Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
9. Bagian 9
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

28. INT. RUSUNAWA — UNIT RAKO - NIGHT 28

 

OMITTED


29. EXT. RUSUNAWA — ROOFTOP - NIGHT 29

 

Musik folk mengalun. Rako berbaring telentang di tengah-tengah rooftop sembari merokok. Penampilannya mengenaskan. Ia menatap kosong langit yang cerah. Perasaannya nelangsa.

 

Di sisi kanan Rako ada sebuah ipad yang menyala di atas tas kerjanya.

 

Di sisi kanan ada enam kaleng bir. Empat yang tergeletak sudah kosong. Dua lainnya masih utuh.

 

Di sekitar bir ada puntung-puntung rokok.

 

CUT TO:


Kita akan melihat ke ipad.

 

Di ipad ada gambar kartun satu keluarga utuh yang tengah merayakan kegembiraan. Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, seorang anak laki-laki, dan seorang anak perempuan.

 

Di seberang ruangan, ada lagi seorang bocah laki-laki berdiri menatap keharmonisan keluarga itu.

 

CUT BACK TO:

 

We notice to Rako’s eyes. Closer and closer again. Gambar dalam ipad hidup menjadi animasi.

 

Keluarga harmonis terus merayakan kebahagiaan mereka.

 

Sementara bocah laki-laki merasa nelangsa.

 

Tiba-tiba anak laki dari keluarga harmonis mendekat ke bocah malang.

 

Anak laki-laki mengusir si bocah malang.

 

Rako memejamkan mata.

 

Air matanya mulai menetes.

 

FADE OUT/FADE IN:


30. EXT. RUSUNAWA - ROOFTOP — THE NEXT DAY (MORNING) 30

 

Rako masih tidur di lantai rooftop.

 

Perlahan dia membuka mata. Sinar matahari membuatnya kepanasan.

 

Rako terduduk dan kaget. Ia melihat ke sekeliling. Lalu melihat jam di handphone: pukul 8.20 WIB.

 

Rako mengambil rokok dan menyalakannya sebatang.

 

CUT TO:

 

Time lapse.

 

Rako lalu bangkit. Ia berjalan menuju pagar pembatas rooftop sembari merokok.

 

Rako berdiri di situ. Sambil menghabiskan rokok. Ia memperhatikan pemandangan di bawah.

 

Rako menahan emosinya yang tiba-tiba merasa putus asa---

 

Rako tak tahan lagi. Ia ingin melompat---

 

Seorang perempuan muda, SEPHIA, 26 tahun, tinggi dan cantik, memakai tongkat bantu jalan masuk. She is a blind. Rako tidak menyadari kedatangannya.

 

Sephia’s smile. Ia terus mendekat. Kepekaan indera pendengarannya yang tajam membantu Sephia mengetahui ada orang lain di rooftop.

 

Rako naik ke pagar pembatas. Tangannya berpegangan kuat-kuat dan hati-hati.

 

Angin membuat tubuh Rako sempoyongan. Kaki Rako gemetar. Tapi perasaannya ingin melompat terus menguat.

 

Rako memejamkan mata. Ia menghela napas. Kedua tangannya direntangkan. Kakinya mulai tenang.

 

Tiba-tiba---

 

SEPHIA

Kamu yakin mau lompat?

 

Rako kaget. Ia buru-buru menyeimbangkan tubuh. Kakinya terus gemetar.

 

Ia menoleh ke arah sumber suara. Selama beberapa detik Rako menatap mata Sephia yang tidak mengarah padanya, melainkan lurus ke depan.

 

Sephia tersenyum. Ia merasakan tatapan Rako padanya.

 

SEPHIA (CONT’D)

Saya pernah jatuh dari tangga. Sakitnya lama banget nggak ilang-ilang.

 

Rako menelan ludah. Ia tak peduli.

 

SEPHIA (CONT’D)

Kalau kamu melompat...

 

... Sephia tidak melanjutkan. Dia hanya terus tersenyum.

 

Rako mulai kesal. Ia lalu menoleh ke bawah.

 

Lewat POV Rako, kita akan melihat orang-orang lalu lalang di bawah.

 

Nyali Rako menciut. Kakinya semakin gemetar. Sementara perutnya kram.

 

RAKO

(Menajam)

Yang jelas saya mati!

 

Sephia tertawa kecil.

 

SEPHIA

Nggak cuman itu. Kamu juga bakal ngerepotin saya. Karena saya bakal dijadiin saksi kematian kamu. Atau yang paling parah, saya dituduh udah sengaja ngedorong kamu.

 

Rako menoleh ke bawah lagi. Kram perutnya semakin menjadi-jadi.

 

Rako tak tahan lagi. Ia melompat turun ke rooftop. Berguling di lantai. Kemudian muntah-muntah.


 31. CONTINUED 31

 

Rako terbatuk-batuk. Matanya berair. Tubuhnya lemas.

 

Rako merangkak lalu bersandar pada dinding pembatas rooftop. Dadanya ngos-ngosan.

 

Sephia tertawa kecil.

 

Rako menoleh. Akhirnya ia penasaran kenapa Sephia terus memandang ke depan. Tangan Sephia memegang white cane menjelaskan jika ia tidak bisa melihat.

 

SEPHIA

Saya Sephia. Saya tinggal di Lantai 4.

 

Rako malas menanggapi. Tapi tawa kecil Sephia yang tadi menjengkelkan lenyap.

 

RAKO

(Gengsi)

Rako.

 

Sephia menganggukkan kepala.

 

SEPHIA

Rako, kenapa tadi kamu kepingin lompat? Jangan nuduh saya kepo, ya. Soalnya saya peduli. Itu kelebihan saya kalau kamu pengin tahu.

 

Rako tertawa sarkas.

 

RAKO

Kelebihan kamu termasuk suka ikut campur urusan orang juga?

 

Sephia menghela napas.

 

SEPHIA

Mungkin. Soalnya saya nggak bisa lihat. Kalau saya bisa lihat, bukan nggak mungkin kan, kalau yang saya lakuin barusan tadi merekam kamu pas mau lompat sambil live di Tik-Tok?

 

Rako menelan ludahnya. Ia menyesali kebodohannya barusan.

 

Rako berusaha bangkit. Sembari berpegangan pada dinding pembatas. Kakinya masih lemas.

 

Sephia tersenyum.

 

RAKO

Kamu ngapain di sini?

 

SEPHIA

Di sini tempat saya ngajar.

 

Rako mengerutkan dahi.

 

RAKO

Ngajar apa di tempat begini?

 

SEPHIA

Gitar.
(Beat)
Sebentar lagi murid-murid saya datang. Nggak banyak, sih. Hanya tiga orang.

 

RAKO

Kenapa ngajar di sini?

 

Sephia tersenyum.

 

SEPHIA

Alasan yang bisa jadi sama kenapa kamu milih mau lompat dari sini.

 

Rako tersinggung.

 

SEPHIA (CONT’D)

Di sini bebas dari gangguan---

 

RAKO

(Memotong dengan kesal)

Siapa bilang bebas gangguan?! Kamu barusan saja mengganggu saya!

 

Sephia menghela napas.

 

SEPHIA

Kamu yakin ngomong gitu ke saya? Nggak takut nanti malah nyesel dan berterima kasih gitu?

 

Rako menelan ludah.

 

Ia mau menjawab. Tapi kedatangan tiga orang remaja yang terdiri dari satu Perempuan dan dua Laki-laki menghentikannya.

 

Sephia tersenyum bahagia mengetahui kedatangan murid-muridnya.

 

SEPHIA (CONT’D)

Kamu mau belajar juga?

 

Rako menggelengkan kepalanya.

 

Sephia merasakan keengganan Rako.

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar