Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Seribu Matahari Pagi
Suka
Favorit
Bagikan
24. ACT 3. Gelombang Memori (Hal. 147 - 150)

ACT 3

 

 

93  INT. LULU HOMESTAY. KAMAR DIPA DAN NUGROHO. NIGHT.

 

Dipa sedang berbaring di tempat tidur sembari memejamkan mata.

 

JANTARI (O.S)

Kamu tahu, dulu kita sudah pernah membahas ini ... tentang keluargaku ... permainan apa yang sedang kami mainkan ... kamu tahu, Dipa, apa yang sedang terjadi pada diriku di saat-saat seperti ini.

DISSOLVE TO:

 

94   EXT. JALANAN KAMPUNG MENUJU RUMAH JANTARI. NIGHT.

 

          TITLE:

 

                  2009

 

Jantari dan Dipa berjalan beriringan dengan gelak tawa. Mereka berhenti tepat di depan gerbang rumah Jantari ketika mendengar suara gaduh dari dalam rumah. Tanpa aba-aba, Jantari membuka gerbang dan lari dengan cepat ke dalam rumah. Dipa mengikutinya. Jantari berhenti di mulut ruang makan. Ayah dan ibu Jantari berdiri berhadapan. Ibu Jantari mengacungkan handphone sambil berlinangan airmata.

 

AYAH JANTARI

Kita sudah pernah membahas ini. Aku nggak tahu apa-apa soal sms apa pun.

 

IBU JANTARI

Aku lihat sendiri, mas. Kamu sudah kirim sms macem begitu, mas. Teganya kamu, mas. Kamu tega banget, mas. Nggak kasihan sama anak-anak kita? Udah gede-gede, tapi kelakuanmu masih kaya gitu.

 

Jantari dengan tangan terkepal berjalan melewati mereka dan membuka sebuah pintu yang kemudian diketahui pintu kamar Wantari. Wantari meringkuk ketakukan sambil menangis. Jantari dengan cepat meraih tangannya dan mengajaknya keluar. Mereka melewati dapur dan melewati Dipa. Mereka keluar dari rumah. Dipa yang bingung dengan tergesa mengikuti Jantari dan Wantari. SFX. Suara teriakan-teriakan ayah dan ibu Jantari.

 

CUT TO:

 

95        EXT. DEPAN TOSERBA NENEK. NIGHT.

 

Jantari, Dipa, dan Wantari duduk di bangku depan toserba nenek. Wantari sedang menikmati sebungkus es krim cone. Jantari terdiam menatap langit malam. Dipa sesekali melirik ke arahnya.

 

JANTARI

Apa?

 

Jantari menoleh ke arah Dipa.

 

JANTARI (CONT’D)

Dari tadi elo ngelirik-ngelirik mulu. Ada yang mau diomongin?

 

DIPA

Nggak (menelan ludah), ehm ... elo baik-baik aja?

 

Jantari mengangguk.

 

JANTARI

Gue minta maaf, ya. Elo harus ngeliat kejadian itu tadi. Gue lupa ini tadi weekend ya. Gue lupa kami semua bakal di rumah weekend ini.

 

DIPA

Sering terjadi ya?

 

Jantari mengangguk sambil tersenyum getir.

 

JANTARI

Kadang-kadang. Biasanya Wantari nggak ada. Tapi, kali ini kurang beruntung aja, ada Wantari.

 

Jantari mengelus rambut adiknya. Wantari menoleh.

 

WANTARI

Kakak, pacar kak Tari?

 

DIPA

Tari?

 

WANTARI

Iya. Gue manggil kak Jantari, kak Tari. Bukannya lebih bagus daripada kak Jan? Kaya manggil wajan ajaa.

 

Dipa tergelak. Jantari pura-pura mengetok kepala Wantari.

 

DIPA

Hahaha. Gue suka gaya lo. Kenalin gue Dipa. Temannya kak Jantari. (Berbisik) Sebenernya gue maunya dijadiin pacar. Tapi, kakak lo nggak mau.

 

Wantari terkikik.

 

WANTARI

Pilih-pilih amat elo, kak. Satu aja udah alhamdullillah, kan. Gitu ditolak?

 

Jantari merangkul kepala adiknya sebelum mengempitnya dengan keras. Wantari memukul-mukul tangan Jantari.

 

WANTARI

Aaa ... ampuuuun, kaaak ... huk ... huk ... nggak lagi-lagi deh ....

 

Dipa tergelak.

 

DIPA (V.O)

Pada saat itu aku yakin Jantari baik-baik saja. Tapi, sepertinya itu semua nampak hanya bualan belaka. Tidak ada orang yang baik-baik saja. Mereka semua hanya nampak baik-baik saja.

 

CUT BACK TO:

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar