Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
21. Bagian 21
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

89. INT. RUSUNAWA — UNIT SEPHIA - CONTINUOUS 89

 

Haryati menyiapkan makan malam dibantu Putra.

 

Sementara Ahmad duduk sambil ngeteh.

 

Ada juga Dika yang bermain game di ponsel.

 

Di meja ada telur balado dengan teri, tumis labu siam, serta setumpuk tahu goreng.

 

Televisi menyala. Ada acara drama luar negeri.

 

Sephia masuk. Wajahnya semringah.

 

Semua orang menoleh. Semuanya merasa penasaran.

 

Haryati dan Putra saling menatap. Tanpa bicara keduanya saling sepakat bertanya-tanya dengan benda yang dibawa Sephia.

 

Sephia mendekat. Ia merasakan semua orang duduk di meja. Ia membaui aroma masakan.

 

HARYATI

Vi, duduk Vi.

 

Sephia tersenyum. Ia terus mendekat.

 

Ahmad menarikkan kursi. Sephia pun duduk di kursi tersebut.

 

Haryati mulai mengambilkan makanan.

 

Sephia meraba-raba meja. Setelah tahu letak piring di mana, ia pun meletakkan dokumen komik yang diberikan Rako padanya.

 

Semua orang menoleh ke dokumen. Raut muka mereka bertanya-tanya.

 

SEPHIA

Udah siap semua ya, Bu?

 

HARYATI

Iya. Ibu sama bapak pulang cepet hari ini. Jadi agak cepetan masak makan malamnya.

 

Sephia merasakan semua tatapan menuju padanya.

 

SEPHIA

Kenapa pulang cepet? Ibu sakit? Atau Bapak yang sakit?

 

Haryati menatap Ahmad. Tatapannya menyuruh suaminya menjawab Sephia.

 

AHMAD

Bapak agak kurang enak badan. Biasa, cuaca lagi begini.

 

Sephia tersenyum.

 

Haryati, Ahmad, beserta Putra mulai saling tunjuk untuk bertanya pada Sephia.

 

Haryati memberi kode ke Ahmad dan Putra bahwa ia tak mau terlihat ingin tahu mengenai Sephia.

 

Hingga akhirnya Ahmad pun mengalah.

 

AHMAD (CONT’D)

Kamu sendiri dari mana aja? Tumben telat pulangnya? Tumben juga nggak ngajak adik-adik?

 

DIKA

(Menyela)

Paling habis pacaran sama Kak Rako.

 

Putra berdecak. Ia sengaja menyenggol pundak Dika.

 

Dika mengeluh. Ia menoleh protes ke Putra.

 

SEPHIA

Nggak ke mana-mana, Pak. Biasa aja di rooftop.

 

Haryati menoleh kertas dokumen di meja. Memberi kode ke Ahmad agar suaminya menanyakannya.

 

AHMAD

Ke rooftop? (Menggoda) Jadi bener yang Dika bilang?

 

Sephia tersenyum kecil. Ia akhirnya paham sedang diinterogasi lagi. Ia pun memutuskan berterus terang.

 

SEPHIA

Bener nggak bener sih, Pak. Tapi Sephia emang sama Rako.

 

Haryati mulai gusar.

 

HARYATI

Terus kamu tadi diantar pulang?

 

Sephia menganggukkan kepala.

 

Haryati dan Ahmad bertatapan.

 

HARYATI (CONT’D)

Kok nggak diajak mampir?

 

SEPHIA

Sephia nggak kepikiran sampe ke situ, Bu.
(Beat)
Belum ngerasa waktunya aja.

 

HARYATI

Ya berarti kamu emang punya niat ngenalin ke kita kan? Walaupun itu nanti-nanti?

 

Sephia tersipu-sipu. Sekalipun ia merasa ditekan.


90. INT. UNIT RAKO — NIGHT 90

 

Sekarang unit Rako nyaris bersih dari perabot

 

Di dapur Rako sedang membuat makan malam. Ia masih memakai pakaian yang sama. Ia memasak mi instan.

 

Televisi menyala.

 

Sayup suaranya terdengar.

 

Rako menajamkan pendengaran.

 

Suara televisi mulai terdengar jelas.

 

Rako mematikan kompor. Suara televisi semakin jelas.

 

Rako bergegas ke ruang televisi.

 

Di tivi ada iklan produk teh Zsegar.

 

Rako tertegun. Ia nyaris mati lemas.

 

Di tivi durasi iklan menuju ending.

 

Talent nya memegang botol teh Zsegar. Talent tersebut berkata: “Drink tea. It’s keep yout health”.

 

Rako gusar. Ia merasa ditipu dan dikhianati.

 

LATER

 

Rako masuk kamar. Ia menelpon seseorang.

 

Terdengar bunyi bip panjang. Telpon tak kunjung diangkat. Sampai terdengar suara operator.

 

Rako menelpon ulang. Tapi tetap tak diangkat.

 

Rako mulai menggigiti kuku.

 

Ia menghubungi nomor lain. Tapi telponnya tak ada yang mengangkat.


91. INT. BUS — THE NEXT DAY (DAY) 91

 

OMITTED


92. INT. KANTOR KERTAS PUTIH KREATIF — CONTINUOUS 92

 

Rako memasuki gedung. Ia berjalan tergesa.

 

Orang-orang memperhatikan Rako. Raut wajah mereka penasaran. Ada yang berbisik-bisik. Ada yang memandang Rako sinis.

 

Rako masuk lift.


93. INT. LIFT — CONTINUOUS 93

 

Rako terus gugup. Ia mulai mengigit-gigiti kuku.

 

Lift berhenti. Pintu membuka dan Panji masuk.

 

Rako tak memperhatikan Panji. Sehingga Panji hanya memperhatikannya dengan ekspresi mengasihani.

 

Tak lama lift kembali berhenti. Pintu membuka dan Rako bergegas keluar.


94. INT. RUANGAN BOS — CONTINUOUS 94

 

Rako tegang. Ia berusaha menguasai emosinya.

 

Sementara Bos bersikap santai. Ia memahami kondisi Rako.

 

BOS

Gue nggak mecat elo, Ko.

 

Rako tertawa sarkas. Ia menyandarkan punggung.

 

RAKO

Gue juga enggak bahas soal itu, Mas.

 

BOS

Tapi argumen lo ngarahnya ke sana.

 

Rako menatap Bos.

 

RAKO

Dengan lo nggak ngomong apa-apa ke gue. Isn’t fair. Lo nggak ngelibatin gue di project ini. Minta gue rehat. Itu apa namanya, Mas?

 

Bos terus menatap Rako. Tatapannya tenang.

 

BOS

Elo lagi cuti, Ko. Terlepas itu gue yang minta tapi lo lagi rehat. Gue nggak bisa ngeganggu lo dan klien ngehubungi kita di saat-saat itu.

 

RAKO

Tapi gue sendiri lihat gimana klien nolak konsep gue---

 

BOS

Ko ... everything’s changes. A people changes.
(Beat)
Gue juga kaget waktu tiba-tiba klien nelpon gue dan akhirnya setuju make konsep lo.
(Beat)
Yang penting lo tetep di sini, Ko.
(Beat)
Ini konsep lo, iya betul. Nggak ada yang ngeklaim ini konsep siapa. Lo bisa cek sendiri ke bagian produksi. Ke PH langganan yang ngerjain iklan ini.

 

Rako terus menatap Bos. Fokus ke bibir Bos dan perlahan-lahan suara Bos menghilang.

 

Rako merasa percakapan ini tidak akan mencapai titik temu.

 

Ia pun akhirnya bangkit meninggalkan ruangan Bos.

 

Sementara terlihat Bos yang berusaha mencegahnya pergi.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar