Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SOULMATE
Suka
Favorit
Bagikan
19. Episode 7 Part 1

SOULMATE 


EPISODE 7


Opening song : Perfect – Simple Plan


FADE IN :

 


Evan mengobati luka di tangan Dana.



DANA

Kenapa lo masih nyariin dia?


Evan terenyak, menggunting kain kassa, lalu melihat Dana.


EVAN

Siapa?


DANA

Airish.


EVAN

Gue, cuma ngerasa bersalah sama dia. 


DANA

(melihat tangannya yang kini diperban)

Kenapa?


EVAN

Apanya yang kenapa?

(membereskan Kotak P3K)


DANA

Lo suka sama dia?


EVAN

(terenyak, lalu beranjak dari duduk, melihat sekeliling)

Tas lo mana?
Lo bilang mau tidur di sini, kan?


CUT TO :


1. INT. RUMAH EVAN. KAMAR EVAN - MALAM

Dana memakai selimut, bersiap tidur.


BU FEBYANA

Evan. Nggak ada selimut yang bagus apa?

(melongok ke luar kamar)


EVAN (V.O)

Evan cariin dulu.


DANA

Nggak usah, Bu.
Ini juga udah bagus.


BU FEBYANA

(lalu melihat Dana)

Jangan, Sayang.
Kamu bisa gatel-gatel ntar.

(mengambil selimut Dana, lalu mencium baunya)

Tuh kan. Belum dicuci.


EVAN

Ibu lebay banget.

(datang, memberikan selimutnya pada Dana)


BU FEBYANA

(tidak habis pikir melihat Evan, lalu mendekatkan selimut ke hidung Evan)

Coba aja sendiri!
Bau begitu.


Evan tersenyum, tidak habis pikir, mendekap selimutnya lalu melihat Dana yang kini mengalihkan pandangan sedih. Dia lalu melangkah pergi.


JUMP CUT TO :


Bu Febyana berbaring di sebelah Dana, sudah berselimut rapi.


BU FEBYANA

Andai aja waktu itu ibu nggak ngasih kamu ke Kamila.


DANA

Dana ngerti kok.
Ibu jangan merasa bersalah terus.


BU FEBYANA

(memeluk Dana)

Mau ibu nyanyiin lagu pengantar tidur?


DANA

Nggak usah, Bu.
Dana malah nggak bisa tidur ntar.


BU FEBYANA

(tertawa melihat Dana)

Kenapa kamu jujur banget?
Pasti nggak mau denger suara jelek ibu ya?


DANA

(tersenyum)

Bukan gitu, Ma ....

(lalu memejamkan mata)


BU FEBYANA

Padahal ibu berharap kamu lebih manis dari Evan.
Tapi ternyata sama aja.


Bu Febyana lalu memeluk Dana.


BU FEBYANA

Gimana kalau besok kita camping?


DANA

(heran, melihat Bu Febyana)

Camping?


BU FEBYANA

Iya.

(tersenyum senang melihat Dana)

Pasti kamu bosen kalau cuma liburan di rumah sempit gini.
Lagian ibu juga udah lama nggak camping.


Dana masih memikirkannya.


CUT TO :


2. EXT. JALANAN DEKAT PERKAMPUNGAN. MOBIL – SORE


NUE

Sudah semuanya?

(bersiap di kursi sopir)


BU FEBYANA

(melihat Dana, Nenek Alimah dan Evan yang ada di kursi belakang)

Let’s go!


Evan tersenyum saja melihat ibunya. 


Nue melajukan mobilnya.


NENEK ALIMAH

U ... Dona.
Nenek seneng banget kamu ada di sini.

(memeluk Dana)


EVAN

Namanya Dana, Nek. Bukan Dona.


DANA

(tertawa kecil)

Nggak apa-apa, kok.
Kan panggilan kesayangan ya, Nek.


NENEK ALIMAH

Iya. Cucu nenek satu-satunya ....


EVAN

(tersentak, segera melihat Nenek)

Jadi, Evan bukan cucu Nenek?


NENEK ALIMAH

Nenek belum selesai bicara,
Ini cucu nenek satu-satunya yang perempuan.


Dana tersenyum.


NENEK ALIMAH

Ayo makan kuenya.


Dana memakan satu kue, lalu tersenyum melihat neneknya.


Evan lega melihat Dana kembali ceria.


Lagu "L-O-V-E – Nat King Cole" yang diputar di mobil.


BU FEBYANA

(bernyanyi)

L - is for the way you look at me
O - is for the only one I see


Dana tersentak mendengar suara merdu ibunya.


BU FEBYANA

(bernyanyi)

V - is very, very, extraordinary


DANA

E - is even more than anyone that you adore can
Love

(bernyanyi sambil melihat ke luar jendela)


BU FEBYANA

(tersentak senang melihat Dana, lalu melanjutkan nyanyian)

Is all that I can give to you


Nue juga tersenyum melihat ke belakang sebentar.


Evan tersenyum melihat Dana dan ibunya masih bernyanyi bersama.


BU FEBYANA

Suara kamu bagus banget.
Takut nggak diakui anak ibu ya ....


Dana lalu tertawa.


CUT TO :

 

3. EXT. PEGUNUNGAN - MALAM

Dana dan keluarga sedang camping. Membuat api unggun, lalu makan malam bersama.


EVAN

(menyelimuti nenek yang duduk di dekat api unggun)

Kenapa nenek ikut tadi.
Di sini kan dingin.

 

NENEK ALIMAH

Argh ....
Nenek kuat.
Lagian kan nenek tidur di mobil, nggak ganggu kalian.


EVAN

Bukan gitu maksud Evan ....


Dana tersenyum saja melihat Evan dan Nenek Alimah, melihat Nue dan Bu Febyana yang berbincang, lalu Hera dan Dika yang baru datang.


DIKA

Lo yakin masih bisa?


HERA

(mengangguk melihat Dika)

Hera nggak apa-apa.
Tapi istirahat bentar ya, Kak.


DIKA

Yaudah.

(meletakkan ransel di tanah)


Dana memerhatikan mereka.


Hera tersenyum melihat Dana, lalu duduk di samping Dika.


Dana juga tersenyum melihatnya.


Dika memberi sebotol minuman pada Hera. Hera meminumnya.


DIKA

Lo nekat banget.
Ngelihat dari rumah kan bisa.


HERA

Dari rumah nggak seru, Kak.
Kalau di sini kan meteor nya kelihatan jelas.


Dana tersentak, kembali melihat Hera.


HERA

Kakak belum pernah kan lihat hujan meteor?


Dika tersenyum saja, lalu makan permen karet.

 

Dana terenyak memikirkannya.


CUT TO :


NENEK ALIMAH

Jangan jauh-jauh.

(agak khawatir melihat Evan dan Dana)


DANA

Nggak, Nek ....
Ada temennya juga.


EVAN

Nenek nggak usah khawatir nanti Evan bawain oleh-oleh.


NENEK ALIMAH

Oleh-oleh?


EVAN

Siapa tau bintangnya ada yang jatuh ke sini.


Dana hampir tertawa melihat Evan


Nenek Alimah tidak habis pikir melihat Evan.


FADE OUT & FADE IN :


4. EXT. PEGUNUNGAN – MALAM

Dana, Evan sedang melihat hujan meteor. Mereka terlihat senang.


Dana lalu melihat Evan yang termenung.


DANA

Evan.


Evan menoleh melihat Dana.


DANA

Lo make a wish?


Evan tersenyum, mengalihkan pandangan ke langit.


EVAN

(lalu melihat Dana)

Gue pengen banget lihat lo bahagia.


DANA

(tidak habis pikir)

Gue udah bahagia.
Gue selalu bahagia kalo ada lo.

(mengalihkan pandangan)


EVAN

(terenyak melihat Dana)

Kalo gue nggak ada?


DANA

(tersentak, kembali melihat Evan)

Emang lo mau ke mana?


EVAN

Kalo gue mati.


DANA

(tersentak kesal)

Lo ngomong apa sih.


INSERT :

Dari jauh, Hera melihat Dana dan Evan sebentar, lalu kembali melihat Dika yang mengajaknya bicara.


EVAN

Lo pikir gue bisa hidup ngelihat lo tersiksa tiap denger sesuatu tentang Airish?


Dana terenyak.


EVAN

Hati gue hancur.


Dana kembali melihat Evan dengan tatapan sedih.


EVAN

Gue juga cinta sama lo.
Tapi kita nggak akan bisa, Dana ....
Kita saudara.


Mata Dana berkaca-kaca melihat Evan.


DANA

(meneteskan air mata)

Lo mau gue bahagia.
Oke. Gue bakal bahagia.


EVAN

Lo harus move on.


Dana terenyak.


EVAN

Gue juga.

(menahan air mata)


DANA

Oke.

(menangis)

Gue bakal move on.


Evan meneteskan air mata, mengalihkan pandangan.


DANA

Gue bakal move on.


FADE OUT & FADE IN :


DANA

Gue udah move on, Evan ....

(melihat kotak cincin kosong di tangannya, lalu mengusap air matanya)

Gue juga mau lo bahagia.


CUT TO :


5. INT. APARTEMEN EVAN – MALAM

 

EVAN

(tersentak senang melihat June)

Lo diterima?


JUNE

Emang ada cewek yang bisa nolak gue?


Evan tersenyum, tidak habis pikir melihat June.

 

JUNE

(lalu berubah sedih saat teringat sesuatu)

Tapi cincinnya hilang.


EVAN

(tersentak)

Apa?


June mengacak rambutnya, lalu menjatuhkan diri ke tempat tidur.


JUNE

Sial banget.


EVAN

(terenyak, memikirkannya)

Lo kecopetan?
Gue kan udah bilang hati-hati.


JUNE

Gue yang ceroboh.
Cincinnya jatuh di taman.

(menghela napas panjang, lalu mengalihkan pandangan, memikirkan sesuatu)


CUT TO :


6. EXT. TAMAN EIFFEL – PAGI

Raynard sedang melukis wajah turis yang kini duduk tak jauh di depannya.


BCU : Lukisan Raynard.


JUMP CUT TO :


TURIS

(tersenyum melihat hasil lukisan Raynard)

Thank You so much, Man.


RAYNARD

You’re welcome, Sir.

(tersenyum melihat turis)


CUT TO :


Raynard melihat suasana sekitar, lalu mengemasi peralatan melukisnya.


POV RAYNARD : Cincin milik June yang terselip di celah jalan.


Raynard mengambil cincin itu, mengamatinya, lalu memikirkan sesuatu.


CUT TO :


7. INT. GALERY QUENTIN. STUDIO RAYNARD - SORE

Raynard memotret cincin temuannya, lalu mengirimkan pesan gambar pada temannya.


QUENTIN

(heran melihat Raynard)

Kau sungguh ingin menjualnya?
Itu kan bukan milikmu?


RAYNARD 

(tidak habis pikir melihat Quentin)

Apa aku kelihatan sejahat itu?

(lalu menyimpan cincin di dompetnya)

Aku kenal pengrajinnya. 
Ini limited edition. 


QUENTIN

(tersentak)

Apa ada tanda khusus?


RAYNARD

Ya. 

(lalu melihat Quentin)

Ukiran tersembunyi.


QUENTIN

Di mana temanmu?


RAYNARD 

Indonesia. 


Quentin mengangguk mengerti.


SFX : Denting ponsel Raynard.

BCU : Layar ponsel Raynard : Pesan dari KENZO :

Eiffel?
Romantis juga dia. 
Gue bahkan belum pernah ke sana. 
Gue baru selesaiin ini bulan lalu. 
Cincin pertunangan?


BCU : Pesan yang diketik RAYNARD (V.O) :

Siapa dia?
Bilang, ambil cincinnya di galeri gue. 
Ini alamatnya. 


CUT TO :


8. INT. CAFE CHARLIE - MALAM

Airish duduk termenung sambil menangkup secangkir Hot cappuccino, lalu tersentak saat melihat gitar yang disodorkan kepadanya.


Airish lalu melihat Charlie. 


CHARLIE

Mainin satu lagu. 


AIRISH 

(mengalihkan pandangan)

Gue udah lama nggak main gitar.


CHARLIE

(lalu duduk, meletakkan gitar di sampingnya)

Kalo gitu nyanyi aja. 
Biar cafenya rame.

(tersenyum)


Airish tersenyum sebentar, melihat kopinya. 


CHARLIE

Udah lama nggak nyanyi juga?


Airish lalu minum kopi.


CHARLIE

Jangan buat gue merasa bersalah gini.


AIRISH

Bukan salah lo. 
Nggak ada yang mau menikahi orang depresi. 


Charlie tersentak sedih. 


AIRISH 

(kembali melihat Charlie)

Tadinya gue pikir gitu. 
Tapi, ternyata gue salah. 

(mengambil gitar, lalu memainkan melody)

Mau gue nyanyi lagu apa?
Buat terakhir kali?


CHARLIE

Jangan bercanda. 


AIRISH

Gue nggak bercanda. 
Gue berangkat besok.


CHARLIE 

Ke mana?


AIRISH

Prancis.


CHARLIE

(tersentak)

Prancis?


JUMP CUT TO :


Airish bernyanyi sambil bermain gitar di Acoustic Corner. 


Charlie dan Nindy melihatnya dari bar.


NINDY 

(melihat kesedihan di wajah Charlie)

Lo nyesel?


Charlie lalu melihat Nindy. 


NINDY

Pertunangan kita—


CHARLIE

Gue cuma sedih. 

(kembali melihat Airish)

Dia nggak seharusnya seburuk itu. 


NINDY

Pikirin perasaan gue. 


Charlie tersentak melihat Nindy pergi dengan kesal. Dia menyesal lagi. 


CUT TO :


9. INT. APARTEMEN EVAN - PAGI

Evan duduk sambil bermain gitar dan bersandar pada dinding. 


June baru bangun tidur, lalu melihat Evan. 


JUNE

Pagi-pagi udah galau. 


EVAN

(menghentikan permainan gitarnya, melihat June)

Udah bangun?


JUNE

Apa orang tidur bisa lihat lo main gitar?

(lalu duduk di tempat tidur)


Evan tersenyum, tidak habis pikir.


JUNE

Siapa namanya?

(lalu menguap)


EVAN

Siapa?

(heran melihat June)


JUNE

Cewek yang lo pikirin sekarang?


EVAN

Dana. 


June tersentak melihat Evan. 


EVAN

(tertawa, meletakkan gitarnya)

Gue bercanda. 


JUNE

Kenapa Dana?


EVAN

Bukan. 

(beranjak mengambil air minum)


June menghela napas, memikirkannya.


EVAN

(minum, lalu melihat June)

Gue bilang bukan dia.


JUNE

Gue masih ngantuk. 

(mengambil ponsel, lalu melihat email masuk)

Ada yang nemuin cincinnya!


Evan tersentak, kembali melihat June. 


June tersenyum, segera membalas email itu. 


CUT TO : 


10. EXT. GALERY QUENTIN. LT. 2 - PAGI

Terdengar alunan musik yang dimainkan pemusik jalanan. 

Raynard melihat pemusik itu dari jendela kamar di Lt.2. 


RAYNARD

Kenapa orang sekesepian gue bisa ada di kota paling romantis?


QUENTIN

Ironis.


Raynard tersentak melihat Quentin yang kini menghampirinya. 


QUENTIN

Tragis.


Raynard tersenyum , kembali melihat pemusik itu.


QUENTIN

Ada yang mencarimu di bawah. 


RAYNARD 

(kembali melihat Quentin)

Siapa?


QUENTIN

Pemilik cincin itu.


CUT TO : 


11. INT. GALERY QUENTIN. LT.1 - PAGI

June sedang melihat beberapa lukisan, lalu Raynard yang kini menuruni tangga. 


JUNE

(tersenyum melihat Raynard)

Hai. 
Kenzo bilang, ada orang Indonesia yang menemukan cincinku. 


Raynard menghampiri June sembari membuka dompetnya untuk mengambil cincin June.


RAYNARD

Semoga gue nggak salah. 

(memberikan cincin itu pada June)


June menerima cincin, lalu memeriksanya. 


RAYNARD 

Lo lihat ukirannya?


JUNE

(lalu melihat Raynard)

Jadi, lo tau karna lihat ukirannya?


RAYNARD

Ya. Cukup unik. 
Dan dia selalu buat edisi terbatas. 


JUNE

(tersenyum melihat cincinnya)

Ini satu-satunya. 
Btw, Thanks ya, Ray ....

(mencoba mengingat)


RAYNARD

Raynard.

(tersenyum, mengulurkan tangan pada June)


JUNE

June. 

(tersenyum, menjabat tangan Raynard)


RAYNARD

Oh ya. Mau kopi?


JUNE

Oh. Makasih. 
Tapi gue udah tadi. 


RAYNARD

(melihat sekeliling, mengambil sebotol minuman dingin dari kulkas, lalu memberikannya pada June)

Kalau gitu yang ini.


JUNE

(menerima minuman itu)

Makasih. 


RAYNARD

Sama-sama. 
Lo tinggal di mana?


Raynard mempersilakan June duduk di kursi yang baru saja ditariknya, lalu dia sendiri duduk di kursi lainnya. 


JUNE

Cuma numpang di apart temen yang kerja di sini. 

(duduk, meletakkan botol minumannya di meja)


RAYNARD

Jadi, lo ke sini cuma buat ngelamar cewek lo di Eiffel?


JUNE

(tersenyum)

Ya. Bisa dibilang itu rencana utamanya. 
Dia kuliah di Ezcar.


RAYNARD

A ....

(mengerti)

Dia seniman juga?


JUNE

(melihat sekeliling)

Jadi, lo yang ngelukis semua ini?


RAYNARD

Ya. 
Gue hidup dari melukis di sini. 


June yang takjub kembali melihat Raynard. 


RAYNARD

Sebenernya, gue juga numpang.


June tersentak. 


RAYNARD

Tempat ini punya Quentin. 

(menunjuk Quentin yang sibuk makan roti sambil mendengarkan musik dari piringan hitam)

Manajer gue di sini.

(jeda)

Pokoknya dia businessman.
Dan gue, seni-man!


June tertawa, mengalihkan pandangan. Raynard tersenyum.


June lalu terenyak melihat lukisan yang ada di satu sudut di dekat jendela. 


Raynard melihat apa yang dilihat June, lalu June yang berjalan menghampiri lukisan itu.


June berhenti di depan lukisan dan tampak terkesan.


POV JUNE : Lukisan Dana. 


RAYNARD 

(menghampiri June)

Kalau yang ini nggak dijual. 


JUNE

(bergumam)

Mirip banget sama Dana.


RAYNARD 

Apa?


JUNE

(lalu melihat Raynard)

Lo jual berapapun bakal gue beli. 


RAYNARD

(hampir tertawa)

Jangan bercanda.


JUNE

Apa lukisan ini penting buat lo?


Raynard terenyak memikirkannya. 


June masih menunggu jawaban Raynard. 


RAYNARD 

(kembali melihat June)

Lo suka?


CUT TO : 


12. EXT. CAFE PRANCIS - SIANG


SABRINA

Dasar jual mahal!


Dana lalu melihat Sabrina.


SABRINA

Kalau tau dia akan selelet ini, 
Aku tidak akan merekomendasikannya. 


DANA

Wajar ....
Dia punya banyak followers.


SABRINA

(agak kesal melihat Dana)

Ini sudah hampir setengah jam. 
Untung aku profesional. 
Aku bisa menyumpal mulut teman-teman dengan makan siang.
Kalau sampai filmnya tidak bisa selesai hari ini,
Aku akan menyuruhnya mengganti seluruh biaya produksi. 


DANA

Apa itu tidak keterlaluan?

(lalu makan lagi)


SABRINA

Kalau begitu setengahnya.


SFX : Dering ponsel Dana. 


Dana tersentak, mengambil ponsel, menolak panggilan itu, lalu melihat Sabrina.


Sabrina menatap kesal Dana. 


DANA

Mama bilang aku tidak boleh men-silent ponselku. 

(tersenyum masam melihat Sabrina)

Maaf, aku lupa mengganti modenya.


SABRINA

(tertawa, mengalihkan pandangan)

Lakukan saja sesukamu. 
Itu urusanmu dengan sutradara. 


Dana lalu mengirim pesan pada June. 


BCU : Layar ponsel DANA (V.O) : Pesan untuk June :

Sorry, gue lagi syuting. 
Ada apa, June?


Sabrina beranjak dari duduk saat melihat Tatiana datang. 


CUT TO :


13. INT. GEDUNG APARTEMEN DANA - PETANG

Establish—Gedung apartemen Dana. 


Dana berjalan menuju lift, lalu masuk ke dalamnya. 


CUT TO : 


Dana keluar dari lift, lalu masuk ke apartemennya. 


CUT TO : 


14. INT. APARTEMEN DANA - PETANG

Dana tersentak melihat ruangan di depannya kosong. Tidak ada lagi perabotan di sana.


POV DANA : Beberapa koper dan barang lainnya menumpuk di satu sudut, lalu kasur lantai yang ada di kamar tempat bu Kamila duduk sekarang. 


DANA

Mama ....


Bu Kamila terdiam melihat ke luar jendela. Dana lalu duduk di sampingnya.

Bu Kamila hampir menangis melihat Dana.


DANA

Mama kenapa?


BU KAMILA

Maafin Mama.


Dana masih terenyak melihat mamanya. 


DANA

Minta maaf buat apa, Ma?


Bu Kamila menangis, lalu segera mengusap air matanya dan mengambil album foto. 


Dana memerhatikannya. 


Bu Kamila mengambil sebuah foto dari album, lalu menunjukkannya pada Dana. 


Dana mengambil foto itu. 


POV DANA : Foto Bu Febyana sedang menggendong Dana yang masih bayi.


BU KAMILA 

Selama ini kamu udah tau, kan?
Siapa ibu kandung kamu.


Dana masih terpaku pada foto. 


BU KAMILA

Mama ....
Mama takut kamu marah. 
Mama takut kamu ninggalin mama.


Dana lalu melihat Bu Kamila. 


BU KAMILA 

(menatap Dana, masih menangis)

Mama minta maaf. 


Dana memeluk Bu Kamila. 


BU KAMILA

Mama jahat sama kamu, Dana. 


Mata Dana berkaca-kaca. 


BU KAMILA 

Sekarang ....

(masih terisak)

Sekarang bahkan mama nggak bisa menahan kamu di sisi mama. 


DANA 

(melepas pelukannya, heran)

Maksud mama?


Bu Kamila mengusap air mata, lalu kembali melihat Dana. 


JUMP CUT TO : 


Bu Kamila dan Dana terdiam dalam fikiran masing-masing. 


BU KAMILA

Tapi kamu harus lanjut kuliah.
Biar mama aja yang pulang ke Indonesia. 
Mama akan mulai bisnis lagi di sana. 


DANA

Mama harus istirahat.


Bu Kamila lalu melihat Dana. 


DANA

Kerugiannya udah terlalu banyak, Ma.
Mama bahkan nggak bilang udah ngejual rumah.


BU KAMILA

(mengalihkan pandangan, sedih)

Selama ini, mama nggak pernah cerita. 
Karena mama nggak mau kuliah kamu di sini terganggu.
Cuma karna hutang.


DANA

Mama emang nggak perlu cerita ke Dana. 

(lalu melihat Bu Kamila)

Tapi kenapa mama nggak ikutin apa kata Om Krisna?


Bu Kamila terenyak.


DANA

Mama bilang mau belajar dari Om Krisna.
Jadi Dana nggak perlu khawatir mama ngelanjutin bisnis papa. 


Tatapan Bu Kamila semakin kosong. 


DANA

Ma ....

(meraih tangan Bu Kamila)


Tidak ada jawaban dari Bu Kamila.


DANA

Mama ....

(khawatir melihat mamanya)


Air mata Bu Kamila mengalir lagi.


BU KAMILA

Maafin mama ....

(menangis tersedu)


Dana menangis, memeluk mamanya, lalu segera mengusap air mata.


JUMP CUT TO :


Establish—Langit malam dari jendela apartemen Dana. 


Bu Kamila sudah terlelap, sementara Dana masih menatap langit-langit kamar. 


SFX : Getar ponsel Dana. 


Dana mengambil ponselnya, lalu melihat pesan masuk dari JUNE (O.S) : 

Cincinnya udah ketemu. 


BCU : Layar ponsel Dana : Foto cincin. 


Dana tersentak senang, lalu mengetik pesan untuk June. 


Pesan masuk dari JUNE (O.S) :

Besok gue ke apartemen lo ya?


Dana terenyak memikirkannya.


CUT TO :


15. EXT. DEPAN GEDUNG APARTEMEN DANA - PAGI

ESTABLISH—Jalanan di sekitar gedung apartemen Dana. 


June menunggu di samping gerbang sambil bersandar pada tembok, sementara tangannya mengapit lukisan yang terbungkus rapi. Tak lama kemudian, Dana membukakan gerbang untuknya. 


JUNE

(tersenyum melihat Dana)

Allo.


DANA

Allo.

(tersenyum melihat June, lalu mempersilakannya masuk)


June masuk, lalu Dana menutup pintu pagar di belakangnya. 


JUNE

Belum makan siang, kan?


DANA

Emangnya ini udah siang?


JUNE

Jadi gue salah?


Dana tersenyum tidak habis pikir, lalu berjalan bersama June menuju apartemennya. 


CUT TO : 


16. INT. APARTEMEN DANA - PAGI

June duduk di lantai, mengamati ruangan.


JUNE

Jadi mama di mana sekarang?

(melihat Dana yang kini duduk tak jauh darinya, sedang membuka kotak makanan)


DANA

Boleh gue makannya sekarang aja?
Gue suka banget ini?


JUNE

Makan aja. 


DANA

(lalu makan)

Mama lagi beresin kantornya.


JUNE

(mengangguk, mengerti)

Di Indonesia nanti mama gimana?
Lo bilang rumahnya dijual?


DANA

Mama bakal pulang ke rumah kakek. 
Siapa tau bisa lebih tenang di sana.

(lalu melihat bungkusan lukisan di samping June)

Itu apa?


JUNE

(melihat lukisan di sampingnya, lalu tersentak)

Oh, 
Hadiah buat lo. 

(memberikan lukisan itu pada Dana) 


Dana tersentak menerimanya. 


CUT TO : 


Dana membuka pembungkus lukisan, lalu tersentak.


BCU : Lukisan wajah Dana. 


June tersenyum, melihat Dana. 


Dana menyentuh lukisan itu, lalu melihat tanda tangan Raynard di satu sudutnya. 


Dana tersentak lagi. 


JUNE 

Lo suka?


Dana masih terpaku pada tanda tangan Raynard. 


June heran, lalu melihat apa yang dilihat Dana. 


DANA

Lo dapat dari mana?

(lalu melihat June)


JUNE

Lo pikir ini cuma-cuma?


DANA 

Nggak. 
Maksud gue, lo beli di mana?


JUNE

Di galeri. 
Tempat orang yang nemuin cincin kita. 


Dana kembali melihat lukisan. 


JUNE

Sebenernya dia nggak ngejual lukisannya. 
Lihat gue suka banget. 
Jadi dia kasih. 
Hadiah pertemanan katanya.
Tapi gue tetep bayar lah.
Kita kan baru kenal. 

(kembali melihat lukisannya)

Bisa mirip banget sama lo. 
Bener-bener takdir yang maksa gue kasih hadiah buat lo. 


DANA 

Makasih, June.


JUNE

Sama-sama. 

(tersenyum melihat Dana)


Dana tersenyum, kembali melihat lukisannya. 

June mengeluarkan cincin dari tas, lalu memakaikannya di jari Dana. 

Dana terenyak menyentuh cincin itu, sementara June tersenyum.


JUMP CUT TO : 


Dana kini sendirian di apartemennya. Dia mencoba menelfon Evan, tapi panggilannya tidak dijawab. 


CUT TO :


17. INT. RESTORAN A - MALAM

Evan sedang bekerja sebagai waiter. Dia menuju satu meja sambil membawa balok kayu kecil, lalu menyodorkannya pada customer. 


CUSTOMER

(tersentak melihat balok itu, lalu Evan)

Apa kau pikir ini bisa dipakai menggesek kartu?


EVAN

(tersentak melihat balok di tangannya, lalu customer)

Maaf. 

(lalu bergegas menukar balok dengan mesin EDC dari bar)


Isaac tidak habis pikir melihat Evan dari jauh. 


CUT TO : 


18. INT. RESTORAN A. LOKER KARYAWAN - MALAM

Evan membuka loker, mengeluarkan tas dan jaket.


ISAAC

Kau butuh refreshing, Man!
Bagaimana kalau kita pergi ke Jerman?


EVAN

Kau saja. 

(memakai jaket, lalu tas)


ISAAC

Liburan atau bulan depan kau tidak bisa kembali bekerja di sini.


Evan menghela napas, melihat Isaac yang sudah siap untuk pulang, lalu mengambil ponsel dari tas. 


ISAAC 

Kau memang orang Indonesia. 
Tapi kau ada di Prancis. 
Orang Prancis menikmati hidup. 
Work-Life balance. 


EVAN

Kau berbicara seolah-olah kau bukan orang Indonesia.

(sambil menyalakan ponsel)


ISAAC

Sekarang rambutku pirang dan aksenku sudah sangat bagus. 
Hargai aku sedikit. 


EVAN

Baiklah, Ishak. 
Tapi kau tetap orang Indonesia.
Di mana pun kau berada. 


19. EXT. JALAN DI DEPAN RESTORAN A - MALAM


ISAAC

Ya. Ya. 

(berbalik, lalu absen untuk pulang)


Evan mengikuti di belakangnya, lalu keluar restoran. 


ISAAC

Apa istilah yang sedang tren di Indo sekarang?
Kaum rebaban?


SFX : Denting ponsel Evan.


Evan melihat pesan masuk dari DANA (O.S) : 

Lo yang anterin June beli lukisan?


Evan menghentikan langkah untuk membalas pesan. 


BCU : Layar ponsel EVAN (V.O) : Pesan untuk Dana : 

Nggak. 
Dia berangkat sendiri karena gue lembur hari ini. 


ISAAC

(masih berjalan)

Apa yang bisa dibanggakan dengan itu?
Apa kau mau rebahan seharian?
Kau pikir itu cara menikmati hidup?

(lalu melihat sekeliling dan tersentak karena Evan ternyata masih tertinggal di belakang)


POV ISAAC : Evan terenyak melihat ponselnya. 


ISAAC 

Apa itu? 
Manequinn Challenge?


CUT TO : 


20. INT. JALAN RAYA. BUS - MALAM

Evan dan Isaac duduk di dalam bus yang baru saja melaju. 


Evan melihat pemandangan di luar melalui jendela. 


ISAAC

Kau tau, 
Ella memintaku mengajarinya bahasa Indonesia. 
Dan, minta dibelikan batik kalau aku pulang ke Indonesia tahun ini. 


EVAN

(masih melihat ke luar jendela)

Kalian memang pasangan yang serasi. 


ISAAC

(tersenyum)

Tentu saja.

(lalu tersentak, kembali melihat Evan)

Kau tidak ada maksud lain kan dengan kata-kata itu?


EVAN 

(lalu melihat Isaac)

Ada yang bilang, 
Jangan fokus pada hal-hal yang belum pasti kebenarannya. 


ISAAC

Siapa yang bilang?


EVAN 

Aku. 

(lalu memakai headset)


ISAAC

Menyebalkan sekali. 

(tidak habis pikir melihat Evan)


Isaac masih berbicara, tapi Evan sudah tidak mendengarnya karena baru saja memutar lagu dari ponsel. 


CUT TO : 


21. EXT. HALTE 1/JALAN RAYA - MALAM


Bus yang ditumpangi Evan berhenti di Halte. 

Evan memperhatikan penumpang yang mulai keluar-masuk melewati pintu. Lalu pandangannya terhenti pada seseorang yang duduk di halte. 


POV EVAN : Airish sedang melihat peta di tangannya. 


Evan tersentak. 


Pintu bus menutup dan bus pun kembali melaju. 


Evan terenyak, memikirkan sesuatu. 




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar