Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
25. Bagian 25
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

112. I/E. WARTEG YUNI — THE NEXT DAY (MORNING) 112

 

Yuni dibantu seorang karyawan beres-beres meja dan kursi. Sementara karyawan yang lain menata makanan di meja dan etalase.

 

Ridwan duduk sambil membaca koran.

 

Lewat POV Yuni, kita akan melihat Rako naik Ojek Online memasuki halaman warteg. Rako menggendong tas besar.

 

Yuni berhenti beres-beres. Perasaannya mendadak masygul melihat kedatangan Rako.

 

Rako masuk. Tatapannya langsung bertemu Yuni.

 

Yuni dapat merasakan kesedihan di hati anaknya. Ia pun segera mendekat.

 

Rako merasa canggung. Ia menelan ludah. Tak sanggup menatap ibunya lagi.

 

Sementara Yuni terus menatap anaknya. Matanya berkaca-kaca. Yuni lalu mengambil tas anaknya.

 

Yuni lalu menoleh ke Ridwan.

 

Ridwan berdiri menatap istri dan anaknya. Dia merasa terenyuh.

 

Perlahan Rako menoleh ke bapaknya. Tatapan mereka bertemu.

 

Ridwan menghela napas. Walau berat, tapi akhirnya ia tersenyum.


113. INT. KANTOR FAISAL — RUANGAN FAISAL - CONTINUOUS 113

 

Terlihat ruangan kantor Faisal yang luas namun didesain minimalis. Tanpa suara kita akan melihat Faisal dengan meeting dengan sekretarisnya.

 

Terdengar bunyi ponsel. Faisal abai. Tapi ponselnya berdering terus.

 

Faisal akhirnya meminta jeda sebentar ke sekretarisnya. Ia menerima panggilan telpon.

 

Ekspresi wajah Faisal berubah.


114. INT. PABRIK TEKSTIL — KANTOR HRD - DAY 114 

 

Sebuah ruangan yang tidak terlalu luas. Tidak banyak perabot. Di meja ada komputer. Dan di sebelah meja ada meja kecil tempat printer. Suara AC mendengung halus.

 

Rako merasa canggung. Sekalipun sikap HRD, 37 tahun, santai.

 

HRD membaca sebentar dokumen Rako. Ia tersenyum.

 

HRD

Mikirnya lama, ya.
(Beat) (tertawa kecil)
Saya dulu juga gitu, kok. Lulusan universitas ternama dengan nilai di atas rata-rata. Siapa yang galau kan, ya? Apalagi ini perusahaan kecil. Ditambah, pernah megang posisi oke di tempat sebelumnya. Jadi, mikir gimana prospeknya kedepan. Udah kayak mikir mau kawin aja.

 

HRD terus tertawa.

 

Rako tak tahu di mana letak lucunya. Tapi ia memaksa diri tertawa kecil.

 

HRD (CONT’D)

Tapi tenang, kalau tekun dan mau terus usaha ya, perusahaan ini bakal jadi besar.

 

Rako menganggukkan kepalanya sekalipun ia merasa ragu.

 

HRD (CONT’D)

Apalagi kamu, saya yakin Faisal nurunin ilmunya secara langsung. Nggak setengah-setengah. Makanya saya yakin. Udah ada contohnya ini. Vera. Perusahaan yang dia pegang berkembang pesat. Jadi, enggak salah dong kalau saya keukeuh?

 

Rako menganggukkan kepalanya lagi sekalipun ia tak tahu dan tak mau tahu maksud perkataan terakhir HRD.

 

HRD (CONT’D)

Oh ya, sebetulnya kita lagi kelimpungan banget buat posisi ini. Kemarin-kemarin pas Faisal bilang kamu bisa, saya lega. Makanya, kamu juga bisa mulai hari ini juga.

 

Rako mengerutkan dahi.

 

HRD tertawa kecil menyadari perubahan wajah Rako.

 

HRD (CONT’D)

(Sambil terus tertawa kecil)

Kalau bisa.
(Beat)
Tapi sih saya harap bisa. Saya yang bakal langsung nge-handle kamu. Mudah, kok.
(Beat)
Gimana?

 

Rako merasa tak yakin dengan kata-kata HRD. Ia menelan ludahnya.

 

RAKO

Kalau boleh tahu, yang bakal saya pegang fokusnya apa ya, Mas?

 

HRD tersenyum senang.

 

HRD

Nah, itu bakal kita bahas langsung sekalian di TKP. Siap, kan?

 

Rako tak punya pilihan. Ia akhirnya mengangguk.

 

HRD tersenyum puas. Ia menyalami Rako.


115. INT. PABRIK - RUANG PRODUKSI/EXT. RUSUNAWA — ROOFTOP - INTERCUT - DAY 115

 

Musik sedih terdengar.

 

Suasana pabrik yang sibuk. Kita akan melihat HRD terjun langsung memberi penjelasan ke Rako di bagian Pemintalan Benang.

 

HRD terus menjelaskan. Sementara Rako menyimak.

 

Di rooftop, Sephia menahan perasaan gamang sembari terus mengajar. Ia memainkan gitar. Di depannya ada Dini, Boni, serta Gilang. Sephia memainkan musik sedih.

 

Dini, Boni, serta Gilang saling menatap. Mereka merasakan kesedihan Sephia.

 

Di pabrik, HRD membawa Rako ke ruangan pewarnaan benang.

 

Tak lama sesi pengenalan itu berakhir.

 

HRD membawa Rako ke ruangannya.

 

Rako menatap berkeliling ke seluruh ruangan sempit itu. Hatinya gamang. Tapi ia memaksakan senyum.


116. E/I. TAKSI ONLINE — AFTERNOON 116

 

Musik sedih dengan suara Sephia menyanyi terus terdengar.

 

Rako duduk menyandarkan kepala. Pandangannya menuju ke luar. Menatap langit yang merah.

 

CUT TO:

 

Kita akan fokus ke jari tangan kanan di paha kanannya. Jari itu bergerak-gerak membentuk siluet kartun komik.

 

Rako lalu memejamkan mata. Ia membayangkan Sephia.


CUT TO:

 

Sephia berdiri di tepi rooftop. Ia menghadap ke barat. Ke arah matahari yang sedang terbenam.

 

Perlahan Sephia menoleh. Lalu tersenyum.


117. INT. RUSUNAWA — UNIT SEPHIA - EVENING 117

 

Sephia dan keluarganya makan malam bersama. Suasananya hangat. Sekalipun kita masih merasakan kesedihan dari sikap Sephia.

 

Haryati menatap Sephia. Lalu ke Putra yang tengah menatapnya.

 

Haryati berusaha tersenyum. Sekalipun matanya tidak bisa.

 

SMASH CUT TO:


118. INT. RUMAH FAISAL — RUANG MAKAN - SAME TIME (EVENING) 118

 

Seperti halnya Sephia, Rako juga sedang makan malam bersama keluarganya. Ada juga Vera di sana. Suasananya sama juga hangat. Namun, Rako masih terus merasa canggung berada di antara keluarganya.

 

Mereka semua makan sambil terus bicara.

 

FAISAL

(Ke Rako)

Gimana hari pertama?

 

Semua menatap Rako. Rako terpaksa tersenyum.

 

RAKO

Nggak gimana-gimana, Mas. Kerja biasa aja.

 

VERA

(Ke Rako)
Tapi tetep lo ngerasaain semacam culture shock, kan?

 

Rako menganggukkan kepala.

 

Ridwan, Yuni, serta Faisal merasa senang dengan perubahan sikap Rako. Kendati sangat terkesan mendadak.

 

RAKO

Kalau itu iya. Biasanya bikin iklan. Sekarang liatin orang bikin kain.

 

FAISAL

(Menggoda)
Terus, udah dapat kenalan? Tenang, di situ nggak ada aturan yang ngelarang antar karyawan pacaran, kok. Atasan boleh tuh macarin bawahan. Sah-sah aja.

 

Ridwan berdecak. Yuni menggelengkan kepala. Sementara Faisal tertawa-tawa.

 

VERA

(Ke Rako)

Masa sih cepet amat? Lo udah pengen ngelangkahin gue?

 

Rako hanya menggelengkan kepala sembari tertawa kecil.

 

RIDWAN

Pelan-pelan kalau itu. Baru juga kerja.

 

Vera menghela napas lega. Sementara Faisal terus tertawa.

 

FAISAL

(Ke Ridwan)

Nggak pa-pa lagi, Pak. Buat Rako, Isal ikhlas dia cepet-cepet dapat pacar.

 

Rako terpaksa tertawa lagi. Sementara Ridwan mendelik.

 

Yuni menatap Rako. Tapi Rako menundukkan pandangannya.

 

FAISAL (CONT’D)

(Ke Rako)

Ko, mas serius. Mas tahu kamu payah soal cewek. Jadi, mas bisa atur. Tenang, circle-nya Kinan qualified, kok.

 

Rako hanya menganggukkan kepalanya. Sementara itu hanya Yuni yang merasakan kesedihannya.

 

VERA

(Ke Rako)

Nah, kalau dari circle-nya Kinan gue setuju. Nggak pa-pa gue dilangkahin asal elo dapat pasangannya enggak sembarangan. Enggak asal ada yang mau sama lo.

 

Ridwan mulai agak kesal. Ia berdecak.

 

Yuni lalu menatap Faisal dan Vera.

 

Faisal dan Vera menangkap maksud tatapan Yuni.

 

Faisal lalu diam-diam melirik Rako. Ia mulai merasakan kesedihan di wajah adik bungsunya itu.

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar