Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tell Me What Your Wish?
Suka
Favorit
Bagikan
40. Tell me what your wish?

50. EXT – Taman – Malam

Cast. Kinan dan Devan.

[Kinan duduk diam di taman sambil menatapi langit yang gelap di depannya. Devan yang habis membeli makanan, melihat keberadaan Kinan dan menghampirinya.]

Devan

Kinan?

Kinan

(Menoleh)

Eh? Loh, ngapain disini?

Devan

(Menunjuk kantong belanjaan)

Habis menguras uang.

Kinan

Ikan hiu lagi berantem, hmmm.

[Devan duduk disebelah Kinan dan meletakkan kantong belanjaannya dibawah.]

Devan

Lagi ngapain disini?

Kinan

Mencari udara segar.

Devan

Ada masalah dirumah?

[Kinan menoleh sebentar.]

Kinan

Kok bisa nebak gitu!?

Devan

Asal aja. Berarti tebakan gue benar? Ada masalah?

Kinan

Nggak kok. Sebenarnya malam ini gue lagi bahagia.

Devan

Bahagia? Ada hal membahagiakan apa?

Kinan

Buku gue, diterima dan akan diterbitkan.

Devan

(Berdiri kaget)

HA? YANG BENAR?

[Reaksi Devan membuat Kinan kaget sekaligus bingung. Reaksi itu adalah reaksi yang diinginkan Kinan saat memberi tahu Hema mengenai penerbitan buku ini. Tetapi malah Devan yang bereaksi heboh dan berhasil membuat Kinan tersenyum bahagia, karena mengetahui ada orang lain selain Hema yang ikut senang dan mendukungnya.]

Kinan

Heh? Apaan sih? Heboh banget, malu gue.

Devan

Nggak bisa! Ini harus dirayain! Sebentar tadi gue ada beli roti, tapi nggak beli lilin.

[Kinan tersenyum bahagia menatapi Devan yang habis heboh memeriksa kantong belanjaannya langsung diam kebingungan mencari alternatif lilin. Dia membuka ponselnya dan mendownload aplikasi lilin. Kemudian dia membuka roti yang dibelinya dan mengarahkan ponselnya beserta roti kearah Kinan.]

Kinan

Ngapain?

Devan

Tiup. Eh, tapi sebelum tiup lilinnya, Tell what your wish

[Ucapan Devan itu membuat Kinan menatapinya dengan mata sedikit berair.]

Devan

Wish nya dalam hati aja. Tapi, kalau bisa selipin nama gue.

Kinan

Kenapa harus nyebut nama lo?

Devan

Supaya cepat terkabul.

Kinan

Emang ngaruh?

Devan

Nggak sih. Ya, supaya nama gue ada di doa lo aja.

[Suasana mendadak menjadi canggung. Devan memutar otak, sambil sesekali menatapi Kinan yang tersenyum ke arahnya.]

Devan

Hm, buruan nanti lilinnya cair.

Kinan

Mana bisa cair, lilinnya aja dari handphone.

Devan

Eh? Jangan diremehin. Coba tiup, nanti dia mati.

[Kinan tersenyum lagi. Kemudian dia menutup matanya dan mulai berdoa. Devan menatapinya dengan senyuman kecil. Kinan membuka matanya dan meniup lilin yang ada di ponsel Devan. Lilin itu mati membuat Kinan kaget.]

Kinan

Loh? Kok lilinnya mati?

Devan

Itulah magic. Ini rotinya, lo makan aja.

[Devan memberikan roti yang ada di tangannya ke Kinan.]

Devan

Kenapa diliatin gitu banget? Tenang aja, nggak beracun kok. Kadaluarsanya juga masih lama.

Kinan

Gue nggak bilang apa-apa ya.

Devan

Ya udah, dimakan. Enak loh itu.

Kinan

Makasih.

[Sambil merapikan belanjaannya, devan melihat bunga kecil yang tertanam didekat pohon. Dia berjalan dan mengambil bunga itu.]

Devan

Nih

[Dia memberikan bunga kecil yang indah itu ke Kinan sambil tersenyum gemas.]

Kinan

Apa.

Devan

Nggak bisa lihat ini apa?

Kinan

Maksud gue, kenapa tiba-tiba kasih bunga?

Devan

Nggak ada apa-apa. Karena bunganya cantik aja, jadi keinget lo.

[Kinan tersenyum melihat tingkah Devan dan mengambil bunga kecil itu dari tangan Devan.]

Devan

Terus, kalau ini hari bahagia lo, kenapa diam sendirian disini? Mana wajah ditekuk banget?

Kinan

Lagi ada masalah sama sahabat aja.

Devan

Sama Hema?

Kinan

Lo kenal dekat dengan Hema?

Devan

(Menggeleng)

Nggak dekat banget. Cuma kenal doang perkara basket.

Kinan

Oh…

[Suasana mendadak hening. Devan sesekali menatapi Kinan yang mulai diam kembali.]

Devan

Kalau lo sendiri, sudah lama sahabatan sama Hema?

Kinan

Awal masuk sekolah. Dekat dan nyaman di sebelah dia, kalau ada dia merasa aman aja.

Devan

Kalau nanti seandainya kalian pisah jalan setelah lulus, gimana? Apa lo akan terbiasa tanpa kehadiran dia?

Kinan

(Menggeleng)

Gue nggak tau. Gue udah anggap dia sahabat terbaik gue. Mungkin sulit buat melepas dia pergi.

Devan

Lo suka sama dia?

Kinan

Suka.

Devan

Sebagai cowok?

Kinan

Sahabat.

Devan

Gue mau nanya lagi.

Kinan

Apa? Nggak perlu izin. Dari tadi juga lo nanya nggak ada izin.

Devan

(Terkekeh malu)

Hehe, gimana kalau seandainya, ada orang yang suka salah satu di antara kalian. Maksud gue misal ada cewek yang tertarik sama Hema dan sebaliknya ke lo. Kalian akan saling dukung atau melarang?

Kinan

Haha? Melarang? Buat apa?

Devan

Ya, misalnya aja.

Kinan

Hmm, gue bakal ngelepas Hema kalau dia udah nemuin kebahagiaannya. Hema itu udah jadi sosok yang berharga dalam hidup gue. Sangat berharga. 

Devan

Kalau lo yang suka sama orang lain? Apa Hema bakal ngelepas lo juga?

Kinan

Hema itu pribadi yang keras kepala. Dia sangat-sangat agresif saat gue suka sama orang lain atau ada orang yang suka sama gue. Dia biasanya akan memastikan apakah cowok itu cukup baik dan cocok buat gue.

Devan

Ternyata persahabatan kalian lebih erat dari yang gue kira ya.

Kinan

Iya, erat banget. Gue suka lihat Hema bahagia.

Devan

Lo sendiri? Apa pernah merasa bahagia?

[Kinan tersentak mendengar pertanyaan yang dilontarkan Devan.]

Devan

Eh? Kalau pertanyaan gue menyinggung, nggak perlu dijaw-

Kinan

Kebahagiaan rasanya nggak pernah berpihak ke gue.

[Jawaban Kinan membuat ucapan Devan terhenti. Dia menatap Kinan yang perlahan tersenyum kecil ke arahnya.]

Devan

Kok bicara gitu sih?

Kinan

Karena nyatanya emang gitu. Ya, kali gue harus bohong?

Devan

Tapi, kalau gue mau buat lo bahagia, boleh?

[Kinan menoleh bingung.]

Kinan

Ha? Apa sih? 

Devan

Iya, gue mau di hari-hari bahagia lo selalu ada gue dan sebaliknya disaat gue bahagia lo ada di sebelah gue.

Kinan

Haha, iya. Ayo jadi sahabat gu-

Devan

Sebagai cowok. Bukan sahabat.

[Kinan tersentak kaget.]

Kinan

Van? bercanda?

Devan

Nggak. Gue akan berusaha buat dapetin lo, walaupun sahabat lo rintangannya.

Kinan

Sebentar, maksud lo apaan sih?

[Mereka berdua saling menatap satu sama lain.]

Devan

Lupain aja. Eh, ini udah malam. Ayo pulang, gue anter.

Kinan

Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri kok.

Devan

Maaf, seorang Devan nggak menerima penolakan.

Kinan

Cih, dasar.

[Kinan menatapi bunga kecil ditangannya.]

Kinan

Lain kali, kasih bunga yang besar dong. Ya kali, bunga liar lo kasih ke gue.

Devan

Walaupun itu bunga liar, tapi cantik seperti orang yang nerima bunganya.

Kinan

Tolong. Ada buaya berkeliaran.

Devan

Heh.

[Sambil tertawa, mereka berjalan pulang menuju ke rumah Kinan.]

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar