Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
15. Bagian 15
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

56. I/E. RUSUNAWA/LIFT/ROOFTOP — INTERCUT - MOMENTS LATER 56

 

Musik slow mulai.

 

Rako menenteng gitar. Dia masuk lift. Tujuannya ke lantai paling atas.

 

Rako duduk. Ia melihat tutorial belajar gitar di situs video gratis dari handphone.

 

Ia mulai belajar. Meletakkan jari-jarinya yang kaku pada papan gitar mengikuti intruksi penutur dalam video.

 

Tanpa suara kita akan melihat Rako serius berlatih.

 

CUT TO:

 

Musik slow perlahan berhenti.

 

Sephia masuk.

 

Musik slow betul-betul berhenti.

 

Sephia menghela napas. Ia tersenyum. Ia mengetahui keberadaan Rako di sana.

 

Rako berhenti. Ia merasa ada yang memperhatikan di belakangnya. Ia pun menoleh.

 

Rako tertegun melihat Sephia. Ia meletakkan gitar. Mematikan handphone. Lalu bangkit berdiri.

 

Sephia perlahan mendekat. Wajahnya ceria.

 

SEPHIA

Saya nggak ngajar jam segini loh.

 

Rako tertawa kecil.

 

RAKO

Makanya saya belajar sendiri dulu. Biar nggak pilon-pilon amat.

 

Sephia terus mendekat.

 

Sephia mencium aroma parfum Rako sehingga dalam jarak sekitar satu meter ia berhenti. Pandangannya lurus melewati bahu Rako.

 

SEPHIA

Kamu bawa gitar?

 

Rako menoleh ke gitarnya.

 

RAKO

Ya. Beli bekas.

 

Sephia tertawa kecil. Ia melipat white cane kemudian duduk bersila.

 

Rako ikut duduk bersila. Posisi mereka berhadap-hadapan.

 

Selama beberapa saat mereka diam. Perasaan mereka canggung.

 

Rako terus menatap Sephia.

 

Sedangkan Sephia memandang kosong ke arah Rako.

 

SEPHIA

Boleh saya pinjam gitarnya?

 

Rako mengambil gitar. Lalu meletakkannya di pangkuan Sephia.

 

Sephia mengangguk berterima kasih.

 

CUT TO:

 

Kita akan melihat jari-jari panjang Sephia menelusuri badan gitar. Lalu ke senar-senar gitar.

 

Sephia mulai menekan kunci. Lalu memainkannya.

 

Sephia memainkan satu nada lagu romantis yang populer. Tapi hanya sepenggal.

 

Sephia selesai memainkan nada. Ia meletakkan gitar di sampingnya duduk.

 

RAKO

Kata penjualnya, gitar ini dulu dipake belajar Rory Sunday Morning.

 

Sephia tersenyum.

 

SEPHIA

Kamu beli gitar ini di toko yang di pojokkan itu?

 

Rako menganggukkan kepala.

 

RAKO

Kamu kenal orangnya?

 

Sephia menganggukkan kepalanya.

 

SEPHIA

Namanya Pak Simin. Kenal banget sih enggak. Tapi kebetulan, Rory itu teman SMA nya Adam. Adik saya yang ada di Jerman.

 

Rako terkesiap.

 

RAKO

Mereka main band bareng kalo gitu?

 

SEPHIA

Enggak. Mereka nggak begitu deket. Apalagi Adam yang nggak punya waktu buat bersosialisasi selain belajar, kan?

 

Rako menganggukkan kepalanya paham.

 

RAKO

Kamu tadi bilang enggak mau ngajar jam segini. Tapi ke sini. Ngapain?

 

SEPHIA

Nggak ngapa-ngapain. Saya cuman nggak tahu banyak tempat buat didatengin aja. Jadi, saya ke sini.
(Beat)
Lagian, mau ke mana juga semuanya sama aja kan? Jadi, ke sini udah paling bener.

 

Rako merasa menyesal sudah bertanya. Ia melihat perubahan ekspresi di muka Sephia.

 

SEPHIA (CONT’D)

Kamu sendiri, kenapa sampe kepikiran beli gitar segala? Padahal saya udah minta adik saya buat bikinin kamu alat peraga lho.

 

Rako memilih kata.

 

RAKO

Saya mikir. Bisa jadi dengan punya gitar sendiri, saya bakalan tertarik betulan buat belajar. Terus bisa biki lagu.
(Beat)
(Tertawa kecil)
Nggak kebayang sih, gimana jadinya kalau saya bikin lagu.

 

Sephia tertawa.

 

Rako terus memandangi Sephia. Lekat.

 

Rako terus merasakan cinta.

 

RAKO (CONT’D)

Tapi saya penasaran. Dulu kamu tertarik belajar gitar karena apa?

 

Mata Rako dan mata Sephia bertemu.

 

Rako menahan napas.

 

SEPHIA

Serius nanyanya itu? Padahal kalau kamu nanya udah berapa lagu yang saya bikin, saya siap nyanyi loh buat kamu.

 

Rako diam.

 

Sephia merasakan diamnya Rako lantaran ia serius dengan pertanyannya.

 

CUT TO:

 

Kita akan melihat jari-jari Sephia menyentuh senar gitar. Lalu memetiknya.

 

Sephia menghela napas. Ia mengatur kata.

 

SEPHIA (CONT’D)

Saya tertarik belajar gitar karena itu satu-satunya yang menarik saya.
(Beat)
Yang setelah saya pikir-pikir, belajar gitar itu paling minim risiko.
(Beat)
Saya enggak seberani teman-teman saya di sekolah dulu. Jadi nyari aman.

 

Sephia tersenyum masam. Wajahnya perlahan berubah tanpa ekspresi.

 

Sedangkan Rako menyimak dengan perasaan getir.

 

SEPHIA (CONT’D)

Dan kebetulan, Bapak saya bisa main gitar. Bapak saya bukan pemusik andal. Malah dia belajar gitar aja dari teman-temannya sewaktu muda dulu.
(Beat)
Tapi tahu nggak, apa yang jadi motivasi Bapak belajar gitar?

 

Rako terus menatap Sephia.

 

RAKO

Apa?

 

Sephia merasa antusias.

 

SEPHIA

Ibu.
(Beat)
Bapak bilang, Ibu mau pacaran sama Bapak gara-gara dinyanyiin lagu romantis.

 

Rako merasa tertarik.

 

Sephia merasakan ketertarikan Rako.

 

SEPHIA (CONT’D)

Waktu itu, surat-surat yang Bapak kirim nggak pernah dibalas. Bahkan Bapak pernah lihat dengan mata kepala sendiri, Ibu membuang surat yang belum ia baca ke tong sampah.
(Beat)
Tapi Bapak nggak patah semangat. Bapak belajar gitar selama berbulan-bulan. Setelah andal, Bapak nekat main ke rumah Ibu dengan menyamar jadi pengamen---

 

RAKO

Dan gara-gara itu, Ibu kamu mau pacaran sama Bapak?

 

Sephia menganggukkan kepalanya antusias.

 

RAKO (CONT’D)

It’s must be a great love story.

 

Sephia tertawa setuju.

 

SEPHIA

Sayangnya kata Ibu, itu jadi pertama dan terakhir kalinya Bapak menggombal romantis.
(Beat)
Dan ngeselinnya lagi, dari dulu Bapak sama Ibu kompak enggak mau ngasih tahu lagu apa yang Bapak nyanyiin dulu.

 

RAKO

Kalau saya jadi Bapak kamu juga, saya bakalan tutup mulut rapat-rapat.

 

Sephia mengerutkan dahi.

 

SEPHIA

Kenapa? Gimme’ one good reason, please.

 

Rako menghela napas.

 

RAKO

Memangnya siapa sih yang mau ngasih bumbu rahasia dapur sukses mereka ke orang lain?

 

SEPHIA

Tapi saya bukan orang lain, kan?

 

Rako menggelengkan kepala.

 

RAKO

Menurut saya orang lain. Orang luar.

 

Wajah Sephia mendadak serius.

 

Rako membetulkan posisi duduk. Ia juga mulai serius.

 

RAKO (CONT’D)

Gini. Dalam urusan dua orang yang dimabuk asmara, urusan-urusan itu mutlak hanya milik mereka berdua. Sementara kamu, saya, dan kita semua anak-anak enggak punya peran aktif di dalamnya.

 

Sephia tak paham. Ia mendesah.

 

RAKO (CONT’D)

Simpelnya gini. Di sekolah dulu kita belajar kata umum dan khusus, kan?

 

Sephia menganggukkan kepalanya berat.

 

RAKO (CONT’D)

Nah ... ibaratnya dalam hubungan ini, hubungan ibu dan bapak itu intensi dari kata khusus. Sementara kita, anak-anak adalah kata umum.
(Beat)
Yang ntarnya kita juga bakal jadi kata khusus dalam urusan-urusan kita sendiri. Ya toh?

 

Sephia terpaksa mengangguk. Kepalanya terasa pusing.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar