Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tell Me What Your Wish?
Suka
Favorit
Bagikan
27. Luka tangan.

34. EXT – Lorong Ruang Tunggu Tim Dazel – Malam

Cast. Kinan, Hema, Devan, Tim Dazel, Tim Groge, dan Grace bersama Gengnya.

[Pertandingan berlanjut, Kinan berjalan secara perlahan dengan menahan rasa sakit di kakinya menuju ke ruang tunggu sesuai permintaan Hema.]

Grace

Heh!

[Kinan menoleh sekilas kearah belakang, ketika mengetahui yang memanggilnya itu Grace dan Gengnya, Kinan langsung mempercepat jalannya dan mengabaikan panggilan itu. Grace yang merasa diabaikan langsung menghampiri Kinan dan membanting tubuh Kinan kearah tembok.]

Kinan

Aw!

Grace

Udah gila ya? Kalau orang manggil ya tanggepin.

Kinan

Oh, panggil Saya?

Grace

Menurut lo siapa? Dasar cewek sialan.

Kinan

Ada apa?

Grace

Masih berani nanya ada apa? Punya otak tuh dipakai 100%, pelukan di depan banyak orang. Malu-maluin sekolah aja. 

Kinan

Kenapa? Iri?

Grace

Brengsek juga nih cewek!

[Grace dengan kesal langsung menjambak rambut Kinan dan menatapnya dengan tatapan sinis.]

Grace

Kenapa tadi nggak mati aja sih?

[Kinan melepas paksa tangan Grace dari rambutnya.]

Kinan

Oh jadi kakak yang mendorong saya dari atas tadi?

Grace

Kalau iya, kenapa? Mau marah?

Kinan

(Kinan mengepalkan tangannya dengan rasa kesal)

Tau nggak, kalau perbuatan kakak itu bisa membuat kakak dipenjara?

[Grace bersama dengan gengnya langsung tertawa dengan ucapan Kinan.]

Grace

Haha! Heh? Bangun? Lo ngelindur apa gimana? Nggak ada bukti juga kan kalau gue yang dorong lo. Makanya, jadi orang jangan sok paling cantik, sadar diri aja!

Kinan

Saya rasa, kakak juga harus sadar diri.

[Grace mencengkram kerah baju Kinan.]

Grace

Apa kata lo? Coba bicara sekali lagi!

Tim Groge

(Suara samar-samar datang dari ujung lorong)

Gila! Tadi hampir aja!

Helena (Teman Grace)

Grace, kayaknya ada orang yang mau datang. Ayo pergi.

Grace

Sialan! Lo, awas aja!

[Devan bersama Timnya, di ikuti oleh Tim Dazel dibelakangnya yang juga heboh.]

Hans (Teman Devan)

Pergelangan tangan lo gimana? Baik-baik aja?

Devan

(Menggerak-gerakkan pergelangan tangan kanannya)

Masih sakit sedikit.

Hans (Teman Devan)

Gara-gara apa sih? Itu sampai mau biru loh.

Devan

Nggak tau juga. Palingan diurut sedikit sembuh kok.

[Langkahnya terhenti. Devan terdiam menatapi Grace yang pergi dari hadapan Kinan.]

Hans (Teman Devan)

Eh, Dev ayo.

Devan

Duluan aja, entar gue nyusul.

Hans (Teman Devan)

Oke.

[Devan menghampiri Kinan yang sedang merapikan bajunya.]

Devan

Hei?

Kinan

Hai.

Devan

Kenapa diam disini? Nggak jadi ke ruang tunggu Tim Dazel?

Kinan

Nggak tau ruangannya dimana.

Devan

Oh? Ah itu ruangannya di ujung lorong. Mau gue anterin?

Kinan

Eh? Nggak perlu. Gue jadinya ngerepotin.

Devan

Nggak ngerepotin kok. Gue suka ngebantu orang, terutama lo.

[Kinan menatapi Devan yang berdiri dengan keringat dan rambut tak beraturan.]

Devan

Ngelihat gue biasa aja, nanti kalau jatuh cinta, gue nggak tanggung jawab.

Kinan

Apaan sih? Ya, udah ayo tunjukin.

Devan

(Tersenyum kecil)

Ayo. Mau digandeng nggak?

Kinan

Nggak mau. Ngapain?

Devan

Takut hilang aja.

Kinan

Lo pikir gue anak kecil?

[Devan mengacak pelan rambut Kinan yang berjalan disampingnya.]

Kinan

Ih!? Jadi berantakan.

Devan

Tetap cantik kok.

Kinan

Stop bilang seperti itu kalau nggak mau gue pukul.

Devan

Oke. Gue diam. Eh-

Kinan

Katanya tadi mau diam?

Devan

Gue cuma mau nanya keadaan kaki lo. Gimana?

Kinan

Okay, baik-baik aja kok.

Devan

Yakin?

Kinan

(Menoleh ke arah Devan)

Aduh, lo tuh lama-lama mirip sahabat gue ya? Apa perlu gue buktiin dengan gue melompat?

Devan

Udah gila? Gue kan cuma nanya. Nggak perlu bukti-buktiin gitu. Iya gue percaya.

[Hema diam di pojok lorong menatapi kedekatan Devan dan Kinan dengan wajah datar dan kepalan tangannya yang kesal.]

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar