Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ku Kisahkan Tentangmu pada Rembulan (SCRIPT)
Suka
Favorit
Bagikan
16. Rencana Di Pesta

SCENE

99. INT-Depan pintu ruang kerja bawah tanah-Siang

/fade in/

Jumiyati tampak mencoba membobol kunci menggunakan obeng. Namun tidak bisa-bisa.

 

Jumiyati:

 Sialan, dia menahan pintu ini.

 

NGATINI TAMPAK BERJALAN DI LORONG-LORONG. Membawa beberapa keranjang bahan makanan menuju dapur.

 

 

Ngatini:

 Madam Laurensia sedang apa?

 

Jumiyati kaget dan menjatuhken obengnya.

Jumiyati menatap Ngatini jengah,

 

Jumiyati:

 Barang saya ketinggalan di tas Sutanto.

 

Ngatini melirik Jumiyati.

Ngatini memberikan sebuah keranjang kecil kepada Jumiyati. Namun Jumiyati tak menerimanya.

 

Ngatini:

 Nanti saja, kalau ada Mas Sutanto. Sekarang jika Madam tak keberatan, bisa bantu kami menyiapkan makanan saja.

 

Jumiyati:

 Kalau boleh tahu, mereka itu sebenarnya kemana sih?

 

Ngatini mulai menatap curiga.

Ia menggeleng. Jumiyati tampak sedikit marah.

Ngatini memberikan keranjang itu pada Jumiyati, namun Jumiyati cuek dan pergi begitu saja.

Ngatini mengelus dada.

 

CUT TO:

100. EXT- Pesisir Pantai- Siang

/EST/

Sebuah pantai berpasir putih dengan ombak yang tenang. Tidak ramai pengunjung. Hanya beberapa. Tampak keempat orang itu berjalan beriringan mepet pantai. Mereka berjalan sambil berangkulan satu sama lain.

Mereka berjalan agak jauh

Hingga terlihat semacam tenda sirkus. Sebuah tulisan terpampang besar di atas pintu.

 PHOTO STUDIO

Itsuki menunjuk tenda sirkus itu.

 

Itsuki:

 Bagaimana kalau kita sekali-sekali berfoto.

 

Yang lainnya mengangguk dan berlarian kesana. Namun, tiba-tiba Karinah berdiri.

 

Karinah:

 Bagaimana bisa kita berfoto dengan pakaian tidak layak ini. Lihatlah, aku dan Mild menggunakan pakaian seperti laki-laki.

 

Sutanto dan Itsuki tertawa. Mereka melihat kedua teman wanitanya itu geli.

 

Sutanto:

 Di studio foto, kita bisa menyewa pakaian. Sudahlah menurut saja hahahah.

 

Karinah memasang wajah cemberut. Sementara Mild berekspresi datar. Mild berkali-kali memegang kepalanya, namun tidak ada yang melihatnya.

 

Mereka memasuki tenda sirkus itu

CUT TO:

101. INT- Dalam Studio Foto- Siang

 

Terlihat sebuah studio foto klasik. Terdapat Sebuah kamera berdiri, background berupa tirai berbagai motif, sebuah hanger pakaian.

Terlihat seorang bapak setengah baya sedang memotret pasangan pribumi. Latar belakang

coklat dengan polos. Di kanan dan kirinya vas bunga besar. Mereka berpose dengan satu pose yang sama berkali-kali, tanpa tersenyum.

SUTANTO TAMPAK BERBICARA PADA ORANG YANG MENJAGA HANGER STAND PAKAIAN.

Pria yang menjaga stand hanger memberikan satu stel pakaian untuk sutanto. Selanjutnya memberikan dua stel pakaian yang sama persis pada Mild dan Karinah.

 

KARINAH DAN MILD MEMASUKI RUANG GANTI SEBELAH KANAN DAN SUTANTO DI SEBELAH KIRI

Itsuki berjalan menuju meja tunggu. Menunggu sambil membaca buku.

Mereka keluar. Lalu duduk di meja tunggu itu.

Pasangan itu kemudian pergi, lalu mereka maju.

 

Pria yang menjaga stand hanger membawakan dua kursi plastic tanpa sandaran, kemudian Karinah dan Mild duduk.

 

Fotografer:

 Mereka anak muda yang semangat. Itu yang pojok kanan tolong diganti Gramaphone saja.

 

Mild tampak pusing, sesekali memegang kepalanya. Pandangan berputar-putar.

Potongan potongan memori ketika melihat foto itu di mobil muncul.

Itsuki yang ada di belakang Mild memegang pundak Mild, karena Mild terhuyung-huyung.

Semua tampak panik.

Namun sesaat kemudian pandangan tidak berputar putar lagi. Hanya Mild yang terlihat ngos-ngosan.

Fotografer tampak seperti bingung.

 

Pria yang menjaga stand hanger membawa sebuah gramophone klasik dan meja kecil. Ia meletakannya di sebelah kanan.

Fotografer memfoto dengan berbagai pose formal.

Mild terlihat agak kaku.

Fotografer menatap penasaran Mild.

 

SELESAI FOTO

Itsuki tampak bahagia, ia membayar sejumlah Yen kepada fotografer.

Karinah dan Mild masuk ruang ganti, Sutantopun masuk ruang ganti yang berbeda.

 

Mereka menunggu sejenak, lalu mendapatkan foto PERSIS SEPERTI FOTO YANG DI MOBIL MILD WAKTU ITU.

Mereka kemudian pulang. Tapi Mild masih terlihat memegangi kepalanya.

Mereka berjalan keluar dengan Mild yang ada di belakang

TALI SEPATU MILD LEPAS. Ia menalinya kembali, namun teman-temannya tampak takt ahu dan meninggalkan Mild, berjalan begitu saja.

FOTOGRAFER MENGHAMPIRI MILD, MENEPUK PUNDAK MILD. MILD YANG BELUM SELESAI MENGIKAT TALI SEPATUNYA LALU BERDIRI.

Fotografer:

 …Kamu dari jaman mana lagi, nak.

 

Mild:

(Kaget)

 Ba…Bagaimana Bapak tahu?

 

Fotografer:

 Itu tidak penting. Kemarin aku juga melihat pemuda tampan membawa sebuah alat panggil yang disentuh ke tempat ini.

 Aura kalian mirip dan…

 

Mild:

(Memegang kepalanya, mulai pusing)

 Dan apa pak? Dimana dia?

 

Fotografer:

 Kamu harus kembali ke jamanmu, nak. Jangan disini. Jika kamu disini, kamu hanya akan mengganggu keseimbangan.

 Dan mungkin pemuda itu akan menjemputmu kembali ke jamanmu.

 

Mild menunduk, memikirkan sesuatu.

 

Mild

(Mendongak)

 Tapi pak, bagaimana bisa…

 

Bapak itu menghilang

Mild tampak takut, beberapa kali menyentuh tengkuknya. Ia kemudian berlari keluar menghampiri teman-temannya yang sedang menunggunya jauh dari tempat itu.

/FADE OUT/

CUT TO:

102. INT-Ruang Rapat Prince Arthur-Sore

/FADE IN/

Sebuah Ruangan semacam ruang rapat, terdapat meja Panjang semacam meja makan. Beberapa kursi melingkari meja. Di bagian depan ada semacam papan tulis whiteboard. Sebuah lemari kecil di sebelah meja makan.

 

Terdapat gulung kertas di bagian atas papan tulisnya.

TERLIHAT KARINAH, MILD, ITSUKI, DAN 3 ORANG PRIA MUDA MEMASUKI RUANGAN.

PRIA PALING TERAKHIR MENGUNCI PINTU.

Mereka mulai menduduki kursi masing-masing. Tampak itsuki duduk di meja paling depan, mendekati papan tulis.

Setelah semua duduk, Itsuki berdiri lalu menarik sesuatu yang menggulung di bagian atas. Terlihat sebuah peta lokasi.

Ia menunjuk-nunjuk peta itu. Tampak menjelaskan sesuatu tapi tidak diperdengarkan…

 

Itsuki:

 Besok jam 19.00 mereka akan mengadakan pesta di tempat ini. Seperti yang saya jelaskan, kalian menyamar sebagai jongos. Dan Karinah, kau dan aku akan memasuki pesta itu. Karena nyatanya aku diundang dengan pasanganku.

 

Semua memandang Karinah dengan ekspresi masam

 

Itsuki:

 Sutanto dan yang lain. Kalian koordinasikan dengan tim internal. Pukul 20.30 ketika acara makan, kemungkinan mereka sedang mabuk-mabukan. Lah itu tim kamu, Sutanto datanglah. Serang mereka semua dari dekat.

 

Mereka mengangguk. Itsuki menunjuk sebuah Gedung pasar tradisional lantai dua.

 

Itsuki:

 Dan kalian Mild dan Karinah. Nanti ketika mendengar tembakan pertama, Karinah lari ke luar. Menuju Pasar itu.

 Bawa tas yang aku letakan di tong sampah kuning jalan menuju pasar.

 

Itsuki memandang Mild dari jauh

 

Itsuki:

 Mild, standby di pasar itu. Hafalkan wajah mereka, ketika ada mereka yang keluar, serang mereka. Jangan sampai salah.

 Aku akan menyusul kalian kesana.

(Memberikan tanda di titik tertentu)

 Tim lain. Kalian berjaga di titik ini.

 

Mild dan yang lain mengangguk.

Itsuki berjalan, memberikan beberapa lembar foto pada Mild.

Mild mengamati foto-foto itu.

Itsuki berjalan kembali ke posisinya.

 

 

Itsuki:

 Kalian mulai serangan itu ketika aku memakan makanan jenis ketiga.

 

Itsuki lalu menjelaskan sesuatu.

 

Itsuki:

 Bila terjadi sesuatu, kita yang selamat larilah ke area 2.

 

 

INTERCUT TO:

103. INT-Luar Ruang Rapat-Sore

Tampak Jumiyati sedang menempelkan telinganya di pintu.

Terdengar suara mereka yang berjalan mendekati pintu.

Jumiyati lari dan jepit rambutnya jatuh.

Jepit rambut hitam berbentuk kupu-kupu, berukuran besar dengan manik-manik.

Sutanto membuka pintu, semuanya keluar dan Mild yang terakhir keluar. Ia melihat jepit rambut hitam itu. Ia menganbil jepit rambut itu dan menghampiri Itsuki.

 

 

Mild menghampiri Itsuki, menepuk pundak dan menunjukkan jepit rambut hitam.

Itsuki berhenti dan mengamati jepit rambut itu.

 

Mild:

 Ada yang menguping kita.

 

Sutanto dan Karinah juga ikut berhenti.

 

Karinah:

 Mungkin saja tadi ada orang yang lewat. Udahlah, jangan berprasangka buruk.

 

Mild:

 Kalian terlalu lengah. Bagaimana kalau….

 by the way, yang punya jepit semacam ini hanya penyanyi.

 

Sutanto:

 Maksudmu diantara Karinah atau bibiku? 

 Jahat kamu, Mild.

 Karinah ada disini, berarti bibiku, begitu Mild?

 

Mild:

 Bukan maksudku begitu Mas, Mbak. Hanya….

 

Sutanto membuang muka lalu pergi begitu saja. Sementara Karinah memandang sinis Mild.

 

Karinah:

 Kami anggap kamu nggak pernah omong kaya gitu. Selesaikan urusan kita setelah misi kita berhasil.

 

Karinah pergi ke kamarnya.

 

Mild:

 Itsuki, kau percaya kecurigaanku?

 

Itsuki menggeleng pelan. Ia mendekati Mild, tersenyum.

 

Itsuki:

 Benar kata Karinah, jangan curiga berlebihan.

 

Mild melotot. Mendorong kecil Itsuki.

 

Mild:

(Berteriak)

 KALIAN TERNYATA LEBIH CEROBOH DARIPADA AKU!

 

MILD BERJALAN MASUK MENUJU KAMARNYA, IA MEMBANTING PINTU.

CUT TO:

 

104. INT- Restoran Prince Arthur-Night

/EST/

Tampak suasana sangat ramai. Para Jepang dan pribumi kaya tampak sebagian menari dan sebagian lagi duduk tenang sambil menikmati makanan dan minuman.

Karinah bernyanyi lagu jazz berbahasa Inggris.

Beberapa pasangan berdansa.

Para pria berkemeja dengan rompi terlihat teler di meja dengan kartu remi yang berserakan.

ITSUKI MENGETIK DI MEJA BUNDAR POJOK RUANGAN.

Hideki menghampiri Itsuki.

 

Hideki:

 Novel baru, tuan?

 

Itsuki tersenyum.

 

Itsuki:

 Yup. Kali ini aku membuat genre yang agak berbeda.

 

Hideki duduk dan menggeser posisinya mendekati Itsuki.

 

Hideki:

 Apakah kau puas hanya dengan menjadi novelis kisah cinta murahan ini.

 Tak maukah kau berhenti menulis ini dan sedikit menaikkan taraf hidupmu?

 

Hideki menunjukkan brosur yang berisi tawaran untuk menjadi

 

Itsuki:

(Menghentikan menulis)

 Apa maksudmu?

 Penulis yang tidak menulis itu layaknya zombie. Kau menyuruhku berhenti menulis, sama saja kau membunuhku perlahan.

 

Hideki:

 Sudah, lupakan.

 Dimana kekasih cantikmu itu, Itsuki?

 

Itsuki:

 Kabur.

 Dia sepertinya menemukan seorang yang lebih kaya dariku.

(beat)

 Jangan lagi kau tanyakan tentangnya.

 

CUT TO:

105. INT-RUANG RAPAT-NIGHT

/EST/

Terlihat Mild yang sedang terus mengetik dan terlihat seorang pria yang menggunakan pakaian dan penutup wajah hitam-hitam dengan tas besar.

MILD SELESAI DAN MENYERAHKAN KERTAS KERTAS ITU PADA PRIA ITU.

 

Mild:

 Mungkin ini propaganda terakhir sebelum penyerangan itu. Kau hati-hati dengan ini.

 

Pria itu mengangguk dan pergi melompati jendela.

ITSUKI DATANG, MENUTUP PINTU. BERDIRI DAN MENYEDEKAPKAN TANGAN, BERSANDAR DI PINTU.

 

Itsuki:

 Kerja bagus.

 

Mild menoleh, tersenyum dua detik lalu tidak tersenyum lagi. Ia membuang muka.

Terlihat Itsuki yang mulai jengah, ia mendekati Mild.

 

Itsuki:

 Kau gadis yang aneh.

 Berjanjilah padaku, kau akan pulang dengan selamat.

 Berjanjilah padaku, jangan sampai terluka di medan pertempuran.

 

Mild:

 Aku harap, setelah misi ini aku akan ke jamanku dan melempar Wirasti kesini.

 Capek aku harus kucing-kucingan gini.

 

 

Itsuki:

 Tenanglah, setelah ini aliansi kemerdekaan akan menguasai kantor itu dan Jepang tak akan berani ke wilayah ini lagi.

 Setelah ini kita akan membersihkan kota ini dari Nippon dan pengaruhnya.

 

Mild:

 Masalahnya…

 

Itsuki menyela ucapan Mild.

 

Itsuki:

 Berjanjilah, kau tak akan terluka sedikitpun.

 Maafkan aku karena melibatkanmu dalam masalah ini.

 

Itsuki berbalik, ia berjalan keluar ruangan.

Mild perlahan menitikkan airmata.

 

Mild:

 TUNGGU!

 

Itsuki berhenti, Ia berbalik.

Mild memeluk Itsuki.

 

Mild:

 Terimakasih.

 Terimakasih karena telah mengajarkan arti cinta di kondisi ini.

 Jangan terluka sedikitpun, aku akan lebih terluka jika kau terluka.

 Panjang umurlah, Itsuki.

 

Itsuki mengangguk.

Itsuki sedikit berusaha melepaskan pelukan Mild, namun Mild memeluknya semakin erat.

Itsuki mengelus punggung Mild yang menangis.

/fade out/

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar