Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
10. Bagian 10
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

32. INT. RUSUNAWA — UNIT RAKO - DAY 32

 

Rako duduk di sofa. Televisi menyala. Tapi ia tidak menonton.

 

Di meja ada teflon berisi mi instan.

 

Rako menggigiti kuku. Ia bingung.

 

Ia lalu mengambil handphone di kantung celana. Rako menelpon Yuni.

 

CUT TO:


33. INT. RUMAH FAISAL - RUANG MAKAN — SAME TIME (DAY) 33

 

Yuni sibuk makan sambil mengobrol. Suasana di meja makan hangat. Keluarganya kumpul minus Rako. Ada juga KINAN, 27 tahun, calon istri Faisal.

 

Faisal dan Kinan duduk bersisian. Menampakkan sepasang kekasih yang saling mencintai.

 

Yuni dan Vera di kursi seberang.

 

Ridwan duduk di kursi kepala.

 

Handphone berbunyi.

 

Yuni dan Vera sontak melirik handphone Yuni di meja.

 

Nama Rako berkedip-kedip di layar.

 

Ridwan menatap Yuni. Tatapannya bertanya siapa yang menelpon.

 

Yuni menggelengkan kepala. Ia menolak panggilan.

 

YUNI

Kalau Ibu sih terserah saja baiknya gimana? Yang jelas tetep, spesialisasi Ibu itu warteg. Enggak bisa kalau ganti jadi Warung Padang atau restoran mewah.

 

Semua orang tertawa mahfum.

 

FAISAL

Iya, Bu. Isal sama Vera juga enggak maksa Ibu ganti haluan kok.

 

Faisal menatap Vera. Vera menganggukkan kepalanya setuju.

 

FAISAL (CONT’D)

Cuma kan bukan berarti tempat warteg harus kecil dan nyempil di pinggir jalan. Isal sama Vera udah mikirin mateng-mateng gimana konsepnya. Ibu cukup tahu beres aja.
Terus buat pengoperasionalannya nanti, Ibu cuman atur-atur menu aja. Soal karyawan juga, Kinan yang bakal bantuin ngerekrut orang. (Menoleh ke Kinan dengan tatapan penuh cinta) Dia ini jagonya.

 

Yuni tersenyum haru.

 

KINAN

Nggak jago-jago amat sih. Cuman iya, insyaAllah saya bisa diandelin.

 

Semua tertawa.

 

YUNI

Terus nanti kira-kira butuh berapa orang? Kalau yang kemarin kan ibu dibantu dua orang.

 

KINAN

Kalau itu nanti dipas-in sama jam buka. Kapasitas restoran dan jumlah menu juga berpengaruh sama kebutuhan tenaga.

 

Yuni mengangguk paham.

 

RIDWAN

Memangnya mau dibikin berapa besar?

 

Semua menoleh ke Ridwan.

 

VERA

(Ke Ridwan)
Kita punya dua calon tempat, Pak. Yang masing-masing bisa muat lebih dari seratus orang. Soal yang mana yang mau diambil, itu Ibu yang milih.

 

RIDWAN

Terus kapan mulai?

 

Vera menoleh Faisal.

 

FAISAL

Secepatnya, Pak. Makanya habis makan kita pergi ke sana bareng-bareng ninjau langsung.

 

RIDWAN

Udah janjian sama yang punya tempat?

 

FAISAL

Udah dong, Pak.

 

CUT BACK TO:


34. INT. RUSUNAWA — UNIT RAKO - SAME TIME (DAY) 34

 

Rako terus menelpon Yuni.

 

Tapi telponnya tak pernah diangkat.


35. EXT. RUSUNAWA — ROOFTOP - AFTERNOON 35

 

Almost sunset. Suasananya tenang. Terasa damai.

 

Rako duduk menyandar pada dinding pagar pembatas rooftop. Ia menggambar di ipad.

 

We notice to ipad: kita akan mengikuti stylus pen bergerak membentuk siluet seorang gadis.

 

Kedua tangannya terentang.

 

Di atas kepalanya ada balon teks. Tapi kosong.

 

Rako bingung. Kepalanya mendadak buntu. Dia lalu mematikan ipad.

 

Rako menghela napas. Dia mengambil rokok. Menjepitnya di bibir tapi tidak membakarnya. Lalu tiduran telentang.

 

Rako memandang langit. Menikmati suasana damai.


36. E/I. BUS — EVENING 36 

 

OMITTED


37. INT. RUMAH FAISAL — RUANG MAKAN - MOMENTS LATER 37 

 

Ruang makan sepi. Hanya ada Rako dan Yuni yang duduk berseberangan.

 

Meja makannya yang besar nyaris kosong. Hanya ada dua cangkir teh di depan Rako dan Yuni dan sepiring kue lapis cokelat pandan.

 

Rako merasa canggung. Sedangkan Yuni terlihat jengah.

 

RAKO

(Sambil memaksa senyum)

Lagi pada pergi ya, Bu?

 

Yuni malas menjawab. Tapi dia memaksa diri.

 

YUNI

Isal lagi ngajak Bapak pergi. Barusan aja. Katanya ada yang penting.

 

RAKO

Ibu nggak ikut?

 

YUNI

Ya karena kamu nelponin ibu terus. Jadi ibu nggak ikut.

 

Rako merasa disalahkan.

 

Yuni terus menatap Rako. Ia menyadari perubahan wajah anaknya. Menyadari kesedihan di mata anaknya.

 

RAKO

Memangnya ke mana, Bu? Penting sekali, ya?

 

Yuni menggelengkan kepala. Ia terus menatap Rako. Rako mulai merasa dicermati.

 

YUNI

Nggak penting-penting amat. Katanya pengin jalan-jalan malam aja.
(Beat)
Kamu sendiri? Kenapa ibu tawari makan nggak mau? Dari kemarin loh ibu tawarin makan. Bilangnya nggak lapar terus.

 

RAKO

Ya emang nggak lapar, Bu?
(Beat)
Ibu kapan pulang? Apa Ibu sama Bapak kerasan?

 

Bahu Yuni melorot. Ia merasa tak tega.

 

Rako cemas menunggu jawaban Yuni.

 

YUNI

(Berbohong)
Isal ngomong sama ibu. Dia minta kamu pindah juga ke sini.

 

Rako tertawa sarkas. Ia tahu persis Yuni berbohong.

 

RAKO

Sewa rusun kita kan masih lama, Bu. Udah dibayar semua kan? Apa nggak rugi kalau semuanya pindah.
(Beat)
Ibu sama Bapak nanti pulang, kan?

 

Rako menatap Yuni penuh harap.

 

Yuni menelan ludah. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Rako.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar