Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
7. Bagian 7
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

20. INT. WARTEG — DAY 20

 

Hari begitu panas. Warteg penuh pengunjung di jam makan siang. Ada pekerja kantoran. Ada karyawan pabrik. Ada sopir. Ada juga driver ojek online.

 

Rako membantu Yuni melayani pembeli. Ia mengambilkan makanan.

 

RAKO

(Ke Pembeli)

Ini pakai apa, Pak?

 

PEMBELI #1

(Medok Jawa)

Sayur asam Tegal sama ikan.

 

Rako menyendok sayur asam. Lalu menunjuk ikan goreng ke Pembeli. Ada beragam jenis ikan goreng di etalase. Ada ikan kembung, ikan mas, ikan lele. Ada juga ikan gurame.

 

Pembeli menunjuk ikan mas.

 

Rako menjumput ikan mas dengan jepitan.

 

RAKO

(Ke Pembeli)

Sambal berapa sendok, Pak?

 

Pembeli mengangkat dua jari ke Rako.


21. EXT. HALAMAN BELAKANG WARTEG — DAY 21

 

Rako duduk di kursi panjang sembari merokok. Dia baru saja selesai makan. Di kolong kursi ada piring kotor bekas makannya.

 

Yuni mendekat. Wajahnya suntuk. Dia malas bicara dengan Rako.

 

RAKO

Bapak nggak ke sini, Bu?

 

YUNI

Enggak. Makan siangnya tadi ibu antar pake gojek.

 

Rako mengangguk paham.

 

Yuni menatap Rako penuh selidik.

 

YUNI (CONT’D)

Kamu tumben makan di sini? Nggak sayang duit. Bolak-balik ongkos ke sini kan lumayan. (Menajam) Bisa beli dua bungkus rokok.

 

Rako tersenyum kaku. Sementara Yuni memungkut piring kotor bekas Rako makan. Sembari mengatur kata.

 

YUNI (CONT’D)

(Nyaris tanpa suara)

Besok, ibu sama bapak mau nyoba tinggal di tempat Isal dulu seminggu.
(Beat)
Kalau kerasan ya ibu sama Bapak bakalan pindah. Netep di sana.

 

Rako kaget. Ia menelan ludah. Lalu mematikan rokok.

 

RAKO

Ibu nggak bilang?

 

Tatapan Yuni tajam ke Rako.

 

YUNI

Gimana ibu bisa ngomong orang kamu sibuk terus. Ibu sama Bapak sampe bingung, enggak jelas kerjaan kamu itu sebetulnya apa. (Mengeja) Di mana?

 

Rako merasa disudutkan.

 

RAKO

Tapi Ibu kan nggak perlu nunggu sampe Rako enggak sibuk, kan? Ibu lihat Rako enggak selalu sibuk.

 

Yuni menghela napas.

 

YUNI (CONT’D)

Tapi yang penting sekarang ibu ngomong, kan?

 

Rako menatap ibunya. Ia menelan kembali kata-katanya yang ingin ia ucapkan.


22. INT. RUSUNAWA — UNIT RAKO - EVENING 22

 

Faisal dan Yuni sibuk mengepak barang-barang. Sementara Ridwan menonton televisi.

 

Rako masuk. Dia baru selesai mandi dan berganti pakaian. Pandangannya kaget dan heran melihat begitu banyak barang yang di-pak ke dalam kardus. Di sofa, di sisi Ridwan duduk menonton televisi ada satu koper.

 

Faisal dan Yuni terus mengepak. Ekspresi mereka bahagia.

 

Rako mendekat. Ia mengatur kata.

 

RAKO

Bawaannya banyak banget.

 

Yuni menjawab tanpa menoleh ke Rako. Sementara Faisal bersikap cuek padanya.

 

YUNI

Ibu kan bilang, kalau kerasan ya ibu sama Bapak bakalan netep di sana.

 

Faisal tersenyum senang.

 

Dalam tatapan Yuni, ia merasa kata-kata itu tidak sepenuhnya benar. Melainkan bahwa Ibu dan Bapak tak perlu menunggu kerasan atau tidak, Ibu dan Bapak mau tinggal bersamanya.

 

FAISAL

Pasti Ibu sama Bapak kerasan. Isal jamin.

 

Yuni membalas senyuman Faisal.

 

RAKO

(Ke Faisal)

Tapi Ibu sama Bapak kan baik-baik aja, Mas. Nggak ada urusan mendesak sampe mereka harus pindah dari sini?

 

Yuni akhirnya menoleh Rako.

 

Sementara Faisal berhenti mengepak barang. Ia menoleh adiknya. Mulai merasa kesal.

 

FAISAL

(Menekan)

Ada.
(Beat)
Rumah gue sama rumah Vera sama-sama kosong. Lagian nggak lihat apa, Ibu sama Bapak saban hari pura-pura budek gara-gara orang suka nanya kenapa nggak tinggal di rumah gue atau Vera aja?

 

Rako tersenyum kaku. Ia berusaha membalas tatapan Yuni.

 

RAKO

Kalo soal omongan orang, aku juga orang Mas. Kenapa Mas Isal sama Mbak Vera nggak mikirin aku?

 

FAISAL

(sarkas)
Orang? Orang macam apa yang nggak bergerak ke mana-mana? Orang macam apa yang tahunan diem aja di satu tempat? Elu ya, Ko. Elu kan ngerasa Ibu sama Bapak tinggal di sini baik-baik aja karena elu maunya ngeliat begitu, kan?
(Beat)
Gue sama Vera kerja buat siapa lagi kalau bukan buat Ibu sama Bapak?

 

Rako menelan ludahnya.

 

Sementara Ridwan menoleh ke anak-anak dan istrinya. Ia mengecilkan suara televisi.

 

FAISAL (CONT’D)

Kalau elu mau tinggal terus sama Ibu dan Bapak, minimal elu mikir gimana caranya mereka bisa nyaman. Gue Ko, gue sama Vera yang tahu gimana caranya biar Ibu sama Bapak tinggal di tempat yang nyaman. Gue sama Vera udah punya caranya. Sementara elu? Gimana? Ada? Jangan hanya asal protes.

 

Ridwan dan Yuni terus menatap Rako.

 

Suasananya menjadi tegang. Rako merasa terus disudutkan.

 

We close to Rako’s face. Matanya berkaca-kaca. Tapi Rako menahan diri agar tidak menangis.

 

FAISAL (CONT’D) (V.O.)

Lagian ya, Ko. Aturan elu yang harusnya ngasih tempat tinggal yang lebih baik buat Ibu sama Bapak. Elu yang ngabisin duit paling banyak. Kuliah di tempat paling mahal dan paling lama? Kapan ngasih balik modalnya--

 

RAKO

(Memotong)
Sedang, Mas. Aku juga sedang kerja buat ngebalikin modal ke Bapak sama Ibu.

 

Rako menoleh ke Yuni. Lalu ke Ridwan.

 

Pandangan Ridwan dan Yuni ke Rako menunggunya meng-counter omongan Faisal.

 

FAISAL

Terus, kapan?

 

Rako tertawa sarkas.

 

RAKO

Mas ... ini sebetulnya soal apa sih? Kalo soal aku kuliah di tempat swasta? Toh kamu berdua Mbak Vera juga sama-sama kuliah--

 

Faisal menahan geram. Sementara Yuni dan Ridwan terus menatap Rako dengan tatapan menyudutkan.

 

RAKO (CONT’D)

Kalau soal makan, Ibu sama Bapak enggak kekurangan Mas.

 

FAISAL

(Menajam)

Ya itu karena Ibu sama Bapak masih nyari duit di waktu yang harusnya dipake buat rehat. Nggak malu ngomong gitu ke gue?! Lagian kalo lu masih nahan Ibu sama Bapak tetep tinggal di sini, tanggung dong hidup mereka! Lu kan kerja ya, mana hasilnya?! Ada?! Gue lihat malah elu yang masih ditanggung mereka. Berasa pangeran jadi anak bungsu?!

 

Faisal kembali mengepak barang-barang.

 

Rako terkesiap. Ia menelan ludahnya.

 

FAISAL (CONT’D)

Dan elu ya, mau tinggal di sini sampe busuk juga bodo amat. Asal jangan nyeret-nyeret orang lain kalau mau hidup sengsara! Mulai sekarang, Ibu sama Bapak tinggal sama gue! Elu bisa kan tinggal sendiri!
(Sarkas) Udah kerja gede, kan?!

 

Rako menahan napas. Menahan diri agar tidak menangis. Sekalipun matanya sudah berkaca-kaca.

 

Sementara terlihat Yuni mengusap-usap pundak Faisal. Sikap Yuni terhadap Faisal membuat Rako merasa terluka.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar