Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tell Me What Your Wish?
Suka
Favorit
Bagikan
35. Makan bersama orang asing.

44. EXT – Lorong Depan Kantin dan Dalam Kantin – Siang

Cast. Kinan, Hema, Devan, Jeha, Zeka serta Gengnya, Timo, beberapa murid dan Ibu penjual makanan.

[Kinan mendorong pelan Devan yang tersenyum ke arahnya.]

Kinan

Dasar nyebelin!

Devan

(Tertawa)

Haha, lucu banget sih.

Kinan

Udah, diam aja. Pergi sana, udah selesai kan urusannya?

Devan

Loh? Katanya tadi mau traktir gue makan?

Kinan

Dih? Nggak ada traktir-traktiran. 

Devan

Oh! Jadi gini sifat asli anak-anak sekolah TI?

[Kinan menatap aneh. Devan mendekatkan wajahnya ke Kinan dan menatapnya.]

Devan

Nggak mau bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.

[Kinan mendorong jauh Devan.]

Kinan

Berani-beraninya ya lo ngatain gue nggak bertanggung jawab!

Devan

Kalau nggak mau dikatain, ya tanggung jawab dong.

[Kinan menggeram kesal.]

Kinan

Ya udah! AYO! Kalau perlu, gue beli satu kantin buat lo!

[Devan tersenyum puas melihat tingkah Kinan yang kesal dengannya. Kinan berjalan kesal memasuki daerah kantin yang ramai, disusul oleh Devan dari belakang.]

Kinan

Sana, beli aja apapun. Nanti gue yang bayar.

Devan

Beneran apapun?

Kinan

Iya, buruan. Gue tunggu disana.

Devan

Lah? Terus bayarnya gimana?

Kinan

Nanti kalau semua pesanan lo udah selesai, lo pergi keujung itu pembayaran. Nanti sebut aja nama Kinan, pasti mbaknya langsung paham.

[Devan menoleh aneh.]

Kinan

Ngapain natap gitu?

Devan

Lo… sering ngutang ya?

Kinan

Nggak. Cuma penundaan pembayaran aja.

[Mereka saling menatap.]

Kinan

Udah, tinggal pesan aja repot banget. Jadi, nggak?

Devan

Jadi! Sana duduk.

[Kinan berjalan duduk ditempat kosong, sambil menunggu Devan selesai memilih, tatapan Kinan lagi-lagi terhenti kearah Zeka dan Jeha yang lagi-lagi berada disana.]

Devan

Bu, saya mau batagornya 1 porsi dan dimsumnya 3 porsi tapi dijadikan satu piring aja. Makan disini.

[Devan berjalan kesana-kemari, dan memesan makanan. Sesekali dia menoleh kearah Kinan yang sedang menatap kearah Zeka dan Jeha.]

Ibu Penjual

Ini, pesanannya Mas.

Devan

Baik, Bu. Terima kasih.

[Selesai membeli makanan, Devan membawa semuanya ke meja. Devan membeli batagor, dimsum dan 2 minuman. Dia duduk tepat di depan Kinan.]

Devan

Makanan datang.

Kinan

Makanan lo bukan makanan gue.

Devan

Lo nggak mau makan?

Kinan

Udah kenyang.

Devan

Padahal gue beli dimsum. 3 porsi lagi.

[Setelah mendengar kata dimsum, tatapan Kinan terpaku ke piring yang berisi dimsum kesukaannya.]

Devan

Ya, kalau nggak mau gue makan semua sih.

Kinan

Mau… kalau dimsum.

Devan

Tadi katanya nggak mau, udah kenyang.

Kinan

Lapar lagi.

[Devan tersenyum dan memberikan sepiring dimsum dan minuman yang dibelinya kedepan Kinan.]

Devan

Ya udah sana, makan.

[Kinan memakan dimsum itu dengan lahap. Sedangkan Devan memakan batagor. Disisi lain, Timo orang yang dikenal emosional dari tim basket TI datang menghampiri Zeka yang dimana mereka adalah teman satu tim.]

Timo (Tim Basket TI)

Weh, Zek!

Zeka

Mo! Dari mana aja?

Timo

(Menunjukkan pergerakan merokok)

Biasa.

Zeka

Udah gila. Hati-hati ketauan lo.

Timo

Haha, santai. Pacar?

[Zeka mengangguk tersenyum ketika Timo menanyakan Jeha.]

Timo

Wah gila! Seorang Zeka kapten tim basket bisa dapat bidadari sekolah.

Jeha

Tim, stop.

Timo

Canda, Je.

[Jeha tidak terlalu menyukai kehadiran Timo disana. Karena sosok Timo selalu saja dianggap sebagai preman sekolah. Candaan Timo itu terhenti ketika secara tidak sengaja dia melihat Devan ketika sedang menoleh. Dia sangat membenci tim basket Groge. Sedangkan suasana Devan dan Kinan sangat tenang sambil menikmati makanan mereka.]

Siswi 1

Wah, lihat! Itu siapa? Ganteng banget. 

Siswi 2

Wajahnya unreal banget. Mirip karakter-karakter WP.

Siswi 3

Bisa ya ada orang ganteng kayak gitu? Nggak sopan banget deh wajahnya. Tapi kenapa dia dekat dengan Kinan? Padahal nggak cocok loh.

[Pembicaraan siswi-siswi itu terdengar jelas ditelinga Kinan dan Devan yang membuat Devan menoleh ke belakang.]

Siswi 2

Lihat! Dia noleh.

Devan

Terima kasih Mbak untuk pujiannya, tapi tolong jangan pernah ngatain pacar saya lagi ya? Soalnya saya nggak terima kalau pacar saya dibilang nggak cocok dengan saya, dan saya juga nggak tega dia jadi insecure atau overthinking mikirin omongan kalian. Karena menurut Saya dia udah lebih dari sempurna.

[Ucapan Devan membuat kunyahan dimsum dalam mulut Kinan terhenti.]

Siswi 1 dan 3

Pa-pacar?

Kinan

Devan-

Devan

Gue cuma mau mereka berhenti bicarain lo aja. Nggak bermaksud apapun. Lanjut makannya.

[Kinan melanjutkan makannya sambil melihat kearah 3 siswi yang langsung terdiam. Lagi-lagi muncul senyuman diwajah Devan ketika sedang menatap Kinan yang sangat asik makan sampai belepotan.]

Devan

Seenak itu dimsum nya?

Kinan

Hmm. Dimsum disini tuh enak banget. 

Devan

(Menoleh kesana kemari)

Yang enak apa lagi sih?

Kinan

Semua. Semuanya enak asal ada uang.

Devan

Lo nggak mau nyoba nerbitin buku?

Kinan

Gue udah masukin salah satu cerita gue ke penerbit terkenal. Pengumumannya minggu depan. 

Devan

Minggu depan? Pas ulang tahun sekolah dong?

Kinan

Eh? Iya juga ya? Gue takut.

Devan

Takut kenapa?

Kinan

Takut ditolak. 

Devan

Gue juga takut.

Kinan

Takut apa?

Devan

Takut ditolak sama lo.

Kinan

Ha? 

Devan

Seenak itu dimsum nya?

Kinan

Hmm. Dimsum disini tuh enak banget. 

[Devan menahan tawanya. Dia menatapi Kinan yang juga tersenyum. Secara tiba-tiba Hema muncul, tatapannya aneh ketika melihat kebersamaan Kinan dan Devan.]

Devan

Sorry

[Kinan sedikit terkejut ketika tangan Devan mengarah padanya untuk membantu membersihkan belepotan di dekat bibirnya.]

Devan

Makannya pelan-pelan aja. Nggak ada yang mau merebut kok.

Kinan

Lo nggak mau?

Devan

(Menggeleng)

Makan aja semuanya.

Kinan

Ya iyalah, gue juga yang bayar.

[Suara tepuk tangan tiba-tiba muncul dari arah belakang Devan yang membuat perhatian Devan dan Kinan teralihkan.]

Timo

Wah… wah… lihat siapa yang ada disini?

[Timo berjalan mendekati meja Kinan dan Devan. Kemudian berhenti menatap sinis Devan sambil merangkul dengan sok akrab.]

Timo

Gimana bisa anak dari tim basket lawan yang lemah dan cupu bisa masuk sekolah ini?

[Devan menghentikan kunyahnya, dia menyadari bahwa itu Timo. Orang yang paling dia benci karena sikap arogannya. Kinan yang bingung ikut berhenti makan.]

Timo

Kalau ditanya tuh jawab dong, Axel Devan Herdyan.

[Kinan menatapi ekspresi kesal Devan semenjak datangnya Timo.]

Kinan

Kak, dia temanku. Jadi-

Timo

Gue nggak nanya lo. JADI, lo diem aja. Paham!?

[Timo langsung menunjuk Kinan tepat didepan mata Kinan. Devan langsung melarikan tangan Timo dari hadapan Kinan. Dia berdiri dan mendorong Timo sedikit.]

Devan

Nggak usah nunjuk-nunjuk dia. Kalau ada masalah sama gue, jangan cari perkara sama orang lain.

Timo

(Tertawa mengejek)

Wow-wow… HAHAHA! Santai dong, cupu.

[Suara tawa Timo berhasil mendapatkan perhatian Siswa-siswi yang ada di kantin. Ada beberapa siswi yang merekam. Suara bisik-bisik siswa-siswi menanyakan keadaan terdengar jelas.]

Devan

Gue nggak mau cari masalah sama lo. Mendingan lo cabut deh.

Timo

Heh!? Salah nggak sih? Yang seharusnya cabut itu lo, bukan gue.

Devan

Gue datang kesini baik-baik. Jadi, jangan buat perkara.

[Timo mulai menatapi Kinan yang diam melihat pertengkaran itu. Dia berjalan mendekati Kinan dan merangkulnya. Rangkulan dan ekspresi takut Kinan disaksikan oleh Devan.]

Timo

Cupu ini pacar lo, Dev? Soalnya tadi gue denger lo bilang dia pacar. Sejak kapan anak sekolah TI dibolehin pacaran sama sekolah si cupu ini?

Devan

Singkirin tangan lo dari dia.

Timo

Nggak mau tuh? Lo siapa berani-beraninya nyuruh gue? 

Devan

Gue masih bicara baik-baik sama lo. Jauhin tangan lo dari dia.

[Timo menahan tawanya. Sambil sesekali menatapi Kinan, matanya terarah ke rambut Kinan yang menutupi nama di baju.]

Timo

Lo, kalau dilihat dari samping gini, lumayan juga ya?

Devan

Timo.

Timo

Nyebut nama gue juga lo cuma gara-gara cewek ini. Namanya siapa sih?

[Timo secara tidak sopan menyingkirkan rambut Kinan karena ingin membaca nama. Hal itu membuat Devan menendang kursi dan mencekik Timo kemudian menyudutkannya ke dinding. Kantin langsung heboh, termasuk Zeka dan Jeha yang otomatis berdiri. Kinan juga terlihat syok dan kaget.]

Devan

SIALAN!

Jeha

Ada apaan sih?

Zeka

Nggak tau. Kamu tunggu disini aja, biar aku yang lihatin kesana.

Devan

UDAH GUE BILANG, JANGAN SENTUH DIA!

[Zeka meninggalkan Jeha sendirian dan berjalan menghampiri pertengkaran itu.]

Devan

Punya masalah apa sih lo sama gue?

Timo

Wah! Berani juga lo!

[Timo tercekik. Cengkraman Devan sangat kuat.]

Hema

Jadi gini cara main lo? Nyerang gue disaat tim gue nggak ada? Main kandang? Sadar diri aja siapa yang pengecut sebenarnya.

Siswi

Heh! Kinan, hentikan pacarmu itu. Nanti Kak Timo bisa mati.

Kinan

Devan, cukup. Devan lepasin Kak Timo.

Timo

Heh, cewek sialan! Lo lihat- uhuk ini- pahlawan lo mau hajar gu-

[Devan semakin kuat mencengkram leher Timo sampai membuat wajah Timo memerah kesakitan.]

Devan

Tutup mulut lo, brengsek!

Kinan

Devan! Cukup. Lepasin.

[Tatapan marah Devan terlihat jelas. Zeka yang sampai langsung melerai.]

Zeka

Eh!? Devan! Devan lepasin! Gila ya!?

[Zeka menahan Devan yang memberontak sedangkan Anggota geng Zeka ikut datang dan membantu Zeka melerai Devan dan Timo.]

Kinan

Devan-

Devan

Sini lo!

Timo

Uhuk! SIALAN!

Devan

SINI MAJU LO-

Kinan

DEVAN! Gue bilang cukup!

[Teriakan Kinan membuat suasana kantin yang tadinya rusuh menjadi diam.]

Jeha

Kinan?

[Devan perlahan tenang. Dia menatapi Kinan, yang langsung menatap sinis Timo. Kinan berjalan mendekat.]

Kinan

Kak.

Timo

Apaan lagi sih-

[Suara tamparan membuat mata semua orang terbelalak. Timo yang habis ditampar terdiam menatapi Kinan. Sedangkan Devan tersenyum bangga.]

Siswa-siswi

Wah!? Kinan gila ya?

Kinan

Lain kali, dijaga mulutnya. Tamparan ini, untuk kakak yang berani menyentuhku tanpa izin.

[Kinan melangkahkan kakinya pergi.]

Kinan

Ayo, Van.

Devan

Udah gue bilang kan? Jangan sentuh dia. Ini baru permulaan, lain kali…

[Mata Devan terarah ke celana Timo.]

Devan

Masa depan lo bakal terancam.

Timo

Heh! Sini lo! CUPU!

Zeka

Mo, udah! Timo!

[Mereka berdua pergi dari kantin. Timo mengamuk dan tetap ditenangkan oleh Zeka dan Gengnya.]

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar