Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Seribu Matahari Pagi
Suka
Favorit
Bagikan
27. ACT 3. Masakin, ya? (Hal. 160 - 162)

101       EXT. DEPAN TOSERBA NENEK. SORE.

 

          TITLE:

 

                  Jakarta. 1 minggu kemudian.

 

Jantari duduk di depan toserba. Kepalanya menengadah. Matanya menatap langit. CAMERA PAN TO. Langit sore hari.

 

DIPA (O.S)

Jantari!

 

Jantari menoleh. Dipa berlari ke arahnya, keluar dari toko rental DVD. Tangannya mengacungkan sebuah DVD. Jantari tersenyum.

 

DIPA

Yuk, nonton film horor di tempat elo.

 

Jantari mengangguk. Lalu, berdiri.

 

JANTARI

Bentar, gue tutup dulu.

 

Jantari masuk ke dalam toserba, menyalakan lampu, dan keluar lagi untuk mengunci pintu. Dipa menunggunya dengan tak sabar, ia meraih tangan Jantari.

 

JANTARI

Tunggu bentar, Dip.

 

DIPA

Gue makan di tempat elo lagi, ya. Masakin, ya?

 

Jantari mendengus sambil melirik ke arah Dipa. Ia lalu berjalan diikuti Dipa di sampingnya. Dipa menggandeng tangan Jantari.

 

DIPA (CONT’D)

Masakin lah, ya? Gue habis motret klien bawel banget nih seharian. Butuh makan sop buatan elo. Sama tempe goreng, ya?

 

Jantari mengangguk sambil tersenyum simpul. Dipa mengecup pipi Jantari sekilas sebelum mengeratkan gandengannya. Keduanya berjalan beriringan menyusuri jalanan kampung yang mulai disiram cahaya senja. Lampu-lampu jalanan mulai menyala. Rumah-rumah dan toko-toko mulai menyalakan lampu mereka. Matahari mulai tenggelam. Bayangan keduanya mulai tersamarkan.

 

CAMERA ZOOM OUT. Dipa dan Jantari berjalan bergandengan di jalanan kampung. Langit senjakala.

 

DIPA (O.S)

Elo bakal nemenin gue terus kan liat seribu matahari pagi?

 

JANTARI (O.S)

Matahari senjanya gimana? Kita kan selalu bersamanya pas senja.

 

DIPA (O.S)

Apa pun itu asal sama elo, Jan. Asal sama elo.

 

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar