Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SATIRE
Suka
Favorit
Bagikan
13. Bagian 13

13. INT. RUANG RAWAT RUMAH SAKIT-SIANG BEBERAPA MINGGU SEBELUM EKSEKUSI BAMBANG WINARNO

Flashback

Seorang nenek tua sedang terbaring di ranjang rumah sakit sambil membaca sebuah buku komik dengan gambar seorang pemain tenis di sampulnya. Sesekali alisnya berkerut, dan di lain waktu dia akan tersenyum. Sayangnya kulitnya yang penuh keriput dan kepalanya yang botak membuat semua yang melihatnya takut sekaligus iba, meskipun senyumannya cukup menawan. Apalagi ditambah selang oksigen selalu terpasang di wajahnya, membuatnya terlihat semakin sengsara. Pintu tiba-tiba dibuka, seorang anak muda perlahan masuk ke dalam ruangan itu.

Nenek itu tersenyum dan mengarahkan pandangannya pada pria itu. Dia meletakkan komik kesayangannya itu di ranjang kemudian memperlihatkan senyuman terbaiknya sambil mengarakan kedua matanya dengan penuh harap ke arah kakaknya itu.

Yudha yang mendapati adiknya menatapnya dengan ekspresi konyol nan menggelikan itu tersenyum. Yudha sadar adiknya pasti ingin meminta sesuatu. Perlahan Yudha mengambil kursi di pojok ruangan dan meletakkannya di pinggir ranjang.

Siska: “Kakak, udah selesai dinasnya?”

Yudha: “Sudah.”

Perlahan Yudha tersenyum dan mengelus-elus kepala botak dari nenek mini yang ada di ranjang. Yudha tidak menunjukkan ekspresi jijik sama sekali, karena nenek kecil di ranjang itu adalah adiknya. Satu-satunya keluarga yang dia miliki di dunia ini. Adiknya Siska menderita Sindrom Progeria, penyakit yang membuat bocah sebelas tahun itu terlihat seperti nenek-nenek.

Siska yang kepalanya dielus-elus, menepis tangan Yudha. Kedua pipinya yang mengkerut kini mengembang seperti kue bolu.

Siska: “Oleh-olehnya mana?”

Yudha menunjukkan ekspresi bersalah sambil melihat ke sana kemari, mencoba mencari ide untuk berbohong.

Siska: “Lupa lagi?”

Yudha: “Iya.”

Siska: “Kok, lupa lagi? Sudah berapa kali Siska bilang Siska pengen sepatu olah raga PINK. Kenapa lupa lagi?”

Yudha: “Maaf-maaf.” (sambil tertawa kecil)

Siska: “Maaf? Emanngnya maaf bisa bikin kenyang kak?” (cemberut)

Yudha: “Minggu depan Kakak dinas lagi, Kakak janji minggu depan bawa sepatu olah raga nya.”

Siska: “Yang PINK, sepatu olah raga PINK.”

Yudha: “Iya, yang pink.”

Siska: “Janji?” (mengulurkan jari kelingkingnya)

Yudha: “Janji.” (membuat janji kelingking dengan siska sambil tersenyum)

Cut to

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar