Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
14. Bagian 14
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

53. INT. RUSUNAWA - UNIT SEPHIA — RUANG MAKAN - EVENING 53

 

Suasana meja makan yang hangat.

 

Sephia membantu ibunya, HARYATI, 52 tahun menyediakan makanan.

 

Sementara bapaknya, AHMAD, 58 tahun, beserta PUTRA, 17 tahun, dan Dika yang sembari bermain ponsel menunggu makanan selesai disajikan.

 

Di meja ada tumis kacang panjang, tempe goreng, serta telur dadar.

 

Haryati mengambilkan makanan buat Ahmad.

 

Sedangkan Putra menuang teh.

 

SEPHIA

(Ke Dika)

Dika hapenya matiin dulu.

 

Dika menoleh. Ke Haryati dan ke Ahmad. Lalu ke Putra.

 

Dika mau mengabaikan perintah Sephia dan melanjutkan permainan game-nya. Tiba-tiba---

 

PUTRA

(Mendelik ke Dika)
Matiin dulu hapenya. Atau gua hapus game nya.

 

DIKA

Coba aja hapus. Ntar aku tinggal minta tolong Kak Rako buat instal lagi.

 

Semua menoleh ke Dika. Raut mereka penasaran.

 

Ahmad yang sudah mulai makan berhenti.

 

HARYATI

(Ke Dika)
Rako siapa?

 

Dika terus memainkan hapenya.

 

Putra mulai kesal. Ia mengambil handphone di tangan Dika dan meletakkannya di meja.

 

Dika menoleh Putra kesal.

 

PUTRA

(Menajam ke Dika)
Itu ditanya sama Ibu!

 

Dika menghela napas. Ia menoleh ibunya.

 

DIKA

Pacarnya Kak Vi.

 

Semua kaget. Semua menoleh ke Sephia.

 

Sephia juga kaget. Tapi ia tersenyum kecil.

 

HARYATI

Pacar, Vi?

 

Semua tegang menunggu jawaban Sephia.

 

SEPHIA

Cuma temen kok, Bu.

 

DIKA

(Menyela)
Bohong! Orang mereka ketemu terus, kok.

 

Semua masih menatap Sephia penuh tanya. Sephia merasakan itu.

 

SEPHIA

Baru kenal kok, Bu.
(Beat)
Lagian mana ada orang pacaran yang baru beberapa kali ketemu.
(Beat)
Gimana Ibu sama Bapak yang saban hari ketemu pelanggan di kios?

 

Haryati dan Ahmad saling menatap.

 

Ahmad dan Putra meneruskan makan.

 

HARYATI

Ya kalau emang pacaran. Ibu sama Bapak malah seneng. (Menoleh Bapak) Ya kan, Pak?

 

Ahmad tak berreaksi.

 

Haryati dan Putra sama-sama menatap Ahmad.

 

Ahmad sadar sedang ditatap Haryati dan Putra.

 

Ahmad berhenti menyuap makanan. Ia menatap Haryati dengan pandangan jengah.

 

PUTRA

(Ke Sephia)
Orangnya tinggal di sini juga, Kak?

 

Sephia menganggukkan kepala.

 

Haryati terus menatap Ahmad.

 

Ahmad menghela napas. Ia pun akhirnya mengalah.

 

AHMAD

(Ke Sephia)

Kapan dikenalin ke kita, Vi?

 

Sephia tertawa kecil.

 

SEPHIA

(Ke Ahmad)

Dikenalin buat apa, Pak?

 

Ahmad menoleh ke Haryati.

 

AHMAD

(Ke Sephia)
Ya, seperti yang barusan Ibu bilang.

 

Semua tegang menunggu jawaban Sephia.

 

Sephia memilih kata.

 

SEPHIA

Via nggak pacaran sama siapa-siapa kok, Pak. Bu.
(Beat)
Dan kalau memang harus banget ngenalin Rako ke Bapak sama Ibu ya sebagai teman.

 

Haryati tersenyum.

 

DIKA

(Sambil mengunyah makanan)

Tapi Kak Rako kan baik banget. Kemarin aku nitipin Kak Vi aja dia mau.

 

Semua menoleh ke Dika.

 

HARYATI

(Ke Dika)
Maksudnya kamu nitipin Kak Vi?!

 

Dika hampir keselak.

 

DIKA

Kemarin kan aku ada ulangan. Terus udah siang. Kak Vi minta dianter beli bubur ayam di depan. Eh, di lift ketemu sama Kak Rako. Ya udah, aku kan takut telat. Jadi aku minta tolong Kak Rako aja buat nganterin Kak Vi naik ke atas.

 

Semua menghela napas lega.

 

HARYATI

(Ke Dika)
Lain kali jangan gitu. Kalau orangnya jahat gimana?

 

Sephia tersenyum kecil. Ia merasakan kekhawatiran yang dirasakan keluarganya.

 

DIKA

(Ke Haryati)
Kak Rako orangnya baik kok, Bu. Pak.

 

PUTRA

(Menajam)

Dari mana kamu tahu orang itu baik? Ingat ya, hanya karena di jidat mereka nggak ada tulisan “SAYA ORANG JAHAT” nya. Bukan berarti dia enggak jahat. Paham!

 

DIKA

(Ke Putra)

Kak Put kan nggak tahu Kak Rako. Jadi ngomongnya gitu.

 

Putra mendengus.

 

Ahmad segera melerai.

 

AHMAD

(Ke Putra & Dika)
Udah. Udah. Lanjutin makannya. Jangan sampe nanti dibuang-buang karena makanannya jadi nggak enak gara-gara kelamaan didiemin!

 

Putra dan Dika melanjutkan makan.

 

Sedangkan Sephia merasakan terus diperhatikan.


54. INT. TOKO ALAT MUSIK BEKAS — THE NEXT DAY (DAY) 54

 

Sebuah ruangan luas yang estetik. Beragam jenis alat musik bekas dipajang hingga membuat kesan sempit.

 

Rako memperhatikan gitar sembari menggigit kuku.

 

Seorang laki-laki kurus, berambut panjang sebahu memakai kaus hitam serta celana jins robek-robek duduk di sudut sambil menyetel gitar. Ia adalah PEMILIK TOKO, 45 tahun.

 

Rako terus memperhatikan gitar tanpa berbekal pengetahuan sama sekali.

 

Pemilik Toko menatap Rako.

 

Rako menoleh.

 

Pemilik Toko meletakkan gitar. Ia pun mendekat.

 

PEMILIK TOKO

Nyari apa?

 

Rako memilih kata.

 

RAKO

Gitar yang enak buat belajar, Pak.

 

Pemilik Toko memperhatikan jari-jari Rako.

 

PEMILIK TOKO

Kalau buat belajar sih semua gitar ini enak. Dijamin. Tinggal pilih aja.

 

Rako menganggukkan kepalanya.

 

RAKO

Tapi saya butuh yang spesifik.

 

Pemilik Toko mikir sebentar. Ia lalu mengangkat tangannya memberi kode ke Rako agar ia menunggu sekejap.

 

Rako mengangguk. Pemilik Toko berjalan ke tempat tadi ia duduk.

 

Lewat POV Rako kita akan melihat Pemilik Toko mengambil gitar yang tadi ia setel.

 

Pemilik Toko kembali. Ia memberikan gitar itu pada Rako.

 

Rako ragu mengambil gitar.

 

PEMILIK TOKO

Ini gitar pertama yang dipakai belajar Rory Sunday Morning. Belajarnya sama saya. Jelas, wong saya Om nya.

 

Rako mengangguk-angguk menerima informasi barusan.

 

PEMILIK TOKO (CONT’D)

Rory nggak pakai gitar itu lagi semenjak mahir dan bisa membeli gitar dari uang tabungannya sendiri.

 

Rako bergaya seolah-olah ia memegang gitar seperti gitaris sungguhan.

 

PEMILIK TOKO (CONT’D)

Saya nggak jamin. Tapi menggunakan alat yang sama dengan yang dipakai superstar bakal memberi energi positif.

 

RAKO

Tadi katanya dijamin?

 

Pemilik Toko mengabaikan Rako.

 

PEMILIK TOKO

Sampai sekarang. Meskipun Rory sudah tinggal di Belanda dan lagi merintis karir di sana, dia selalu menyebut The Sunrise sebagai penyemangatnya di awal-awal ia belajar.

 

Pemilik Toko menepuk-nepuk gitar.

 

RAKO

The Sunrise? Bapak bilang tadi Sunday Morning?

 

PEMILIK TOKO

Sunday Morning itu nama band nya. Kalau Sunrise itu nama gitar ini.

 

Rako paham. Ia lalu memberikan gitar itu kembali pada Pemilik Toko.

 

RAKO

Ya udah yang ini, Pak.

 

Pemilik Toko tersenyum semringah. Ia memberi kode lagi dan segera berbalik masuk ke dalam.

 

Tak lama Pemilik Toko keluar lagi membawa tas gitar.

 

Pemilik Toko mengambil gitar di tangan Rako lalu mengantonginya.

 

Rako membayar gitar tersebut.

 

PEMILIK TOKO

Eh, tapi kamu nggak tahu Sunday Morning?

 

Rako meringis.

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar