Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
1. Bagian 1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

1. INT. RUSUNAWA — UNIT RAKO/KAMAR MANDI - EARLY MORNING 1


RAKO (26 tahun), menatap wajahnya sendiri di cermin. Matanya merah. Napasnya memburu. Ia menggigiti kuku. Tubuhnya menggigil. Rambutnya basah. Air menetes-netes.

 

Kita akan memperhatikan wajah Rako. Dia pemuda yang tampan. Tapi lingkaran di bawah matanya membuat wajahnya terlihat lelah.

 

Rako terus menatap cermin. Terus menggigiti kuku. Emosinya hampir meledak. Tapi ia menahan diri. Lalu air matanya mulai menetes.

 

Pintu digedor-gedor dari luar. Rako kaget, ia menoleh. Pintu terus digedor dengan tidak sabar. Rako buru-buru menyalakan keran air. Tapi tangannya gemetar. Ia meleset dan mencoba lagi.

 

Air keran menyala. Rako pun segera membasuh muka. Sembari terus menoleh ke pintu. Lewat POV Rako kita akan melihat selot pintu digerak-gerakkan dari luar dengan tidak sabar.

 

Terdengar suara RIDWAN, 64 tahun, bapak Rako memanggil-manggil. Suaranya menghardik.


RIDWAN (O.S.)

Rako cepat! Gantian udah siang!

 

Rako mematikan keran air. Ia mengambil handuk di gantungan. Lalu membuka pintu.

 

Ridwan berdecak sambil menatap tajam ke Rako.

 

Rako tersenyum tanpa menatap bapaknya. Ia berjalan keluar melewati bapaknya dengan buru-buru.


2. E/I. BUS — MORNING 2

 

Hari terlihat cerah. Tapi kita akan merasakan mood yang gloomy dari wajah Rako yang datar. Rako terlihat tidak nyaman.

 

Bus penuh. Para penumpang sibuk sendiri-sendiri. Ada yang mengobrol di telepon. Ada yang bicara dengan teman sebangkunya.

 

Rako duduk di kursi dekat pintu masuk di pinggir jendela. Teman satu bangkunya seorang Laki-laki Paruh Baya yang tampak sebagai guru.

 

Rako memakai earphone. Tapi dia tidak mendengarkan musik. Dia hanya berusaha menyamankan diri sekaligus menghindari ajakan orang untuk mengobrol.


CUT TO:


Kita akan memperhatikan jari-jemari Rako di atas pahanya sendiri membentuk sebuah objek gambar.

 

Rako membayangkan kartun alien berbentuk kotak dengan tiga antena di atas kepalanya. Alien itu memiliki sepasang sayap kupu-kupu. Dan warnanya hijau.

 

Di atas kepala alien terdapat lingkaran halo. Lalu di atasnya lagi ada tulisan: si TOEAN BEBAS.


3. INT. KANTOR KERTAS PUTIH KREATIF — RUANG RAPAT - DAY 3

 

Sebuah rapat besar. Seluruh karyawan penting dan BOS, 30 tahun, hadir. Mereka membahas konsep iklan minuman berperisa teh. Suasananya tegang.

 

BOS

(Ke Rako)
Gimana Ko? Masih mampet di ide monoton lu? Ayo dong! Udah mepet nih waktunya. Gue kan ngandelin lu banget.

 

Semua orang menoleh Rako. Pandangan mereka membuat Rako tak nyaman.

 

Rako membetulkan posisi duduk. Dia bersiap menjawab. Tapi Bos langsung mengalihkan pandangan ke Perempuan yang duduk paling ujung. GINA, 27 tahun.

 

BOS (CONT’D)

(Ke Gina)

Elu Gin? Sama stuck juga? (Sarkas ke Rako) Lu kan nggak punya webtoon ya kayak Rako. Jadi, lu bisa dong ngasih ide yang lebih fresh. Nggak malah sama plek dengan idenya Panji.

 

Gina menelan ludah. Ia melirik PANJI, 25 tahun, yang duduk di seberangnya. Panji membalas lirikan Gina dengan tatapan jengkel. Dadanya naik turun.

 

Seorang karyawan lain, laki-laki 26 tahun, RIO, mengunci pandangannya ke Bos. Ia memiliki ide yang menurutnya cemerlang.

 

Bos menoleh ke Rio. Ia memahami tatapan Rio padanya.

 

Bos mengangkat dagu ke Rio. Mempersilakannya bicara.

 

RIO

Gimana kalo idenya Gina disatuin sama idenya Panji. Target marketnya masuk, Mas.

 

Bos merasa ragu. Tapi ia memilih memberi kesempatan ke Rio.

 

BOS

Gimana tuh nyatuinnya?

 

Rio mengatur kata. Semua orang memperhatikannya. Rio merasa jemawa. Ia melirik Rako merendahkan.

 

Rako gusar. Di luar kendali jari-jari tangannya kembali menggambar kosong di paha seperti yang dilakukannya di bus tadi.

 

RIO

Kita mulai dengan POV seorang anak melihat lanskap pegunungan. Sebuah kebun teh. Lalu anak itu tersenyum melihat pucuk daun teh. Lalu muncul tangan memetik daun teh itu. Dengan narasi dan musik, teh berjatuhan ke dalam sebuah botol tertuang bersama dengan air. Botol itu kemudian terkemas. Si anak kecil itu muncul lagi. Kali ini bersama dengan banyak orang lintas generasi. Ada remaja. Dewasa. Hingga orang tua. Baik laki-laki maupun perempuan. Semua orang minum teh Zeggar. Kemudian narasi diakhiri dengan kalimat: “It’s tea. It’s for your so good.”

 

Bos menghela napas. Semua orang terus menatap Rio. Ada yang takjub. Ada yang biasa-biasa saja. Ada yang memutar mata.

 

GINA

(Ke Rio)

Apa nggak kerasa familiar? (Menoleh semua orang satu per satu) Anyone?

 

Semua membalas tatapan Gina. Ada yang setuju. Ada yang sangsi.

 

RIO

Gua kan cuman moles ide lo sama Panji. Berarti kalo enggak familiar, ide elo berdua Panji dong yang nggak organik!

 

BOS

(Menajam)

Terus, ide brilian yang bisa nutup waktu yang udah mepet mana?
(Menoleh Rako) Ko, gimana? Ayo dong. Elu Art Director. Aturan elu yang paling megang. (Menunjuk file di meja) Masa trash beginian masih lu andelin, sih?

 

Rako tersudut oleh semua pandangan sinis ke arahnya.

 

BOS (CONT’D)

(Terus ke Rako)

Oke gini aja. Besok jam sepuluh ide yang bener harus ada di meja gue. Gue nggak mau tahu. (Menekan tiap kata) Besok harus Ko. Klien nggak bisa nunggu lama-lama.

 

Rako terpaksa mengangguk. Di dalam kepalanya tergambar seorang laki-laki sedang duduk santai sambil menghirup teh.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar