Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tell Me What Your Wish?
Suka
Favorit
Bagikan
9. Keluarga atau musuh?

10. EXT – Taman - Malam

Cast. Kinan dan Devan.

[Kinan terlihat diam dan duduk sendirian di kursi bawah pohon dekat taman.]

Flashback scene Bunda

Kamu siapa? MEMANGNYA KAMU SIAPA! Berani-beraninya kamu menilai suamiku dan kehidupanku? Kamu ini memang benar-benar seperti parasit! Benar kata Ayahmu! Kamu ini hanya parasit yang hidup dikeluarga ini! Pembawa masalah! Pembawa sial! Bukan hanya Ayahmu! Aku! Aku juga benci karena telah melahirkan anak sepertimu. Seharusnya saat itu, aku menggugurkanmu! 

Kinan

Ha~ Kinan~ Kinan~ Apa maumu sekarang? Semua yang kamu lakukan selalu aja gagal. Apa benar selama ini kamu hidup hanya sebagai parasit? ARGH! APA YANG SALAH DARI DIRI KAMU, KINAN!

[Kinan mengayunkan kakinya yang membuat sendalnya terpelanting jauh dan mengenai seseorang yang sedang membawa tas gitar.]

Devan

Aduh!

Kinan

Ha?

[Devan mengambil sandal Kinan dan menatapnya. Sedangkan Kinan berusaha menghindari tatapan itu.]

Devan

Punya lo?

Kinan

Eh? Bukan.

[Kinan berusaha menyembunyikan kakinya ke bawah kursi.]

Devan

Yakin?

Kinan

Iya. Sandal bagus kayak gitu kok punya gue sih? Pasti tadi ada orang kaya yang buang.

Devan

Iya juga sih. Sendal ini kelihatan masih bagus. Kayaknya kalau dijual bakal mahal harganya. Atau gue ambil aja ya? Kan nggak ada pemiliknya juga.

Kinan

Ah? 

[Devan beranjak pergi.]

Kinan

Eh? Beneran mau diambil?

Devan

Katanya bukan punya lo. Terus kenapa nggak boleh gue ambil?

Kinan

Ke… kenapa nggak ditinggal aja? Siapa tau nanti pemiliknya datang.

Devan

Benar juga? Kalau gitu, gue tetap stay disini dulu aja sampai pemiliknya datang. 

Kinan

Lo mau ikut nunggu juga?

[Devan kembali mendekati Kinan dan duduk disebelah Kinan.]

Devan

Iya. Gue cuma penasaran, kenapa dan siapa pemilik yang membuang sendal ini. Padahal sandal ini kelihatan mewah banget.

Kinan

Oh? Oke…

Kinan (VO):

Aduh, nih cowok kenapa pakai nunggu segala sih? Itu sendal gue. Sendal hasil promo cuci gudang Rp. 10.000.

[Selagi menatapnya, tatapan Kinan ikut terarah ke tas gitar.]

Kinan

Anak musik?

Devan

Bukan, hanya penyuka.

Kinan

Bass?

Devan

Gitar biasa. Tapi terkadang gitar listrik dan bass juga bisa.

Kinan

Ohh, keren.

Devan

Keren apanya?

Kinan

Nggak tau. Hanya keren aja. Lo bisa melakukan hal yang lo suka.

Devan

Untungnya sih. Lo sendiri gimana?

Kinan

Hasil kerja gue baru aja ditolak. Udah 2 kali. Tapi sekarang lagi nyoba ulang. Sekarang "mungkin” masih diperiksa.

Devan

Sorry, kalau boleh tau, pekerjaan lo apa?

Kinan

Penulis, tapi belum bisa dipanggil penulis. Gue hanya suka nulis, tapi kayaknya nggak berbakat deh. Haha.

Devan

Bukan hanya lo yang bisa menyimpulkan apakah lo berbakat atau nggak. Tapi orang lain juga. Hidup lo masih panjang. Kenapa nggak dicoba lagi? Ini bukan mengadu nasib, gue  cuma ingin cerita. Karena gue suka nyanyi, jadi gue sempat membuat album, dan pernah ditolak sebanyak 7 kali. Banyak sekali alasan dari agensi musik untuk menolak album gue, dan ternyata tiba-tiba mereka mencuri salah satu lagu gue untuk artis mereka-

Kinan

HA!!! Kampret banget!

Devan

Astaga! HAHA, kaget. 

Kinan

Maaf. Habisnya agensi yang lo ceritain itu nyebelin banget.

Devan

Actually, gue suka reaksi lo. Lo orang pertama yang kaget setelah mendengar ini.

Kinan

Oh? Btw, agensi mana sih? Biar gue teror! Seenaknya pakai lagu orang!

Devan

Haha, lo lucu deh.

Kinan

Hei, gue nggak sedang ngelawak. Gue beneran. Maksud gue, bagaimana bisa antar sesama manusia bisa melakukan hal itu? Apa lagi kalian sama-sama berada di industri musik. Apa pimpinannya gila? Nggak punya rasa malu banget, udah putus tuh urat malunya.

[Devan dengan senyum kecilnya menatapi Kinan yang sedang mengomel. Kemudian dia membuka tasnya dan mengeluarkan gitar dari sana. Ocehan Kinan berhenti.]

Kinan

Ah? Maaf, gue terlalu banyak bicara ya?

Devan

Nggak kok. Gue suka ngeliat lo ngomel kayak gitu.

Kinan

Ha?

Devan

Hmm, ada request? 

Kinan

Apa ya? Aku kurang tau masalah musik. Sepertinya selera musik kita beda.

Devan

Emang lo suka genre apa?

Kinan

Rock…

Devan

Ah… atau gue coba nyanyiin lagu yang gue buat sendiri.

Kinan

Wow, Ayo! Anggap aja gue sebagai juri.

Devan

Haha, oke.

[Devan mulai memetikkan senar gitar miliknya. Alunan musik terdengar indah diikuti suara Devan yang juga merdu. Kinan terpesona. Dia menatapi Devan. Lagu sedih yang dinyanyikan Devan membuatnya terdiam dan tanpa sadar meneteskan air mata. Devan yang melihat air mata Kinan, langsung berhenti memainkan gitarnya. Dia terdiam dan secara perlahan menghapus air mata di pipi Kinan.]

Devan

Hei? 

[Usapan itu membuat Kinan langsung menatap Devan yang terlihat khawatir.]

Devan

Lo kenapa? Lo sakit ya? Atau kedinginan?

Kinan

Lagu lo… lagu lo kenapa bagus banget sih!?

[Tangisan Kinan semakin membesar. Dia menangis seperti bayi.]

Devan

Hei? Haha, jujur gue bingung harus bereaksi gimana. Reaksi lo kenapa dari tadi heboh banget sih?

Kinan

Tapi, memang bagus. Kenapa bisa bagus banget sih!? Gue yakin nih ya, agensi yang nolak lo itu pasti nyesel sekarang. Gue yakin 1000%.

Devan

Haha, thank you udah buat gue mengakhiri hari ini dengan rasa bahagia.

Kinan

Sama-sama. Hiks…

[Kinan tersenyum lebar, Devan ikut tersenyum kecil menatapi Kinan.]

Devan

Nggak pulang?

Kinan

Nanti deh. Mau nikmatin suasana malam ini dulu. Lo sendiri?

Devan

Mau nemenin lo.

[Kinan menoleh binging.]

Kinan

Eh? Nggak perlu.

Devan

Jangan grr dulu. Maksud gue, mau nemenin lo sekalian nunggu pemilik sendal ini.

[Devan mengangkat sandal yang diletakkannya di pinggir kursi. Kinan diam menatapi sandalnya yang ada pada Devan.]

Kinan

Lo nggak kasihan sama mata lo? Lihat tuh sampai ada mata panda. Pulanglah, sendal itu… tinggal disini aja. Biar gue yang kasih ke orangnya nanti.

Devan

Asal lo tau, gue nggak mudah percaya sama orang. 

[Kinan langsung berdiri dengan satu kaki tanpa alas.]

Kinan

Lo!? Gue itu orang paling jujur sedunia. Ya, wajar sih lo nggak percaya sama gue, soalnya kita baru pertama kali ketemu. Tapi, gue itu orang yang bisa dipercaya loh!

[Devan tersenyum, matanya terus menatapi Kinan. Dia memberikan sendal itu pada Kinan.]

Devan

Nih, pakai. Kasihan kaki lo kehilangan alasnya satu.

[Secara cepat Kinan langsung kembali duduk dan menahan malu. Dia mengabaikan sandal yang diberikan Devan.]

Devan

Nggak mau sandalnya?

Kinan

Mau…

Devan

Ya udah, ini ambil sendalnya.

[Kinan tak kunjung mengambil sandalnya dari tangan Devan.]

Devan

Kenapa?

Kinan

Malu.

Devan

Malu kenapa?

Kinan

Tadi kan gue bilang itu bukan sendal gue.

[Devan tertawa melihat tingkah Kinan.]

Devan

Hahaha, Hei. Dari awal gue udah tau kalau ini sendal lo. 

Kinan

Kok?

Devan

Ya, coba lo lihat keadaan sekitar. Siapa lagi orang yang lewat di jam segini dengan jalan yang sepi kecuali lo.

[Kinan menoleh kesana kemari. Dia hanya melihat jalanan gelap dan sepi. Hanya ada dirinya dan Devan disana.]

Kinan

I-iya juga sih…

Devan

Ini udah malam. Nggak baik buat anak cewek keluar sendirian. Sana pulang, atau mau dianterin?

Kinan

Dih? Gue bukan bocah ya!

[Devan meletakkan sandal itu disebelah kaki Kinan.]

Devan

Gue serius. Ini udah malam. Pulang, ya? Nanti keluarga lo khawatir loh.

[Kinan menghela nafas berat dan menatap Devan.]

Kinan

Oke. Gue pulang sekarang. 

[Kinan langsung memakai sandalnya dan pergi berlari dari sana.]

Devan

Awas jatuh. Jangan lari-lari, cewek misterius.

[Devan mengacak-acak rambutnya dengan perasaan menyesal menatapi Kinan yang mulai hilang dari pandangan.]

Devan

Namanya… lupa gue tanya. Astaga Devan, bodoh banget sih? 
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar