Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
3. Bagian 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

6. INT. RUSUNAWA — UNIT RAKO/RUANG MAKAN - MID NIGHT 6

 

Hening. Rako duduk di meja. Ia sibuk bekerja. Mengetik rancangan konsep iklan yang belum kelar.

 

Tampak meja yang berantakan. Di sekitar laptop ada mok kopi, setoples kue kacang yang tinggal setengah dan tutupnya membuka. Ada teflon bekas makan mi instan.

 

Yuni masuk. Ia terbangun dari tidur karena haus.

 

Yuni mendekat ke meja. Tatapannya ke Rako tak suka.

 

Rako menoleh ke Yuni. Sementara Yuni tak acuh menuang air ke dalam gelas sambil berkata tajam.

 

YUNI

(Nyaris tidak terdengar)

Mangkok ada. Piring juga jumlahnya enggak kehitung meskipun kamu rajin mecahin. Tapi kebiasaan jelek begitu tetep aja dipiara.

 

RAKO

Biar nggak nambah cucian, Bu.

 

Yuni minum. Setelah minum Yuni membawa gelas ke ruang cuci.

 

Terdengar bunyi keran air dinyalakan. Yuni mencuci gelas bekas minumnya.

 

Rako menoleh ke Yuni. Ia merasa Yuni tersinggung omongannya.

 

Saat Yuni kembali ke kamarnya timbul niat Rako mengajaknya bicara. Rako pun menguatkan diri.

 

RAKO

Bu!

 

Yuni berhenti. Ia menoleh Rako. Tatapannya membuat Rako tak nyaman. Tapi Yuni paham jika anaknya ingin bicara padanya. Yuni pun mendekat dan duduk.

 

Rako mengatur kata.

 

RAKO (CONT’D)

Mas Isal, ngajakin pindah?

 

Yuni menahan napas. Ia bingung mau menjawab apa.

 

YUNI

(Mengalihkan pandang)

Ya kamu denger sendiri Isal bilangnya gimana.

 

Rako menelan ludah. Tapi berusaha tersenyum.

 

RAKO

(Hati-hati)

Ibu sama Bapak mau? Terus kapan pindah, Bu?

 

Yuni mengembuskan napas. Ia merasa jengah.

 

YUNI

Ibu sama Bapak nggak ada yang kepikiran buat pindah dari sini.
(Beat)
(Menajam)
Atau kamu mau pindah? Ke mana? Udah ada tempatnya?

 

Rako menggelengkan kepalanya. Ia mulai merasa tidak nyaman.

 

RAKO

Enggak, Bu--

 

YUNI

(Memotong dengan sarkas)

Kirain. Ibu udah mau seneng loh tadi, ngira kamu bakalan ngajak Ibu ngomong serius.
(Beat)
(Melirik laptop)
Kamu udah dapat kerja yang bener karena kerjanya sampe dini hari begini.
(Beat)
Kamu kenapa nggak ikut kerja sama Mas Isal aja sih? Gini terus apa nggak bosen?

 

Rako menatap Yuni.

 

RAKO

Tahun depan aku mau lanjut S2, Bu. Mungkin ke luar negeri.

 

Yuni menghela napas.

 

YUNI

Dari tahun lalu kamu udah ngomong gitu loh.

 

Rako tersenyum.

 

Yuni menatap Rako bingung.

 

RAKO

Tahun lalu kan aku belum siap, Bu.

 

Yuni menatap anaknya sangsi. Ia merasa emosinya mulai naik. Tapi Yuni menahannya.

 

YUNI

Yakin kamu yang belum siap? Ibu loh, lihat semuanya. Kamu nggak ngapa-ngapain. Cuman ngomong aja dari dulu.
(Beat)
(Menekan)
Kalau ya, Ko. Waktu luang kamu di rumah kamu pake buat keluar. Ngapain kek. Sowan ke mas sama mbak mu. Belajar apa sama mereka yang hasilnya ada. Nyata. Kamu nggak bakal kayak gini terus.
(Beat)
Biaya kuliah kamu itu loh, paling mahal dibanding Isal sama Vera.
(Sambil bangkit dan berjalan ke kamarnya)
Masa, hasilnya cuman bisa bikin gambar aja di komputer.

 

Rako menelan ludah pahit. Ia merasa menyesal telah bicara dengan ibunya.


7. INT. RUSUNAWA — UNIT RAKO/KAMAR RAKO - CONTINUOUS 7

 

Kita akan melihat kamar Rako yang kecil tapi ditata dengan rapi dan bersih. Tempat tidurnya kecil. Hanya muat satu orang. Di samping tempat tidur ada meja dan juga lemari kecil. Pada dinding-dindingnya terdapat tempelan kertas-kertas komik buatannya. Suasana di dalam kamarnya tenang. Tapi kita akan merasakan mood Rako yang kacau.

 

Rako duduk. Di meja ada ipad. Rako sibuk menggambar. Sementara jam weker menunjukkan pukul 03.20 WIB.

 

CLOSE TO IPAD: di layar ada gambar ilustrasi yang sepintas menggambarkan suasana hangat sebuah keluarga. Ada ayah, ibu, serta tiga anak yang terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan.

 

Dalam gambar, figur ayah dan ibu duduk di sofa mengapit seorang anak laki-laki dan perempuan. Sementara anak laki-laki yang lain. Yang tubuhnya tampak lebih kecil dari yang lain, berdiri di depan keluarganya.

 

Kita akan melihat lebih detail dari gambar tersebut. Tampak di atas kepala masing-masing figur ada balon berisi teks.

 

Ibu: Biaya sekolah kamu paling mahal loh.

 

Anak Laki-laki: Anak manja kayak kamu nggak bakalan bisa kerja.

 

Anak Perempuan: Itu kan mudah! Masa ngerjain gitu aja lama banget!

 

Ayah: Penting mana sih kerjaan kamu sama bantuin mas mu?

 

Rako mulai mengarsir tiap figur dengan warna berbeda. Ayah berwarna merah menyala. Ibu berwarna ungu. Anak laki-laki duduk berwarna abu-abu. Anak perempuan berwarna cokelat. Sedangkan anak laki-laki yang berdiri diberi empat warna sekaligus. Kepalanya merah. Badannya ungu. Tangannya abu-abu. Dan kakinya cokelat.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar