Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
ACT 2
1942-Djokja
Terlihat suasana berubah. Bis yang tadi bis kelas bisnis yang ber AC yang diiringi lagu koplo, kini berubag suasana menjadi bis uap tahun 1940-an. Melaju di jalanan beraspal yang masih kasar. Di antaranya adalah gerobak, delman kuda, dan mobil. Terdengar sebuah suara radio dengan Bahasa Jepang sebagai backsound lalu diiringi lagu semacam keroncong di tahun itu.
Terlihat bis berhenti di sebuah pasar tradisional. Dua orang ibu ber berkebaya dengan rambut yang dikepang turun dari bis.
Kita melihat suasana sekitar pasar. Beberapa orang berlalu-lalang. Lalu lintas tampak padat tanpa aturan. Mobil yang melaju dari arah utara dan beberapa dokar dan becak yang melaju dari arah selatan bertemu saja, ruwet.
Beberapa pedagang kaki lima dengan tampah menjajakan klepon dan jajanan pasar lainnya. Di sekitarnya juga ada yang berjualan kebaya dan baju semacam tunik. Pakaian digantung saja di semacam jemuran. Para pembeli tampak berebutan membeli pakaian.
Para lelaki berseragam tantara berkulit kuning pucat dan mermata sipit tampak lalu Lalang sambil membawa senapan.
Seorang paruh baya menaiki bus. Menggunakan jarik, selendang, dan kebaya putih. Membawa kendi dawet. Ia menyeka peluhnya demgan jarik.
SCENE
48. INT-BIS TUNJUNG UTAMI NO 97603 - 1942-DAY
Ibu dengan kebaya putih tadi duduk disamping Mild.
Ibu tampak bingung. Beberapa kali melihat Mild yang sedang tertidur. Ia melirik laptop di pangkuan dan mini backpack warna pastel di sampingnya.
Mild terlihat berkeringat.
Ia bangun.
Mild melihat suasana sekitar, suasana menjadi berputar-putar.
Ia melihat wanita disampingnya. Dan keadaan bis.
Lalu melihat sekitarnya lagi.
Mild menengok jendela. Terlihat para pria sipit berpakaian tentara mengejar seorang dengan pakaian hitam-hitam yang membawa sebuah kotak.
Terlihat wanita ber dress polkadot tanpa lengan mengapit pria berstelan jas dengan topi fedora.
Tampak juga wanita berkimono. Serta wanita menggunakan terusan midi bunga-bunga, bersabuk dan bertopi anyaman. Semua orang disana rata-rata berpakaian seperti itu.
Dokar dengan kelambu lewat, serta becak dengan penutup di depannya. Dikayuh oleh seorang paruh baya berkain lurik yang mengusap keringatnya dengan handuk putih. Juga pria kurus bertelanjang dada dan kaki memanggul dua kerombong berisi pisang.
Ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Terlihat frustasi lalu berteriak.
Penumpang lain menoleh. Mereka menatap aneh Mild.
Mild:
Buk, saya di Jogja kan? Oh my God, kenapa jadi seperti ini? Aku nggak mimpi kan?
Ibu diam saja. Terlihat bingung
Mild melihat arlojinya yang tidak berfungsi. Ia juga menyalakan laptopnya, namun mati. Ia merogoh ponselnya yang juga mati.
Seluruh penumpang melihat Mild aneh.
Ibu berkebaya putih:
Wok, njenengan dari mana? Kami belum pernah melihat njenengan di sekitar sini. Pakaian dan alat-alatmu juga aneh. Belum pernah kami melihat orang dengan pakaian seperti itu.
Mild menepuk-nepuk pipinya sendiri dan mencubit pahanya.
Ia menengok koran yang dibaca oleh pria bermata sipit di depannya.
Zoom kamera di tanggal: 5 Mei 1942.
Terlihat Pandangan masih berputar-putar.
Mild berteriak
Para penumpang menengok, dan sebagian menghampirinya.
Pria bermata sipit tinggi besar berseragam tantara menyibak kerumunan, menodongkan senjatanya ke arah kepala Mild berbicara terbata-bata menggunakan Bahasa Jawa.
Pria bersenjata:
Ngaku! Kowe pribumi antek-antek Sekutu kan? Spione Londo kan, ngakuo?
Mild tampak semakin bingung
Ia berteriak lagi.
Mild:
Ngomong opo kowe hah? Jaman apa ini? Kenapa aku disini?
Please got it away. I am not where I supposed be.
Listen, aku bukan spion seperti apa yang you katakan, Bastard!
Voice Over Mild:
Ini apalagi, sekutu, Londo, pribumi. WHAT?
Pria itu menembakkan senjatanya ke langit-langit bis.
Seisi bis berteriak. Mild menendang pria bersenjata. Ia berlari turun dari bis yang berjalan lambat sambil membawa mini backpack.
Mild terjatuh.
Pria bersenjata mengetuk-ngetukkan senapan di lantai bis. Bis berhenti.
CUT TO:
49. EXT-JALANAN KOTA DJOKJA-1942-SIANG
Mild berlari.
Tiga orang bersenjata lainnya mengejar Mild.
Mild menabrak penjual dawet sampai kendinya jatuh dan dawet berserakan. Ia terus berlari.
Beberapa kali pria bersenjata menembakkan senjatanya kea rah kaki Mild.
Tembakan ke tiga, mengenai kaki Mild. Mild tetap berjalan terseok-seok.
Mild terjatuh di depan toko perabotan rumah Djantoeng Hati
Mild menengok toko itu.
Terdengar suara ibu-ibu yang ditemuinya di Djantoeng hati tahun 2020:
Voice Over Ibu-ibu:
Kau yang mengetik ini, Mahira. Kau tidak akan bisa bertemu dengan wanita itu karena dia adalah dirimu. Namun kau akan mengunjungi kampungnya untuk sementara waktu.
Kau akan merasakan sakit seperti apa yang ia derita.
para pria bersenjata terlihat tetap menngejar dari jauh.
Mild mencoba berdiri, namun tak bisa.
SEORANG PRIA BERMATA SIPIT DENGAN KEMEJA PUTIH POLOS DAN ROMPI MENARIK TANGAN MILD.
Ia merangkul Mild dan menuntunnya untuk berlari. Mereka terus berlari dan bersembunyi di gang antara dua toko.
Tampak pria itu memojokkan Mild di tembok dan memeluknya erat. Ia melepaskan topi baretnya dan memasangkannya pada Mild.
Pria bersenjata menghampiri mereka.
Pria bersenjata:
Tuan Itsuki, apakah kau melihat wanita dengan pakaian aneh disekitar sini?
ITSUKI mengepulkan cerutunya. Tidak melepaskan pelukannya.
Itsuki membenamkan wajah Mild pada dadanya, sehingga wajah Mild tak terlihat.
Itsuki:
Setan. Kau menggangguku yang sedang bercinta.
Pria bersenjata melihat ke arah flatshoes dan ujung celana jeans Mild yang berdarah.
Itsuki menggeram dan melotot pada pria itu. Pria itu pergi.
Mild mendorong Itsuki. Ia jatuh mengenai kotak sampah.
Itsuki terjerembab.
Mild menjambak rambut Itsuki dari atas, dan Itsuki mendongak keatas.
Mild:
Ryu?
Itsuki terlihat bingung.
Mild menggelengkan kepala. Lalu ia menonjok Itsuki.
Itsuki tidak melawan. Terlihat pasrah saja.
Itsuki:
Nona, justru aku yang menyelamatkanmu dari para pria itu.
Mild menonjok Itsuki ketika selesai bicara.
Mild:
Mereka memanggilmu Tuan.
Kau pasti bagian dari mereka.
Selamanya aku tidak akan percaya padamu, penjajah.
Itsuki kini mengelak serangan dari Mild.
Mild tampak semakin lemas. Terlihat celana jeans dan sepatu putih Mild yang menjadi merah.
Mild berusaha berlari meninggalkan tempat itu. Itsuki menggenggam pergelangan tangan Mild.
Itsuki:
Nona, biarkan kami mengobatimu. Selepas itu kau boleh pergi.
Mild:
Nggak. Aku nggak mau terjebak di tempat bajingan seperti kalian.
Mild melepaskan genggaman tangan Itsuki dengan kasar. Mild berlari tunggang langgang. Itsuki diam sejenak, menghela nafas.
Terdengar suara tembakan berderu dari lantai tiga sebuah motel.
Itsuki:
Nona!
Itsuki berlari keluar gang tersebut.
Pandangannya ke arah lantai dua motel itu. Terlihat moncong senjata menojol dari jendela.
Menyembul dari gorden wajah seorang pria yang menggunakan pakaian hitam dan penutup wajah. Pria itu menembakkan senjatanya secara acak.
Terlihat para warga yang berhamburan. Saling menjatuhkan dagangannya. Ada yang tiarap, ada pula yang lari-lari hingga bertubrukan.
Teriakan menggema.
Kita lihat pula penjarahan yang terjadi di pasar. Para wanita yang memberikan sejumlah uang pada laki-laki berpakaian hitam dengan menggunakan penutup wajah.
Itsuki berlari lari, menyibak kerumunan.
Pandangannya berputar-putar.
Itsuki menoleh kesana-kemari. Dan akhirnya ia menemukan Mild.
Tampak Mild yang berjongkok di pelataran bengkel sepeda.
Ia menutup telinganya dengan tangan, sambil menangis.
Itsuki berlari menghampiri Mild, namun sebelum Itsuki datang, Mild langsung pingsan.
Itsuki menggoyang-goyangkan tubuh Mild. Ia tampak memeriksa nadi Mild di tangannya.
Itsuki:
Nona, bertahanlah.
Itsuki menggendong Mild. Tampak ledakan yang besar dari arah belakangnya.
/gelap-hanya kobaran api dan asap yang mengepul/
Itsuki keluar dengan menggendong Mild. Wajah Itsuki cemong, kacamatanya terlihat buram. Mild batuk-batuk dalam gendongan Itsuki. Itsuki berlari sambil menggendong Mild.
Ia berhenti di sebuah kedai bernama Prince Arthur.
Itsuki dan Mild jatuh tersungkur di depan kedai. Dua orang pemuda dan satu orang berpakaian dokter menghampiri mereka.
CUT TO: