Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
67 EXT. DEPAN PERSEWAAN KOMIK NUGROHO. NIGHT.
LONG SHOT. Jalanan yang ramai. Terdapat gerobak bakso di depan persewaan komik Nugroho. Dipa, Nugroho, dan Bella sedang duduk di bangku depan. Bella dan Nugroho masing-masing sedang membawa semangkok bakso. Mereka berdua makan dengan lahap. Dipa memandangi mereka. Ekspresinya nampak khawatir. Sementara, kedua temannya nampak tenang-tenang saja, menikmati bakso mereka. Di depan mereka tidak terlalu jauh, beberapa bocah yang membaca komik di persewaan Nugroho membeli bakso. SFX. Suara denting mangkok, lagu, obrolan.
DIPA
Kalian kok bisa sih santai-santai gini?
NUGROHO
Tenang, Dip, tenang…
Nugroho mengunyah bakso besar-besar, mengerling ke arah Bella yang sebentar kemudian meletakkan mangkoknya di bangku sampingnya.
BELLA
Bentar. Gue mau nambah bakso, bentar..
Dipa menatapnya dengan mata melotot. Nugroho menahan tawa.
NUGROHO
Gila, lo. Banyak makan juga lo ya, Bell..
BELLA
Elo nggak tahu, sih, gimana gue sampe nggak nafsu makan gara-gara Jantari menghilang gitu aja. Sekarang sih, gue udah bisa makan banyak lagi kayanya. Udah tenang gue..
Bella berdiri, meraih mangkoknya, dan berjalan ke gerobak bakso yang semakin ramai dikerubung anak-anak remaja pelanggan persewaan komik Nugroho. Ia ikut mengantri di belakang mereka.
NUGROHO
Makin malam, bukannya sepi. Malah ramai. Anak-anak zaman sekarang, kalo nggak gara-gara wifi gratis mana pada ke sini. Yang bener-bener baca buku cuma segelintir..
DIPA
Tapi, kan, elo tetep narik tarif tiap jamnya. Elo kira persewaan elo warnet babe lo apa, Nu.. Nu.. Masa bocah pada nggak baca apa-apa, elo tarikin duit. Oportunis kapitalis lo..
NUGROHO
(Tertawa) Gitu, dong. Kalo elo udah mulai bawel itu tandanya elo udah kelar khawatirnya...
DIPA
Masih khawatir tahu.. (mendesah) tapi, habis lihat si Bella makan sebanyak itu, gue sadar kalo Jantari baik-baik aja..
NUGROHO
Ya, jelas baik-baik aja. Kan, elo udah baca sendiri dia sekarang di mana. Dia sendiri yang ngirimin elo email..
PAUSE. Nugroho menelan bakso.
NUGROHO (CONT’D)
Yang gue heran ini ya.. elo cepet bener bacanya email sebanyak itu.. belum juga sejam elo nyuruh kita kumpul di sini.. tapi udah kelar baca puluhan email?
Dipa memandangi layar handphonenya. CAMERA PAN TO. Email-email dari Jantari yang discrolling oleh Dipa.
NUGROHO (CONT’D)
Heran lagi gue.. si Jantari.. kenapa dia nggak sekalian bikin novel aja? Nulis email sebanyak itu.. buset dah.. dikiranya kita masih hidup di 2005 apa.. kan ada whatsap atau line kek.. bisa telpon juga..
Dipa memandang Nugroho, kesal. Dia mendengus ketika Bella kembali dengan semangkok penuh bakso ekstra sawi.
BELLA
Si abangnya ngasih gue sawi banyak bener dah..
NUGROHO
Naksir elo kali si abangnya.. (menoleh ke arah gerobak bakso –makin ramai yang beli). Buset deh, besok tu abang bakso pasti mampir sini lagi. Jam berapa sih ini? Kok bocah-bocah ini masih pada di sini?
BELLA
Elo tuh yang harusnya jam-jam segini udah tutup. Eh malah ngasih tempat bocah-bocah ini buat nongkrong..
Bella mengunyah bakso lalu menoleh ke arah Dipa. Dipa balas memandanginya.
BELLA (CONT’D)
Jadi, gimana, elo mau nyusulin Jantari?
Dipa tidak langsung menjawab. Ia nampak menimbang-nimbang sesuatu di benaknya.
NUGROHO
Udahlah samperin aja.. itung-itung liburan juga..
Bella mengangguk.
DIPA
Jadi, ibunya menikah lagi, itu si Jantari sendiri yang kasih saran, Bel?
Bella mengangguk sambil memasukan sesendok bakso ke mulutnya. Nugroho berdecak kagum.
NUGROHO
Gue emang tahu kalo Jantari itu keren. Tapi, gue nggak tahu dia sekeren itu. Maksud gue, nggak banyak kan anak kaya dia yang malah nyuruh buat ibunya nikah lagi habis ditinggal ayahnya?
BELLA
Ayahnya meninggal, Nu.
NUGROHO
Gue juga tahu, Bel..
BELLA
Itu poinnya. Ibunya kan nggak ditinggal cerai, tapi ditinggal mati. Tahu nggak, sih? Jantari udah lelah, itu aja. Dia ingin ibunya menemukan kebahagiaannya sendiri.. yang menurut Jantari, udah ditunda sama ibunya sejak lama.. yang gue sendiri nggak paham sih apa maksudnya..
Bella mendesah, matanya menatap langit malam yang gelap; tidak ada bintang karena polusi udara.
BELLA (CONT’D)
Yang jelas dia bilang ke gue kalo udah saatnya ibunya bahagia juga. Dan, dia pun pingin ngejalanin hidup tanpa harus melihat ibunya kesepian. Atau, lebih tepatnya, dia ngga mau terikat dengan perasaan sedih terus-menerus.. Kalo ibunya bisa bahagia dengan menikah lagi, Jantari nggak keberatan..
DIPA
Lalu, dia pergi ke Karimun Jawa.. buat dirinya sendiri..?
Bella mengangguk.
BELLA
Berdasar email yang dia kirim ke elo, kayanya emang gitu. Soalnya, dia nggak pernah ngebahas apa pun soal rencana pingin ke Karimun Jawa.. Dia cuma cerita pingin menemukan hidupnya sendiri setelah ibunya menikah..
NUGROHO
Jadi, selama ini dia menghilang itu, dia ke Karimun Jawa?
BELLA
Kayanya emang gitu. Dasar nyebelin Jantari. Apa susahnya ya pamitan dulu gitu ke gue. Sampe khawatir banget gue..
PAUSE.
Jadi, elo ke Karimun Jawa nggak, Dip?
Bella menoleh ke arah Dipa yang nampak merenung.
BELLA (CONT’D)
Kalo iya, gue mau ikut.
NUGROHO
Emang elo nggak kerja?
BELLA
Gue yang punya perusahaan, terserah gue lah, mau kerja atau nggak..
Nugroho memandang Bella dengan kagum.
NUGROHO
Waaah.. elo masih sama kaya zaman SMA, Bel. Nyebelin..
Bella mencibir.
BELLA
Jadi, gimana, Dip? Tar gue bisa urus semuanya.. Gue yang bayarin deh akomodasi..
NUGROHO
Bel, ngomong dari tadi, dong... kalo gitu, kan, gue juga mau ikut.. Dah.. Berangkat aja, Dip.. sama gue juga.. asik...
Bella menabok belakang kepala Nugroho membuat pria itu terdorong ke depan. Nugroho mendengus, tapi kemudian bersamaan dengan Bella menatap Dipa. Sepasang mata mereka berdua menatap Dipa dengan penuh harap. Lalu, Dipa mengangguk.
DIPA
Ya udah, deh. Kita ke Karimun Jawa, yuk.
Bella dan Nugroho bersorak. Dipa kembali merenung. Sementara, Bella kembali mengunyah bakso. Sedangkan, Nugroho berdiri dari duduknya dan mulai meneriaki anak-anak remaja yang masih nongkrong di persewaan komiknya padahal sudah jam 10 malam.
NUGROHO
Woii, besok sekolah kalian.. pulang.. pulang..
BELLA
(Bergumam; menelan bakso) Pelanggan diusir coba.. tsk..
CUT TO:
68 INT. MOBIL DIPA. NIGHT.
Dipa menyetir sendirian. Malam semakin larut. Sinar-sinar lampu jalanan membias mengenai wajah Dipa; berpendar-pendar di kaca depan mobil. Dipa nampak serius memandangi jalanan yang ramai.
JANTARI (O.S)
Kenangan yang ingin ditampung oleh otak nampaknya membuat tubuh mulai memudar.. begitulah yang terjadi pada ibuku.. dan mungkin juga padaku meskipun aku nggak bisa melihatnya sendiri..
DIPA
Memudar…
JANTARI (O.S)
Tubuh ibuku seperti memudar.. dia nggak lagi nyata.. transparan, kosong.. kamu tahu, dulu kita sudah pernah membahas ini.. tentang keluargaku.. permainan apa yang sedang kami mainkan.. kamu tahu, Dipa, apa yang sedang terjadi pada diriku di saat-saat seperti ini. Tentu saja aku nggak pernah meminta belas kasihan pada siapa pun. Kamu yang paling tahu bahwa aku nggak suka dikasihani. Aku juga nggak ingin mengasihani siapa pun.. aku ingin merasa bebas.. jadi kulepaskan apa yang nggak sanggup lagi kuhadapi..
DIPA
Ingin merasa bebas.. nggak sanggup lagi dihadapi..
JANTARI (O.S)
Aku nggak sedang lari dari apa pun. Tapi, aku sedang melepaskan apa pun yang seharusnya bisa bebas, seperti ibuku.. dan adikku.. dan diriku sendiri.., selayaknya yang kamu tahu, Dip...
DIPA
Yang aku tahu..
JANTARI (O.S)
Hanya kamu satu-satunya yang tahu rahasiaku. Mungkin juga seharusnya di saat-saat ini, aku berbagi hal-hal rahasia denganmu..
DIPA
Berbagi hal-hal rahasia denganku..
JANTARI (O.S)
Sayangnya, kita sudah bukan anak SMA zaman dulu itu.. aku bahkan nggak tahu apakah aku masih layak untuk menjadi temanmu..
Dipa mendesah. Matanya nanar menatap jalanan. Lampu merah lalu lintas menyala. Mobil Dipa berhenti perlahan. Dipa menjatuhkan dagunya di atas setir.
DIPA
Apakah aku masih layak?
CAMERA FOLLOW. Pandangan mata Dipa pada mobil-mobil di depannya ke arah lampu lalu lintas lalu ke arah langit malam yang gelap tanpa bintang.
DISSOLVE TO: