Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Seribu Matahari Pagi
Suka
Favorit
Bagikan
11. ACT 2. Jantari dan Hidupnya (Hal. 56 - 60)

45  INT. RUANG SANGGAR TARI BLUEFLOWER. DAY.

Dipa duduk di salah satu sudut. BCU. Tas ranselnya dan Jantari tergeletak di lantai sampingnya. Bayangannya memantul dari cermin panjang di sisi lain ruangan. Cermin itu untuk memonitor gerakan tarian dancer.

 

COWOK #1

Halo, pacar Jantari?

 

Cowok itu duduk di samping Dipa. Dipa diam saja. Matanya terpaku pada cowok itu yang sedang memakai kaus kaki.

 

COWOK #2

Pacar Jantari, ya?

 

Cowok yang baru datang ini juga duduk di samping Dipa. Dia juga sedang memakai kaus kaki.

 

CEWEK #1

Ganteng juga pacar Jantari.

 

Yang datang berikutnya adalah cewek yang nampak lebih tua dari kedua cowok sebelumnya. Ia pun duduk di dekat Dipa dan mulai memakai kaus kaki.

 

CEWEK #1 (CONT’D)

Satu sekolah sama Jantari?

 

Dipa mengangguk.

 

COWOK #1

Mau ikutan dance juga?

 

COWOK #2

Buat ngilangin stress kaya Jantari?

 

DIPA

Jantari dance buat ngilangin stress?

 

CEWEK #1

Dia bilangnya sih gitu.. tapi, sekarang dia udah cukup mahir sih buat jadi bagian dari kru kami..

 

Dipa terheran-heran. Ia hanya melongo saja memandangi teman-teman dancer Jantari.

 

CUT TO:

 

46 INT. RUANG DANCE SANGGAR TARI BLUEFLOWER. 14.30 WIB.

Jantari menari mengikuti irama musik modern yang mengalun dari tape stereo di salah satu pojokan ruangan. Ia seperti tenggelam dalam tarian dan hanya terfokus pada dirinya sendiri. CAMERA PAN TO. Bulu matanya yang lentik. Mengerjap; membuka-menutup. Hidungnya yang kecil dan tidak terlalu mancung. Bibirnya yang sedikit terbuka; terengah. Keringat menetes di pelipisnya. Rambutnya dikucir kuda; basah oleh keringat. CAMERA FOLLOW. Gerakan tari Jantari lalu ke arah Dipa yang memandanginya dengan terkagum-kagum.

 

CUT TO:

 

47 EXT. GANG AREA SANGGAR TARI BLUEFLOWER. 15.00 WIB.

                                                            

Dipa dan Jantari berjalan beriringan. Jantari mengikat rambutnya dalam bentuk cepol. Dipa hanya memandangi jalanan. Ia merasa canggung karena dadanya dengan aneh berdebar-debar.

 

JANTARI

Sampai kapan elo mau ngikutin gue?

 

Dipa terkejut. Ia menoleh pada Jantari.

 

DIPA

Oh, emangnya elo habis ini mau ngapain lagi?

 

JANTARI

Gue masih ada yang harus gue lakuin.

 

DIPA

Apa emangnya?

 

JANTARI

Kerja.

 

Dipa melongo.

 

DIPA

Hah, kerja?

 

Jantari mengangguk, cuek.

 

JANTARI

Kaya Nunu, temen elo, gue juga kerja nungguin tempat..

 

DIPA

Warnet?

 

JANTARI

Nggak, sih. Toko kaset.

 

CUT TO:

 

48 INT. TOKO KASET OLDMAN. 15.30 WIB.

Dipa melirik ke arah Jantari yang berdiri di belakang meja kasir di antara rak-rak berisi kaset-kaset dan CD-CD lagu. Jantari nampak sibuk menandai sesuatu di buku pembukuan besar. Komputer besar pentium 3 menyala di mejanya, memperlihatkan winamp yang memutar lagu-lagu pop.

 

DIPA (V.O)

Sebenernya Jantari belajarnya kapan, sih?

 

Dipa menggerutu dalam hati sendiri sambil terus melirik Jantari dan sekali-sekali mengangkat kaset atau CD tanpa melihat covernya dan mengembalikannya ke raknya; begitu seterusnya.

 

DIPA (CONT’D) (V.O)

Kerjaannya ngelayab mulu. Pulang ke rumah udah sore. Udah malem. Masak. Terus nonton film horor. Kapan belajarnya? Tapi, kok bisa pinter? Terlebih, buat apa dia kerja.. kalo dia tajir?

 

Tiba-tiba Jantari melihat ke arahnya. Ia nampak kesal. Buru-buru Dipa berpura-pura memandang cover kaset lagu penyanyi barat yang ia pegang secara terbalik. Jantari hanya menggelengkan kepala, pasrah; kembali menekuni buku pembukuan besar.

 

CUT TO:

 

49 INT. WARUNG SAYUR. 17.00 WIB.

Jantari memilih-milih sayur. Dipa mengekor di belakangnya. Ibu penjual sayur memandangi Dipa dengan heran.

 

IBU PENJUAL SAYUR

Neng, kok tumben pacarnya ikut belanja?

 

Jantari memandang si ibu penjual sayur dengan bingung. Ia memandangi si ibu dengan mata penuh tanda tanya. Si ibu menuding Dipa. Jantari menoleh ke arahnya. Dipa tersenyum meringis.

 

JANTARI

Bukan pacar saya, bu. Cuma teman.

 

IBU PENJUAL SAYUR

Teman kok nemenin sampe belanja sayuran.

 

JANTARI

Soalnya dia suka numpang makan di rumah saya, bu.

 

IBU PENJUAL SAYUR

Lah, itu mah namanya ini budak pacar eneng atuh, neng. Kalo suka makan di rumah sih pacar ceunah.

 

JANTARI

Enteu atuh, bu..

 

IBU PENJUAL SAYUR

Aah, enteu nanaon.. Kasep, neng. Dah jadiin pacar aja.. kalo ibu masih muda mah yang kaya begini ya mau, neng.. pasti bakal ibu pacarin.. duh kasep pisan..

 

Ibu penjual sayur memandangi Dipa dengan terkagum-kagum. Matanya terpesona dengan ketampanan Dipa. Jantari memandangi Dipa dengan heran; mencari letak ketampanannya.

 

DIPA

Ibunya ngomong apa, sih?

 

JANTARI

Elo dibilang cakep.

 

Dipa mau tak mau tersenyum juga kepada si ibu penjual sayur. Si ibu nampak mau pingsan melihat senyum Dipa untuknya.

 

JANTARI (CONT’D)

Dasar tebar pesona..

 

Jantari membayar belajaannya sambil memanyunkan bibirnya. Si ibu penjual sayur masih tersenyum-senyum kegirangan. Dipa mengelus tengkuknya, salah tingkah. Jantari melirik malas.

 

CUT TO:

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar