan terlihat syok.]

Hema

Kinan!

Penonton

Woah! Devan ganteng banget! Pahlawanku!

Devan

Hei? Lo baik-baik aja?

[Tubuh Kinan bergetar, Devan menenangkannya dengan menepuk pelan punggung Kinan yang masih berada dipelukannya itu. Kinan dengan gemetaran memeluk Devan semakin erat. Hema yang hendak menghampiri Kinan diberhentikan oleh pelatihnya.]

Pelatih Tim Dazel

Berhenti. Kita harus diskusi!

[Hema memberontak. Tetapi tetap dipaksa oleh pelatihnya yang memberikan tatapan tajam.]

Pelatih Tim Dazel

Peringatan terakhir. Jika kamu bergerak dari tempatmu sekarang dan membuat tim kita kalah nanti saat final, kamu akan saya hukum sangat berat.

[Hema melepaskan cengkraman pelatihnya itu.]

Hema

Tidak peduli, Pak. Nyawa Kinan lebih penting daripada pertandingan ini, dan juga pertandingan ini akan saya menangkan.

[Hema langsung berlari mendekati Kinan dan Devan]

Pelatih Tim Dazel

Hema!

Zeka

Cukup, Pak. Diskusi saja dengan kami. Perempuan itu adalah sahabat dia, saya kalau jadi dia juga akan melakukan hal yang sama.

Hema

Kinan!

[Panggilan Hema itu membuat Kinan membuka matanya secara perlahan. Dia menatap Devan yang sekarang berada di hadapannya. Tatapan takutnya membuat Devan juga ikut khawatir dengan keadaannya.]

Devan

(Mengubah pengucapannya)

Kamu baik-baik aja?

Kinan

(Mengangguk pelan)

Bisa turunin?

[Devan menurunkan Kinan secara perlahan. Hema memegang pundak Kinan dengan rasa khawatir.]

Hema

Heh! Lo baik-baik aja? Nggak apa-apa kan? Lo luka?

Kinan

(Tersenyum lebar)

Hem! Hem! Gue baik-baik aja. Lihat gue bisa berdiri tegap.

[Tatapan Devan langsung mengarah ke tangan Kinan yang sangat gemetaran. Dia menatapi Kinan yang berusaha menyembunyikan ketakutannya itu dengan wajah yang ceria.]

Hema

Berani-beraninya lo senyum kayak gitu? Nggak sadar barusan apa yang terjadi? Kalau lo beneran jatuh sampai ke lantai gue nggak tau harus gimana lagi Kinan. Kan gue udah bilang juga tadi, jangan main di pinggir. Kenapa susah banget sih diomongin?

Kinan

Hem, tenang. Gue baik-baik aja, cuma kaki gue sedikit terkilir aja.

[Tolehannya langsung terarahkan ke Devan. Dengan senyum cerianya dia menatapi Devan.]

Kinan

Ini kedua kalinya lo nyelamatin gue. Makasih ya. Kalau nggak ada lo, pasti gue udah-

Hema

Apa!? Pasti apa!?

Kinan

Hem! 

Devan (VO): (mengangguk pelan)

Kalau takut kenapa nggak bilang aja sih? Terlalu menyedihkan ngeliat lo berbohong seperti ini. Padahal jelas banget kalau lo ketakutan.

Hema

Gue masih kesel banget sama lo. Gue udah nyuruh lo buat mundur kan. Ngeyel banget sih jadi anak!

Kinan

Hema, apaan sih? Iya gue tau gue salah, tapi tadi gue udah mundur dan nggak sengaja kepleset.

Devan

Yakin kepleset?

[Tatapan Hema langsung terarah ke Devan setelah dia mengatakan hal tersebut. Dia menoleh ke atas dan melihat keberadaan Grace beserta gengnya.]

Kinan (VO):

Gue nggak yakin. Gue rasa ada seseorang yang dorong gue dari belakang.

Kinan

(Tersenyum kecil)

Iya, yakin kok. Orang gue tadi ngintip-ngintip dari atas sana dan itu juga emang tinggi.

Hema

Lo! Awas lain kali main di pinggir-pinggir kayak gitu tadi. Nanti gue nggak akan traktir lo lagi dan nggak mau jadi sahabat lo lagi!

Kinan

(Mengelus bahu Hema)

Dih? Ngancemnya kayak anak kecil banget. Iya-iya, gue nggak akan main di pinggir kayak gitu tadi. Maaf ya sudah buat khawatir.

Hema

Apaan sih. Nggak ada yang khawatir juga. Udah lo ke ruang tunggu pemain aja. Nanti selesai ini gue nyamperin lo. Jangan kemana-mana lagi!

Kinan

Iya cerewet.

Devan

Lo yakin baik-baik aja?

[Ucapan Devan itu membuat Hema menatapnya sinis.]

Kinan

Hm... Makasih ya.

[Kinan tersenyum pergi dengan kaki yang sedikit terkilir. Setelah memastikan Kinan pergi, mereka berdua kembali kedalam lapangan untuk lanjut bertanding karena jam istirahat selesai.]

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar