Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
2. Bagian 2
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

4. E/I. RUSUNAWA /LIFT — AFTERNOON - INTERCUT 4

 

Sunset. Suasananya hangat dan menyenangkan. Di halaman rusun ramai orang. Banyak orang pulang kerja. Banyak ibu-ibu berkumpul. Banyak anak-anak bermain-main. Ada yang bermain bola kasti. Ada yang bermain kejar-kejaran. Ada juga yang bermain engklek.

 

Lewat POV Rako kita akan melihat sebuah SUV Hitam yang ia kenali di parkiran. Mobil itu milik Faisal, abangnya.

 

Seorang Bocah Laki-laki Kurus, 12 tahun, yang bermain bola kasti siap melempar bola. Ia menunggu Rako lewat. Sementara Bocah Laki-laki Gendut, 12 tahun, pemukul bola merasa tak sabar.

 

BOCAH GENDUT

(Sambil membuat ancang-ancang)

Ayo siap!

 

BOCAH KURUS

Tunggu! Ada orang mau lewat.

 

Bocah Gendut menoleh Rako. Sembari tertawa tengil.

 

BOCAH GENDUT

Udah biarin! Biar kena kepala Rako yang kayak alien!

 

Semua bocah tertawa.

 

Rako menoleh. Mendelik ke Bocah Gendut.

 

Gocah Gendut menjulurkan lidah meledek Rako. Lalu menunjukkan pantatnya ke Rako.

 

Ibu-ibu yang tengah berkumpul menoleh ke Bocah Gendut. Mereka hanya diam melihat tingkah kurang ajarnya. Seolah-olah hal tersebut hal yang sepele.

 

Rako berusaha menahan diri. Dia terus berjalan menuju ke dalam rusun.

 

LATER

 

Rako tiba di depan lift. Beberapa orang menunggu lift dengan wajah suntuk.

 

Pintu lift membuka. Orang-orang masuk saling mendahului.

 

Rako masuk paling belakangan.

 

Pintu lift menutup. Terdengar suara derap langkah kaki orang berlari. Disusul suara Perempuan meminta agar pintu lift ada yang mau menahan: “Tunggu!”

 

Rako yang berdiri dekat pintu, menahan pintu.

 

Seorang perempuan muda seksi masuk. Ia menoleh Rako. Alih-alih berterima kasih, ia justru memberikan pandangan merendahkan yang membuat Rako merasa tidak nyaman.


5. INT. RUSUNAWA - UNIT RAKO — CONTINUOUS - INTERCUT 5


Suasana di meja makan hangat. Ada orang tua Rako, RIDWAN (64 tahun) dan YUNI (56 tahun) Ada juga FAISAL (34 tahun) Kakak sulung Rako. Mereka mengudap puding sambil ngeteh. Sementara piring-piring kotor menumpuk di pinggir meja.

 

Ridwan dan Yuni terlihat bahagia. Mereka antusias menyimak cerita Faisal.

 

Pintu membuka. Rako masuk. Semua orang hanya melirik sekilas ke Rako.

 

Rako merasa canggung. Ia bingung harus bersikap seperti apa. Tapi ia terus mendekat.

 

Ia melihat tumpukkan piring kotor. Juga wadah-wadah makanan yang kosong.

 

Rako meletakkan tas di meja di samping televisi. Lalu menumpuki wadah-wadah makanan yang sudah kosong. Sembari mencoba basa basi ke abangnya.

 

RAKO

(Ke Faisal)

Udah lama, Mas?

 

Faisal mengangkat dagu ke Rako. Rako tersenyum. Sementara Yuni dan Ridwan sama-sama terus abai terhadap Rako.

 

Rako membawa peralatan makan yang kotor ke ruang cuci piring.

 

FAISAL

(Ke bapak dan ibunya)

Jadi gimana? Ibu sama Bapak nggak mungkin kan selamanya tinggal di sini?

 

Yuni menoleh Ridwan. Mereka saling menatap.

 

Sementara di ruang cuci piring, Rako ragu hendak ikut bergabung di meja setelah mendengar Faisal bicara.

 

FAISAL (CONT’D)

Rumah aku besar. Rumah Vera juga enggak kecil. Ibu sama Bapak milih aja maunya tinggal sama siapa.
(Beat)
Vera sih maunya Ibu sama Bapak ikut tinggal sama dia. Itu bikin dia tambah semangat kerja. Jadi, KPR nya bisa cepet lunas.
(Beat)
Lagian, aku loh Bu, sama Vera. Udah nurut sama Ibu. Sama Bapak. Kerja yang bener. Kumpulin duit yang banyak. Bikin rumah. Senengin diri sendiri dulu sampe puas. Baru mikir buat nyenengin orang lain.

 

Yuni dan Ridwan tersenyum haru.

 

Sedangkan Rako di ruang cuci hanya menyimak. Ia memilih menyibukkan diri di ruang cuci piring.

 

FAISAL (CONT’D)

Semuanya kan udah. Jadi, sekarang gantian Ibu sama Bapak yang nurut ke kita.

 

Yuni menghela napas. Ia mengatur kata.

 

YUNI

Ibu sama Bapak juga pengen tinggal sama kalian. Tapi ntar wartegnya gimana? Bapak juga kan nggak bisa minta pindah kerja gitu aja karena cuman satpam bank daerah.
(Beat)
Lagian, kasihan juga Erna sama Sitri. Kalo ibu pindah, nanti mereka ikut siapa? Pulang ke Tegal juga kasihan. Orang tuanya ngandelin kiriman uang dari mereka.

 

FAISAL

Mereka udah punya pengalaman, Bu. Enam tahun ikut Ibu itu nggak sebentar.

 

Yuni menghela napas. Ia menoleh ke Ridwan. Tatapannya meminta pendapat.

 

Faisal ikut menoleh ke bapaknya.

 

Di ruang cuci, Rako sudah selesai mencuci piring. Ia berdiri termangu menyandar ke dinding menghadap ke meja makan. Menyimak percakapan keluarga yang tidak pernah melibatkannya.

 

RIDWAN

Atau, gimana kalau wartegnya pindah juga? Cikarang enggak bakal kepenuhan cuman nambah satu warteg, kan?

 

Wajah Faisal semringah. Ia merasa masalah terpecahkan.

 

Ridwan menoleh ke Yuni. Lalu ke Faisal.

 

Yuni merasa tak punya banyak pilihan. Ia pun akhirnya tersenyum. Sementara pandangannya kemudian bergerak ke ruang cuci. Ke Rako.

 

Tatapan Yuni ke Rako tanpa ekspresi. Yuni lalu mengalihkan pandangannya lagi dengan cepat. Ke Faisal yang memberikannya senyuman bahagia.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar