Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Seribu Matahari Pagi
Suka
Favorit
Bagikan
6. ACT 2. Toserba Nenek dan Sebuah Awal (Hal. 29 - 35)

26 INT. RUANG MAKAN RUMAH DIPA. NIGHT.

 

SFX. Suara televisi dari ruang depan. LONG SHOT. Dipa duduk bersama ayah (50) dan tante Mira (47). Mereka sedang makan malam. Dipa makan dalam diam.

 

TANTE MIRA

Jadi, gimana hari pertamamu di sekolah baru, Dipa?

 

DIPA

Biasa-biasa saja.

 

AYAH DIPA

Aku minta tolong wali kelasnya buat nyariin temen sekaligus mentor. Biar dia nggak jeblok-jeblok banget nilainya. Walaupun, dia nggak tertarik belajar sama sekali.

 

Ayah Dipa mencibir. Dipa melirik ayahnya, sebal. Tante Mira melirik ke arah keduanya, menengahi.

 

TANTE MIRA

Jangan gitu, lah, mas. Ketertarikan anak kan beda-beda. Buktinya Dipa pinter ngelukis. Juga pinter motret.

 

AYAH DIPA

Memangnya itu ada gunanya?

 

Dipa menahan geram. Ia memegangi sendok dan garpunya kuat-kuat.

 

AYAH DIPA (CONT’D)

Paling nggak, ayah cuma mau kamu nggak melakukan hal aneh-aneh sampai hari pernikahan ayah dan tante Mira. Ngerti?

 

Dipa berdiri dari kursinya. Meletakkan sendok dan garpunya begitu saja menimbulkan bunyi ‘klang’ keras di piringnya. Tante Mira berjengit karena terkejut.

 

TANTE MIRA

Dipa.. jangan dimasukkan hati..

 

DIPA

Terserah. Memangnya tante siapa? Bisa nasehatin aku? Tante bukan mama Dipa. Nggak usah berlagak sok baik.

 

Dipa berteriak. Tante Mira menahan tangis.

 

AYAH

Dipa, kamu kurang ajar ya. Sini kamu..

 

Ayah berdiri dari kursinya. Tante Mira menahan dengan memegangi tangannya.

 

TANTE MIRA

Sabar, mas..

 

Dipa memandangi ayahnya dengan amarah. Lalu, dengan cepat pergi keluar ruangan.

 

AYAH DIPA

Dipa? Kembali kamu!

 

Dipa terus berlari. Ia meraih helm-nya dan pergi keluar rumah. Dengan cepat meraih motor maticnya. Menyalakan motor dan meninggalkan halaman rumahnya. Ayah Dipa berlari mengejar, diikuti Tante Mira. Keduanya berdiri dengan napas tersengal di depan pintu rumah.

 

LONG SHOT. Halaman rumah yang lengang. SFX. Suara jangkrik mengerik. Suara derum motor semakin lirih dari kejauhan.

 

CUT TO:

 

27 EXT. DEPAN TOSERBA KECIL. NIGHT.

 

LONG SHOT. Jalanan sempit padat rumah. Dipa duduk di depan toserba sambil meminum teh botol. Matanya memandang langit. Tiba-tiba Jantari muncul dari persewaan DVD film di depan toserba.

 

JANTARI

Dipa? Kenapa elo di sini?

 

DIPA

Jantari? Elo sendiri?

 

Dipa terkejut, hampir menyemprotkan teh dari mulutnya.

 

JANTARI

Elo ngikutin gue? Gila lo?

 

DIPA

Eh, pe-de amat lo. Nggak tahu, gue nggak ngikutin elo. Pe-de amat.

 

JANTARI

Terus elo ngapain di sini kalo nggak ikutin gue?

 

Dipa menunjuk toserba di belakang punggungnya. BCU. Pintu toserba. ZOOM IN. Mata terkejut Jantari.

 

JANTARI

Kok bisa Jakarta segede ini, elo ke toserba di sini?

 

DIPA

Rumah gue komplek sebelah.

 

Jantari melirik ke arah kanan jalan.

 

JANTARI

Oh, anak komplek sebelah lo?

 

Dipa mengangguk.

 

DIPA

Elo anak kampung sini?

 

Jantari mengangguk.

 

CAMERA PAN TO. DVD di tangan Jantari.

 

DIPA

Elo minjem DVD apaan?

 

JANTARI

Ada aja. Mau tahu aja lo.

 

Jantari kemudian berjalan melewati Dipa dan masuk ke dalam toserba. Dipa tanpa sadar mengikuti Jantari masuk ke dalam toserba.

 

JANTARI

Eh, ngapain sih lo?

 

Jantari menoleh, memandang Dipa dari atas pundaknya, sebal. Dipa hanya mengangkat bahu. Jantari memutar mata sebelum pergi ke belakang kasir. CAMERA PAN TO. Seorang nenek duduk di belakang meja kasir.

 

JANTARI

Nek, aku pulang dulu ya. Nenek, jangan malem-malem tutupnya.

 

DIPA

Nenek? Nenek lo?

 

Dipa tiba-tiba sudah berdiri di belakang Jantari lagi. Jantari mendesah kesal.

 

NENEK

Temenmu, Jan?

 

Jantari diam saja. Ia pergi ke bagian snack dan meraih sekantong keripik.

 

DIPA

Iya, nek. Saya teman Jantari di SMA 46.

 

Dipa berjalan cepat ke sisi meja kasir dan menyalami nenek. Jantari tiba di meja kasir dan terhenyak.

 

JANTARI

Elo ngapain, sih?

 

DIPA

Kenalan sama nenek elo lah. Siapa tahu bisa dapet jajanan gratis. Ya, kan, nek?

 

Nenek tertawa.

 

NENEK

Namamu siapa, nak?

 

DIPA

Dipa.

 

NENEK

Sudah makan malam, nak Dipa?

 

Dipa menggeleng.

 

NENEK

Astaga, sudah jam berapa ini–

 

JANTARI

Baru juga jam delapan malam.

 

Jantari melirik jam dinding. Mendengus.

 

NENEK

Jantari, ajak Dipa makan di rumahmu.

 

Jantari memelototkan mata. Dipa memandang Nenek lalu Jantari, agak kebingungan dengan situasi ini.

 

NENEK (CONT’D)       

Cepat sana. Sudah lewat makan malam.

 

JANTARI

Apaan sih, nek..

 

Jantari berdecak malas. Nenek menyuruh Jantari mendekat ke arahnya. Jantari mendekatkan diri pada nenek. Nenek berbisik ke telinga Jantari.

 

NENEK

Dia tadi datang sambil nahan nangis.

Badannya bergetar hebat. Nenek sempet khawatir.

 

Jantari melirik ke arah Dipa yang sekarang sedang memilih-milih permen karet.

 

NENEK (CONT’D)

Udah sana, ajak makan di rumahmu.

Ayahmu lagi perjalanan bisnis di luar kota, kan?

 

Jantari mengangguk.

 

NENEK (CONT’D)

Udah sana. Lumayan ada teman makan malam kamu.

 

Jantari mengangguk lagi. Lalu, berjalan malas ke arah Dipa. Dia menepuk pundak Dipa.

 

JANTARI

Makan yuk tempat gue.

 

Dipa melongo. Dia menoleh ke arah nenek. Nenek mengangguk.

 

NENEK

Sana, makan tempat Jantari. Nggak jauh kok.

Motormu biar parkir depan sini saja. Jalan kaki saja.

 

Dipa mengangguk.

 

DIPA

Iya, nek.

 

JANTARI

Ayok, ah.

 

Jantari keluar toserba dengan merengut. Tetapi, dia tetap menunggu Dipa di depan pintu sambil mengetuk-etukkan kakinya. Lalu, Dipa keluar dan menjejerinya. Jantari menoleh. Dipa tersenyum.

 

DIPA

Nggak usah, lho, kalo elo nggak mau, Jan.

 

JANTARI

Ah, udah ah, ayok, ah. Ntar gue kena selepet nenek.

 

Tanpa menunggu, Jantari berjalan mendahului Dipa. Dengan agak ragu, Dipa mengekor di belakang Jantari.

 

CUT TO:

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar