Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Suka
Favorit
Bagikan
8. Bagian 8
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

23. EXT. DEPAN RUSUN/INT. BALKON LANTAI 10 — INTERCUT - NIGHT 23

 

Faisal dan Ridwan berjalan tertatih membawa barang-barang yang berat. Sementara Yuni membawa yang ringan.

 

Tanpa suara kita akan melihat orang-orang bertanya ke Yuni.

 

Yuni membalas canggung.

 

Faisal dan Ridwan memasukkan barang-barang ke mobil.

 

Di balkon Rako berdiri menatap keluarganya masuk ke mobil.

 

Mobil keluar dari halaman rusunawa.


24. INT. EMBER BESAR — NIGHT 24 

 

Keran air dibuka.

 

Ember penuh. Airnya meluap-luap.

 

Mata Rako merah, berkaca-kaca. Bibirnya pucat dan gemetar.

 

Rako mendekat ke ember. Ia memasukkan kepalanya sendiri ke dalam ember.

 

Di dalam air Rako berteriak kencang.

 

Gelembung-gelembung udara muncul ke lewat lubang hidung.

 

Rako mulai tak tahan. Ia mulai kehabisan napas. Tapi ia terus bertahan.

 

Sampai akhirnya Rako betul-betul kehabisan napas. Ia menarik kepalanya keluar dari air.

 

Rako menggeloso di pinggir ember. Kedua tangannya berpegangan pada bagian pinggir atas ember. Ia megap-megap. Dadanya terasa pengap dan sakit. Kemudian, Rako terbatuk-batuk.


25. INT. BUS/KANTOR KERTAS PUTIH KREATIF — INTERCUT - THE NEXT DAY 25

 

Musik folk terdengar.

 

Bus terlihat penuh. Rako duduk di kursi paling belakang diapit sesama penumpang bus.

 

Rako memakai earphone. Pandangannya kosong. Kali ini ia betul-betul mendengarkan musik.

 

Bus berhenti. Rako turun. Kemudian berjalan masuk ke dalam kantor Kertas Putih Kreatif.

 

Rako melepas earphone di kuping. Ia berjalan biasa. Sesekali menyapa orang dengan anggukkan.

 

Musik folk perlahan-lahan hilang. Kemudian betul-betul hilang.


26. INT. RUANGAN BOS — DAY 26

 

Dengung halus suara AC terdengar. Situasi dalam ruangan itu adem dan terlihat nyaman. Namun, kita akan merasakan mood yang berlawanan.

 

Rako dan Bos duduk berseberangan. Tubuh Rako tegang, ia merasa nasibnya sedang berada di ujung tanduk. Sementara Bos tampak dilematis. Bos tidak tega ke Rako. Tapi ia harus membuat keputusan.

 

BOS

Lo rehat dulu ya, Ko.

 

Rako berusaha mendapatkan tatapan Bos. Senyumannya kaku.

 

RAKO

Tiba-tiba gini, Mas?

 

BOS

Nggak tiba-tiba, Ko. Emang udah lama. Cuman gue masih liat semangat lo meski naik turunnya enggak kekontrol.

 

Rako mengalihkan pandangan.

 

RAKO

(Nyaris tidak terdengar)

Sampe berapa lama, Mas?

 

Hening.

 

Bos terus merasa dilema. Ia menarik napas berat. Lalu perlahan mengembuskannya.

 

BOS

Pokoknya elo istirahat aja dulu.

 

Rako tersenyum-senyum kaku. Matanya mulai berkaca-kaca.

 

RAKO

(Terbata-bata)

Harus ada batas waktunya kan, Mas? Biar jelas lo mecat gue apa nggak.

 

Bos memandang Rako kasihan. Perhatiannya fokus ke mata Rako yang berkaca-kaca.

 

BOS

Lo istirahat, Ko. Bikin fresh badan sama otak lo. Liburan kek ke mana. Atau minimal me time.

 

Rako tertawa sarkas.

 

RAKO

Sebenernya Mas, yang kurang beres apanya sih? Lo bilang konsep kemarin oke---

 

Bos merasa gusar.

 

BOS

Semuanya, Ko. Bahkan tag line-nya dinilai mengada-ada.

 

RAKO

Tapi lo sendiri bilang, Mas. Produk itu rendah gula dan semua teh itu baik.

 

Hening lama.

 

Rako dan Bos bersitatap.

 

Rako menelan ludahnya. Sementara Bos merasa percakapan menuju debat ini tidak akan berakhir baik. Ia merasa masih perlu memberi Rako kesempatan.

 

BOS

Itu gue yang salah.
(Beat)
Salah banget karena liatnya dari webtoon lo yang view-ernya naik berkali-kali lipat saban hari.
(Beat)
Makanya gue masih megang kepercayaan sama lo.

 

Rako membetulkan posisi duduk. Ia merasa sangat tidak nyaman karena nasibnya kian jelas berada di ujung tanduk. Tapi ia juga merasa tidak enak pada Bos.

 

RAKO

Tapi gue masih bisa ngebetulin kan, Mas?

 

Bos menggelengkan kepalanya penuh penyesalan.

 

BOS

Nggak bisa, Ko.

 

Rako terus menatap Bos. Matanya terus berkaca-kaca. Dadanya mulai terasa sesak. Dia pun yakin, nasibnya sudah hancur berantakan.

 

RAKO

(Memaksa senyum)
Ya udah, Mas.

 

Bos mengangguk. Ia tak berhenti merasa kasihan. Tapi dia tak punya pilihan. Dia sudah memberikan Rako waktu lebih dari cukup.

 

Rako akhirnya bangkit dan pergi.


27. INT. RUMAH FAISAL — RUANG MAKAN - EVENING 27 

 

Sebuah rumah dua lantai dengan desain minimalis. Perabot-perabotnya terlihat mahal. Meja makannya panjang. Muat untuk makan delapan orang.

 

Rako duduk. Bahunya melorot. Ia merasa canggung.

 

Yuni sibuk menyiapkan makanan dibantu IROH, 32 tahun, pembantu rumah tangga di rumah itu.

 

Di meja ada banyak makanan yang terlihat lebih dari cukup.

 

RAKO

Mau ada tamu, Bu?

 

Yuni berhenti menata piring di tiap kursi. Ia menoleh ke Rako.

 

YUNI

Ada. Temennya Faisal mau datang. Katanya mau dikenalin ke Ibu sama Bapak.

 

Rako mengangguk mengerti.

 

Seorang perempuan yang lain, INAH, 40 tahun, masuk. Membawa wadah besar dengan sangat hati-hati.

 

YUNI (CONT’D)

(Ke Inah)
Itu rawonnya?

 

INAH

(Bahasa Jawa)

Enggih, Bu.

 

Yuni mengangguk. Sementara Inah meletakkan rawon di tengah-tengah meja.

 

RAKO

Bapak ke mana, Bu? Aku nggak lihat dari tadi. Apa di kamar?

 

Yuni melanjutkan pekerjaannya sambil terus bicara.

 

YUNI

Pergi sama Vera. Katanya juga lagi di jalan pulang.

 

Pekerjaan Yuni selesai. Ia pun duduk.

 

YUNI (CONT’D)

Kamu udah makan?

 

Rako menganggelengkan kepala.

 

RAKO

Aku nggak lapar, Bu.

 

Tatapan Yuni ke Rako menuntut: terus?

 

Rako merasa ragu, tapi ia harus membalas tatapan ibunya yang menuntutnya.

 

RAKO (CONT’D)

Aku ke sini karena sepi aja di rumah.

 

Yuni menghela napas. Dia tak punya gagasan hendak menjawab apa.

 

Faisal masuk. Ia baru selesai bersiap-siap. Pakaiannya rapi. Rambutnya klimis. Ia terlihat charming.

 

Faisal abai dengan keberadaan Rako.

 

FAISAL

(Ke Yuni)
Ibu nggak siap-siap? Kinan sama abangnya lagi di jalan loh, Bu.

 

Yuni menoleh Rako. Lalu kembali ke Faisal.

 

Rako memahami situasi. Kedatangannya tidak disukai Faisal.

 

FAISAL (CONT’D)

Bu ...

 

Yuni akhirnya mengangguk.

 

Rako tersenyum menyapa Faisal.

 

Faisal mengangkat dagunya ke Rako.

 

Yuni lalu beranjak sambil memberikan pandangan ke Rako: “Ibu masuk dulu.”

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar