Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
125. EXT. BAGIAN BELAKANG BANGUNAN-KAFE. NIGHT
Akbar berjalan dengan langkah gusar. Kepalanya menunduk merasakan ada yang hilang dari dirinya.
Insert: Pintu mobil sedan terbuka.
Akbar menatap ke arah Baron yang berada di samping mobilnya.
BARON
(Meyakinkan)
Akbar menganggukkan kepalanya.
Ia melangkah maju menuju pintu bagian kiri mobil.
Fx: suara pintu mobil menutup.
MATCH CUT TO:
126. INT. MOBIL. NIGHT
Insert: lengan Akbar memasangkan sabuk pengaman di tubuhnya.
Baron menurunkan tuas rem tangan mobil, membuat mobil itu perlahan maju.
BARON
Akbar menganggukkan kepalanya, mengiyakan.
BARON
Akbar Kembali membalasnya dengan sebuah gelengan kepala.
Insert: Akbar merubah posisinya, menyandarkan kepalanya di jendela dengan lengan yang di jadikan sebagai tumpuan.
Rasanya ia tidak pernah punya kesempatan untuk memakainya.
Hari yang di laluinya hari ini terasa begitu menyesakkan.
Permintaan kakeknya untuk meneruskan perusahaan, pertanyaan Indah tentang apa arti hidupnya? Belum lagi kejadian enam tahun lalu yang masih menghantui Akbar.
Semua pertanyaan itu terasa sangat menumpuk di kepala Akbar menimbulkan rasa sakit yang luar biasa di kepala bagian belakang nya.
Fx: Suara mesin mobil terhenti.
Akbar membuka matanya yang terpejam. Ia mengernyitkan dahinya, Menyadari tempat yang ia datangi saat ini.
Insert: dari balik kaca mobil terlihat sebuah danau di hadapannya.
Baron beranjak keluar, menuruni mobil.
Akbar memperhatikan nya lewat sudut matanya. Lengannya meraih sebotol air mineral lalu menegaknya.
DISSOLVE TO:
127. EXT. DANAU. NIGHT
Insert: Baron menyalakan lampu pijar meletakkannya di atas meja.
Beberapa detik selanjutnya Akbar duduk di salah satu bangku dekat meja.
AKBAR
Baron menghela nafasnya.
BARON
AKBAR
(Mencairkan suasana)
Baron menundukkan kepalanya. Selanjutnya terlihat lengan Baron yang merogoh saku bagian dalam jasnya.
Insert: Lengan Akbar menerima sebuah kotak yang di berikan Baron.
Pandangan Akbar beralih, ia menatap Baron dengan tatapan yang kebingungan.
Baron menganggukkan kepalanya, memberi isyarat agar Akbar segera membukanya.
Insert: Akbar mengenggam kotak itu dengan kedua lengannya.
Ia mengatur nafasnya, merasakan detak jantungnya yang berdetak secara acak
Dahi Akbar mengernyit, sembari memerhatikan isi dalam kotak.
Insert: Sebuah Headband terlihat melingkar, menutupi ponsel yang berada di dalamnya. Akbar mengeluarkan ponsel itu, sebuah gambar muncul di bagian paling bawah kotak.
Akbar kembali beralih menatap ke arah Baron dan gambar yang ada di lengannya.
Insert: sebuah foto Akbar dengan seorang pria se usianya saat masih di bangku SMA.
AKBAR
BARON
Hening, Akbar terdiam setelah sesuatu terasa menghantam ulu hati Akbar.
AKBAR
Pikiran Akbar kacau, ia benar-benar tak bisa berpikir jernih saat ini. Ingatan yang di miliki nya semakin berantakan dan semrawut.
Baron mengangguk mengiyakan, ucapan Akbar.
AKBAR (CONT'D)
Baron menghela nafasnya.
Ia tak percaya dengan hal yang di ucapkan Akbar. Apakah ia sudah benar-benar melupakan kejadian itu.
CUT TO:
128. INT. RUANG VIP NO.02- RS. DAY
Tujuh hari kemudian.
Insert: Selang infus yang tersambung di lengan Akbar. Ia masih bernafas dengan bantuan alat pernafasan.
Sejak perbincangannya dengan Baron malam itu Akbar kehilangan kesadarannya dan perlahan kondisinya menurun.
MONTAGE
129. INT.RUANG RAPAT-RS. DAY
Insert: sepasang kaki berjalan memasuki ruangan.
Fx: suara kursi yang berdecit.
Insert: semua orang yang berada di ruanagan berdiri. Menyapa kehadiran Shaki.
Pria tua itu berjalan dengan bantuan tongkat yang di pegang di lengan kanannya.
Meski begitu, kharismanya tidak berkurang.
Ia duduk di kursi pimpinan.
Di samping kanannya terlihat Dhea yang duduk berdampingan dengan Fita.
Sementara di sisi kirinya terlihat dokter ahli visum, ahli bagian dalam, juga seorang ahli rekam medis.
Di bagian podium terlihat Baron sudah berdiri siap memimpin berlangsungnya rapat kali ini.
Insert: jari telunjuk Baron menekan tombol on menyalakan speaker.
Selanjutnya ia memberi salam pembuka.
Fita menatap heran ke arah dhea. Tak mengerti dengan situasinya saat ini.
Ia tidak tahu kenapa harus berkumpul dengan orang-orang penting ini.
Baron berjalan menghampiri setiap meja dengan membagikan selembran-selembaran kertas.
Insert: isi lembaran kertas. Sebuah surat persetujuan agar semua tidak melakukan pembicaraan yang membahas tentang rapat kali ini di tempat lain.
Fita kembali menatap ke arah Dhea. Perempuan itu terlihat tengah menandatangi surat itu.
Pandangannya kembali beralih ke arah dokter-dokter atasannya yag berada di hadapannya. Mereka melakukan hal yang sama tanpa mengajukan sebuah pertanyaan apapun.
Lima menit kemudian.
Baron kembali mengumpulkan lembaran-lembaran kertas itu kemudian memasukkannya ke dalam amplop.
SHAKTI
Dhea beranjak dari tempatnya.
Ia berjalan menuju podium. Lengannya meraih remote kontrol proyektor.
Selanjutnya sebuah gambar terlihat.
Insert: gambar yang menunjukkan Akbar masih terbaring.
DHEA
Shakti membelalakkan matanya.
SHAKTI
(Memotong)
DHEA
Shakti mengalihkan pandangannya, menatap ke arah Fita.
Fita mengatur nafasnya, mencoba tenang untuk peratama kalinya ia berada di situasi seperti ini.
FITA POV
Dhea kembali duduk di kursinya, bergantian dengan fita yng terlihat berdiri di atas podium.
FITA (CONT'D)
Shakti menyimak, dengan pandangan yang begitu tajam.
FITA (CONT'D)
SHAKTI
(Memotong ucapan Fita)
Fita mengangguk, mengiyakan. Tubuhnya beralih menatap ke arah layar proyektor yang menampilkan riwayat pemeriksaan Akbar.
FITA
Fita menjelaskan dengan mencocokkan bukti rekam medis yang du milikinya.
Baron menghela nafasnya, dengan kepala yang menunduk.
BARON 0.S
AHLI REKAM MEDIS 1
Lengan ahli rekam medis mengusap layar ipad.
Insert: layar ipad menunjukkan hasil x ray tubuh bagian atas Akbar, terutama bagian lengannya yang terindikasi mengalami cedera.
Lengan Fita mengepal dengan kuat, ia tak bisa menutupi rasa gugup yang kini tengah mencengkeramnya.
FITA
Ibu jari Fita menekan remote control monitor memindahkan ke gambar lain.
Insert: layar proyektor menunjukkan hasil xray lengan Akbar setelah sebulan.
AHLI REKAM MEDIS 1
Ia mengatakannya, karena merasa waktu pemulihan yang Akbar dapat terbilang sangat singkat dari yang seharusnya.
Fita kembali mengangguk.
FITA
Sudut bibir Dhea tersenyum, ia merasa sangat bersyukur karena Indah merawat adiknya dengan sangat baik. Tidak hanya membawa check up secara berkala, Indah juga memerhatikan setiap detail hal kecil yang Akbar perlukan.
AHLI VISUM
FITA
Semuanya mengangguk setuju dengan apa yang di ucapkan Fita. Fita kembali duduk di kursinya.
Ahli visum berdiri, mengambil alih posisi Fita sebelumnya untuk mengatakan dari sudut pandangnya.
AHLI VISUM
Fita mengangguk, setuju. Begitupun dengan beberapa orang yang ikut hadir.
AHLI VISUM (CONT'D)
Insert : layar proyektor yang menunjukkan bagian tubuh Akbar.
AHLI VISUM (CONT'D)
Ia menjelaskan dengan menunjukkan hasil dari penyelidikannya yang di sertai gambar yang ia dapat dari rekam medis.
Dhea menghela nafasnya, enggan mendengar hal yang lebih banyak lagi.
Shakti ia tak banyak bereaksi.
AHLI VISUM (CONT'D)
Kedua bola matanya menatap le arah Shakti, menanyakannya secara langsung.
Fx : suara tongkat yang memukul ke lantai.
Shakti berdiri dengan bantuan, dari tongkatnya.
SHAKTI
Ia meninggalkan ruangan setelah mengucapkan tu kimat yang membuat suasana ruangan terasa mencekam.
CUT TO BLACK:
130. INT, KAMAR VIP NO O2-RS. NIGHT
Dhea berdiri di samping ranjang, Akbar ia masih belum sadarkan diri.
Fx : Suara monitor.
DHEA
(putus asa)
Dhea menundukkan kepalanya, hatinya terasa sakit membayangkan tindakan yang Dharma lakukan dan kenapa dia bisa melukainya dengan cara yang begitu kejam.
Ia juga tidak tahu, apa hal yang membuat adiknya itu tertidur begitu lama.
itu berarti pengobatannya di Australia berhasil. Tapi melupakan seseorang dalam waktu yang singkat rasanya itu tidak mungkin. Ini, yang berada di pikiran Baron saat ini. Melihat kondisinya saat ini membuat Baron kasihan dan juga marah.