Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
26. Bagian 26
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

119. EXT. RUMAH FAISAL — BALKON - NIGHT 119

 

Rako duduk di lantai menyandar ke dinding. Ia menggambar di ipad.

 

CUT TO:

 

Kita akan mengikuti stylus pen membentuk gambar wajah Sephia. Garisnya tipis. Terus membentuk lekukan rahang. Kemudian ke rambut. Mata. Hidung. Mulut.

 

Jari Rako mencubit layar dan kita akan melihat sosok Sephia sedang menoleh berlatar matahari senja. Siluet itu persis sama seperti yang Rako bayangkan ketika dalam perjalanan pulang dari pabrik di taksi online.

 

Lalu kita akan melihat stylus pen menulis sebuah kata di dalam balon teks di atas kepala gambar tersebut. Bunyinya: “when we talk what a love is ...  a lovelorn.”

 

LATER

 

Yuni masuk. Ia membawa puding mangga.

 

Yuni merasa canggung. Tapi berusaha menyamankan diri. Dia duduk di depan Rako. Sembari meletakkan puding.

 

Rako tersenyum kaku. Ia berhenti menggambar. Sementara Yuni melihat ke ipad.

 

YUNI

Komiknya masih jalan?

 

Rako kaget akhirnya Yuni menyinggung soal komik dengan nada lembut.

 

RAKO

(Dengan nada berat)
Masih, Bu.

 

Yuni lalu mengambil ipad di tangan Rako. Ia menatap lekat gambar di dalamnya.

 

YUNI

Cantik. Mirip Sephia.

 

Rako menatap Yuni.

 

Yuni membalas tatapan Rako. Sembari mengembalikan ipad.

 

Yuni paham ketidakmengertian Rako.

 

YUNI (CONT’D)

(Hati-hati)

Kamu, cocok sama kerjaan di pabrik?

 

Rako memaksa senyum. Bingung mau menjawab apa. Dia lalu meletakkan ipad di lantai.

 

RAKO

(Nyaris tidak terdengar)

Cocok nggak cocok, Bu. Rako harus kerja. Lagian, Bapak. Ibu. Mas Isal dan Mbak Vera bener. Komik belum tentu ngasih aku makan. Dan nyatanya emang begitu.

 

Yuni menghela napas. Sembari tersenyum.

 

RAKO (CONT’D)

Maafin Rako ya, Bu. Udah tua gini, kolokannya enggak berhenti-berhenti.

 

YUNI

Namanya anak paling kecil, Ko. Setahu ibu semua bungsu memang begitu.

 

Rako tersenyum.

 

Yuni akhirnya tak tahan.

 

YUNI (CONT’D)

Ko, ibu baru kemarin ngelihat kamu kayak seneng banget waktu sama Sephia. Tapi sejak kamu tiba tadi pagi, udah enggak lagi. Ibu boleh tahu, kenapa?

 

Rako menundukkan kepalanya. Ia memilih kata.

 

RAKO

(Nyaris tidak terdengar)

Orang tua Sephia, Bu. Bapaknya enggak yakin. Ngira kalau Rako hanya cuman mau main-main hanya karena Sephia enggak bisa lihat.

 

Yuni menahan napas.

 

YUNI

Kamu sendiri?

 

Rako mengangkat kepalanya. Ia dan Yuni bersitatap.

 

RAKO

Ibu dulu, menurut ibu, Rako gimana? Yakin apa enggak?

 

Yuni paham maksud Rako. Ia pun mengatur kata.

 

YUNI

(Melembut)

Ibu sih jelas enggak lihat gimana tepatnya sikap orang tua Sephia. Tapi, kayaknya mereka enggak salah salah amat.

 

Rako diam. Meresapi kata-kata ibunya.

 

YUNI (CONT’D)

Mungkin ya, Ko. Ini ada kaitannya.

 

Rako menatap Yuni.

 

Yuni merasa serba salah mau melanjutkan kalimatnya. Yuni menghela napas.

 

YUNI (CONT’D)

Kemarin waktu ibu senewen. Ibu bilang nggak tahu kerjaan kamu sebetulnya apa. Di mana?
(Beat)
Itu memang karena Ibu enggak tahu tujuan kamu ke mana?
(Beat)
Kadang ibu mikir, kamu lagi ngejar karir banget karena pas hari libur pun kamu masih kerja. Tapi dibilang begitu, keseriusan kamu bikin komik enggak bisa kena senggol biar sedikit aja.

 

Rako terus diam.

 

YUNI (CONT’D)

Tapi, seperti yang dibilang Isal dulu. Kamu diem aja terus di satu tempat. Enggak ke mana-mana.

 

Rako menyadari betapa benarnya kata-kata Yuni. Tapi dia malu mengakui.

 

Yuni menghela napas.

 

YUNI (CONT’D)

Orang ya, Ko. Ada yang bisa ngerjain dua kerjaan sekaligus. Bahkan lebih. Tapi banyak juga yang enggak.
(Beat)
Sepinter-pinternya Isal sama Vera, mereka cuman fokus ke satu tujuan.
(Beat)
Kamu lihat kan gimana jagonya Isal main bola? Dulu sampe ada orang yang nawarin ini itu supaya dia mau masuk klub. Tapi Isal enggak mau. Walaupun dia jago, tapi tujuan dia enggak ke situ.

 

Beat.

 

Yuni menghela napas.

 

YUNI (CONT’D)

Yang namanya sikap ya, Ko. Sadar atau enggak, orang lainlah yang bakal ngelihat. Ngerasain. Jadi, mungkin itu yang orang tua Sephia rasain.

 

Rako tersenyum kecil.

 

YUNI (CONT’D)

Jadi sekarang kamu tentuin. Tegesin maunya apa.

 

RAKO

Rako udah milih kok, Bu. Makanya kan Rako mutusin nyusul ibu pindah ke sini.

 

Yuni tersenyum. Matanya berkaca-kaca.

 

RAKO (CONT’D)

(Nyaris tidak terdengar)

Sekalian juga, Rako minta tolong ditemenin nemuin orang tua Sephia.

 

Yuni tersenyum bahagia. Dia paham maksud kata-kata anaknya.

 

YUNI

Kalau gitu, kamu bilang juga sama Bapak. Sama Mas Isal dan Mbak Vera. Bilang kalau kamu ada perlu. Jelasin ke mereka perlunya kamu apa.

 

Rako menatap Yuni tak yakin. Tapi Yuni terus meyakinkan.

 

YUNI (CONT’D)

Ini biar Bapak, Mas Isal, sama Mbak Vera yakin kalau kamu enggak main-main. Jadi, omongan kamu enggak main-main ke orang tua Sephia nanti juga bisa mereka pegang.

 

Rako mikir. Dia akhirnya tersenyum.

 

RAKO

Dulu, Bapak juga gitu?

 

Yuni tertawa kecil.

 

YUNI

Ya semua orang. Isal juga.

 

Yuni dan Rako tertawa.

 

YUNI (CONT’D)

Mau ngomong sekarang?

 

Rako menganggukkan kepala.

 

RAKO

Ibu temenin, ya?

 

Yuni tertawa kecil. Sembari mengangguk.

 

YUNI

Tapi makan dulu.

 

Rako mengangguk. Yuni menyuapi Rako puding.

 

YUNI (CONT’D)

Nanti kalau udah nikah manjanya dikurangin ya.

 

Rako mengangguk.

 

Rako dan Yuni bangkit dan turun ke bawah.

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar