Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SATIRE
Suka
Favorit
Bagikan
15. Bagian 15

15.INT. DI SEBUAH GANG – TENGAH MALAM BEBERAPA TAHUN SEBELUM EKSEKUSI MATI BAMBANG WINARNO

Flashback

Hujan gerimis. Di sebuah gang sempit di pinggiran kota, seorang pria berjalan tertatih di tengah hujan. Pria itu terus melangkah tak menghiraukan pakaiannya yang terasa berat karena hujan. Tiba-tiba dia berhenti. Matanya yang penuh kekosongan mencoba melirik ke sekeliling. Pria itu tak melihat siapapun di perempatan gang sempit itu. Apa yang dilihatnya hanyalah sekumpulan tikus got yang berlarian berebut potongan daging ayam di tumpukan sampah. Pria itu mengernyitkan dahi karena aroma busuk sampah berserakan yang menyengat hidung mulai mengganggunya. Namun pria itu tetap diam. Pria itu berdiri di perempatan gang seperti patung pancoran. Hujan gerimis yang tadinya menghantui gang itu perlahan menghilang. Langit gelap malam yang sebelumnya tertutupi oleh awan mendung kini terlihat jelas. Sejenak pria itu melihat ke langit malam, sambil memegangi tangan kirinya yang terbalut beberapa lembar kain merah.

Di saat pria itu sibuk melamun, sebuah mobil hitam berhenti di depan pria itu. Seluruh permukaan mobil itu tertutup warna hitam. Perlahan pintu mobil terbuka dari dalam. Seorang pria kurus, ceking dengan pakaian jas necis perlahan turun dari mobil. Mata Yudha tertuju pada pria di depannya. Perlahan senyuman yang bercampur hinaan muncul dari pria dengan rambut penuh dengan uban itu.

Hadi: “Apakah sudah selesai? Kau sudah menghabisi mereka?” (nada sarkastik)

Yudha: “...”

Hadi melihat ke arah Yudha, menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Perlahan matanya tertuju pada kain putih yang membalut tangan kiri Yudha. Perlahan kain putih itu berubah merah karena darah. Alis Hadi sedikit terangkat, perlahan tahi lalat di pojok bibirnya terangkat. Senyuman lebar tercetak jelas di wajah Hadi.

Hadi: “Aku anggap kau sudah mengurus mereka? Pastikan kau membersihkan semua buktinya dan juga...” (melihat ke arah tangan hadi yang terluka)

Hadi: “Jangan bawa lukamu ke rumah sakit, kau mengerti?” (menatap Yudha dengan tajam)

Yudha yang menatap pria itu dengan tatapan kosong. Yudha tidak mengangguk atau menggelengkan kepala. Perlahan Yudha menundukkan kepalanya. Dia melihat ke arah kedua tangannya, perlahan kedua tangannya bergetar seperti sedang tersetrum.

Hadi yang melihat tingkah Yudha hanya bisa tersenyum kecil. Perlahan matanya yang terlihat kejam menatap Yudha dengan tajam.

Hadi: “Kenapa? Kaget? Takut?”

Yudha sama sekali tidak merespon Hadi, dia hanya menatap kedua tangannya sambil terus terdiam.

Hadi: “Kau lupa? Kau ini cuma preman pasar yang kuangkat jadi supir sekaligus tangan kananku. Kau sudah terbiasa mencuri, menipu, menghajar orang dijalanan, merampok bahkan menyuap. Tapi kenapa kau harus ketakutan karena membunuh beberapa polisi korup?” (tersenyum sinis)

Yudha masih terdiam tanpa memberikan respon apapun.

Hadi: “Kau ingin berhenti?”

Perlahan Yudha menurunkan tangannya, kemudian melihat ke arah Hadi.

Hadi: “Kau lupa, kau berurusan dengan siapa? Kau sudah terlibat terlalu dalam, jika kau berhenti itu artinya kau mati.”

Yudha yang mendengar ancaman dari Hadi hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat hingga kukunya melukai telapak tangannya.

Hadi: “Memangnya kau tidak butuh uang untuk merawat adikmu? Apa kau mau dia tahu apa pekerjaanmu selama ini?”

Yudha mendekati pria itu, kemudian dia meraih kerah Hadi dan mengangkatnya.

Hadi: “Apa kau sudah bosan hidup?” (nada mengejek)

Perlahan Yudha melepaskan Hadi dan menatap Hadi dengan tatapan penuh kebencian.

Hadi: “Kau itu cuma anjing peliharaan. Jika kuperintah duduk, duduk. Jika kuperintah gigit, gigit. Apa susahnya? Jika kau patuh aku akan memberimu uang jika tidak?” (tersenyum)

Yudha perlahan mengangguk, mengerti apa yang Hadi bicarakan.

Hadi: “Bagus, jika kau mengerti. Ini hadiahmu.”

Hadi melempar ribuan lembar uang ratus ribuan ke arah Yudha sambil tertawa melihat anjing barunya Yudha mulai mematuhinya.

Cut to

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar