Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
[SEG 2]:
SCENE
59. EXT-PASAR TRADISIONAL-PAGI
Tampak Mild dan Karinah berjalan dengan membawa tas anyaman. Mereka sama-sama membawa payung polkadot.
Pasar terlihat ramai.
Tampak beberapa pedagang kakilima menggelar dagangannya dengan tampah atau kendil.
Para wanita berpakaian kebaya menjual dagangannya keliling pasar. Menggendong kendil dengan jarik.
Tampak pula anak-anak yang berlarian. Beberapa becak dan delman tampak mangkal.
Mild mampir membeli beberapa jajanan sambil terus mengobrol dengan Karinah.
Mild:
Mbak, aku penasaran mengapa Jepang-Rusia kaya seperti Itsuki mau tinggal disini dan repot-repot membuat propaganda tandingan, terus bikin donasi buat aliansi kemerdekaan juga.
Karinah menghela nafasnya.
Karinah:
Ibunya adalah tawanan perang Nippon-Soviet. Itsuki dilahirkan sebagai anak illegal,di barak tawanan perang.
Pria itu banyak bercerita tentang keadaan para tawanan perang. Serta ibunya yang diperintahkan untuk kerja kasar .
Hingga saat umur delapan tahun, ibunya meninggal. Ia tetap tinggal di barak tawanan perang karena ayahnya tak mengakuinya.
Umur delapan belas, ia tampak sangat berprestasi. Ayahnya mengakuinya dan memberi nama belakang pada Itsuki. Namun, ia tak mau ikut ayahnya. Ia ikut dengan pamannya, Sho Yamaguchi yang seorang penyair dan juga pejuang kemerdekaan. Sampailah ia disini.
Mild mengangguk-angguk mengerti.
Mild:
Lalu mengapa kalian berdua ada disini?
Mata karinah tampak menerawang.
Karinah:
Semua yang kau dengar dari Hirai benar. Aku memang istri kedua letnan Wiliem Van de Korput.
Tapi aku mencintainya.
(BEAT)
Dua tahun setelah pernikahanku, Nippon datang dan mengeksekusi suamiku dan istri pertamanya.
Pada saat itu, aku terusir dari rumahku sendiri, keluargaku pun tak ada yang mau menerimaku, beruntunglah aku bertemu Itsuki.
Karinah meneteskan airmata.
Karinah:
Dan Sutanto adalah anak dari satu-satunya penjual obat-obatan di wilayah ini.
Ia juga terusir setelah orangtuanya dieksekusi. Beruntunglah kami bertemu Tsuki.
Mild mengangguk takzim. Setelah itu ia mampir di lapak bubuk teh hijau atau matcha.
Mild:
Mbak, seperempat kilo ya?
Penjual menatap Mild sejenak.
Penjual matcha membungkuskannya dalam kendi tanah liat kecil
Mild memberikan selembar uang pada penjual.
Mereka pergi.
Mereka berjalan. Kadang-kadang berhenti di lapak sayur. Membeli sayur.
Karinah berbisik pada Mild
Karinah:
Memang Nippon terlihat sangat baik. Di Jaman Belanda tak pernah ada pasar selengkap dan semurah ini.
Jika tak ada peristiwa suamiku itu, aku mungkin percaya dengan Nippon.
Mild mengangguk.
Mild:
Di masa depan, tertulis ini hanya akan terjadi sampai akhir November.
Beberapa pria dengan beskap dan blangkon terlihat membagikan selebaran pada pengunjung pasar.
Ia memberikannya pada Mild dan Karinah.
Mild membaca selebaran yang diterimanya.
Mild melotot.
Mild:
Mbak, apa memang disini korannya semacam ini?
Pria berblangkon menoleh.
Karinah mengangguk. Meletakkan jarinya di depan mulut. Ia menunduk menyapa pria berblangkon itu.
Poster itu berisi tentang ajakan untuk mengikuti pelatihan militer bersama Nippon untuk yang berusia muda. Sementara untuk yang berusia tua disarankan untuk ikut ‘menyelamatkan negara’ dengan menanam tumbuh-tumbuhan untuk memasok kebutuhan para serdadu. Serta ajakan Romusha untuk perkembangan negara.
Pria itu pergi, membagikan selebaran kepada yang lain.
Mild dan Karinah berhenti di penjual klepon.
Karinah:
Keleponnya empat bungkus, ya Mbok?
Penjual klepon membungkuskan mereka empat bungkus klepon hijau. Ia memarutkan kelapa.
Terdengar omongan dari pembeli dan tukang becak yang sedang ngopi di salah satu lapak kaki lima.
Pembeli Kopi #1:
Saudara kita itu memang baik. Sebelum Nippon datang, kita tidak bisa menikmati kopi ini. Kopi sangat mahal di tangan para Londo edan itu.
Tukang becak menyeka keringat dengan handuk. Mengipas-ngipaskan kertas propaganda.
Tukang Becak:
Kayane aku melu Romusha wae lah. Sopo ngerti iso tuku sawah wetan deso kae kan, kang.
Pembeli Kopi #1:
Wah emang saudara kita sangat baik kok. Ya kita harusnya bisa balas budi setelah mereka memberi sandang dan pangan untuk pribumi seperti kita.
Tukang Becak:
Kae anakku si Sutini sing kembang desa. Arep tak daftarke sekolah keperibadian ning kutho supoyo dirabi wong ningrat utowo taipan. Itung-itung ngunggah-unggahi wong tuwo. Yo kan kang?
Pembeli kopi #1 Mengangguk mantap
Penjual klepon memberikan mereka besek kecil yang isinya empat klepon yang dibungkus dengan daun pisang.
Mild dan Karinah dipersilahkan mengicipi klepon itu. Mereka menyicipi klepon itu.
Mild menjatuhkan kleponnya setelah mendengar pernyataan kedua orang itu.
Mild menghampiri kedua orang itu.
Mild:
Bapak udah gila ya? Kopi yang bapak minum itu nggak sampai bulan Desember bakalan ilang dari pasaran. Satu lagi pak, mereka itu pembohong. Jangan percaya sama mereka!
Bapak mau bikin penjara di Thailand dan Myanmar? Bapak ridho disiksa, bahkan dikubur tumpuk-tumpuk disana?
Bapak mau ke Thailand naik truk?
Asal bapak tahu aja ya, mereka nggak akan bayar bapak sepeserpun. Pendam impian bapak buat beli sawah.
Kedua bapak itu menoleh pada Mild. Tampak tidak mengerti apa yang dia ucapkan.
Mild:
Satu lagi pak, jangan buat anak njenengan menderita karena kebodohan njenengan! Itu sama saja menjual anak bapak buat dijadikan budak!
Tukang becak berdiri menampar Mild hingga topinya terjatuh. Seluruh pengunjung pasar melihatnya.
Karinah berlari menghampiri Mild.
Tukang becak nengok ke arah Karinah.
Tukang becak:
Apa? Menjual? Bukannya kalian juga dijual. Sudah tersebar disini kalau kau adalah simpanan si Soviet buaya darat itu. Dan temanmu ini adalah mantan nyai letnan Londo.
Karinah menarik Mild menjauhi pasar.
Karinah menunduk lalu pergi.
Di sebuah mobil, terlihat Abimanyu sedang mengamati keadaan.
Abimanyu:
Siapa wanita itu? Dia terlihat tidak seperti orang di jaman ini.
Dulu Aku pikir dia bohong soal asal-usulnya.
Abimanyu menjalankan mobilnya
CUT TO:
60. INT-RUANG KANTOR BAWAH TANAH PRINCE ARTHUR-PAGI
Tampak Sutanto yang sedang membaca koran. Itsuki sedang mengetik.
Sutanto tampak kaget.
Sutanto:
Mereka mulai melancarkan propagandanya. Sedangkan kita belum mempersiapkan apa-apa.
Sebuah teater seni sudah akan diadakan di balai desa.
Lagu-lagu sudah diciptakan. Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi menyaingi kualitas lagu mereka.
Itsuki menoleh.
Itsuki:
Jangan menyerah.
Itsuki berbalik lalu kembali mengetik.
Itsuki:
Aku telah menyelesaikan ini. Kau jangan khawatir.
Aku juga akan memanfaatkan wanita itu. Dia terlihat sangat cerdas.
Sutanto jalan menuju tempat Itsuki. Menepuk pundak Itsuki jahil.
Sutanto:
Dan terlalu cantik untuk berada di jaman ini. Jangan-jangan kau telah jatuh hati padanya.
Aku tahu kau menciumnya dan diapun begitu.
Itsuki berhenti mengetik. Tersenyum malu. Pipinya tampak merah. Salah tingkah.
Itsuki:
Aku tak akan jatuh cinta sebelum berhasil dengan negara ini.
KARINAH MENENDANG PINTU RUANG KERJA MEREKA. TERDENGAR SUARA PINTU YANG DITENDANG.
Terlihatlah Karinah menyeret Mild dan mendorongnya ke kursi dimana Itsuki duduk.
Itsuki berdiri, tak sengaja menangkap Mild.
Karinah:
Sebodoh inikah perempuan yang kau pungut, Itsuki?
Dia hampir membuka identitas kita. Dia juga membuat keributan di pasar dengan ramalannya dari masa depan itu.
Mild menghampiri Karinah. Mendorongnya balik.
Mild:
Dengar ya nenek-nenek 105 tahun. Aku hanya mengatakan apa yang sebenarnya.
Memang kan tukang becak itu bodoh, mau saja tertipu dengan Nippon yang menjanjikan kemerdekaan.
Dia juga mau menjual anaknya buat jadi wanita penghibur Nippon. Apa harus diam saja aku?
Karinah mencengkram tangan kanan Mild. Sementara tangan kiri Mild menjambak rambut Karinah. Mereka jambak-jambakan. Begitulah seterusnya hingga Sutanto dan Itsuki melerai mereka.
Mild:
Bagian mana aku membuka identitas kalian?
Apakah aku mengatakan bahwa kalian bagian dari aliansi kemerdekaan?
Karinah:
Orang biasa tak akan mengetahui muslihat mereka. DAN SI BODOH YANG GENIT INI MEMBUKA SEMUANYA TERANG-TERANGAN. BAGAIMANA MEREKA TAK SEMAKIN MENCURIGAI KITA?
Karinah melihat jas Itsuki yang tergantung. Ia mengambil pistol dan menodongkannya ke Mild. Ia menarik pelatuk pistol
Mild berlutut, mengangkat kedua tangannya. Mild menangis.
Mild:
Maafkan aku, aku terbawa emosi.
Itsuki memegang tangan Karinah yang membawa pistol dari belakang, mengambil pistol itu. Karinah menjatuhkan pistol.
Itsuki:
Kau juga tak boleh sembarangan dengan pistol ini, Raden
Itsuki mengelus pucuk rambut Karinah. Karinah menampik tangan Itsuki.
Mild melirik sinis Itsuki, ia memalinhkan muka setelah Itsuki menoleh.
Voice Over Mild:
Memang benar kata tukang becak itu. Lelaki ini buaya darat.
Itsuki menghampiri Mild. Ia memberikan tangan pada Mild, membimbing Mild untuk berdiri. Ia menghapus airmata Mild.
Itsuki memeluk Mild. Membisikkan sesuatu ke telinga Mild sambil memeluknya.
Itsuki:
Jangan lupa dengan laporan keuangan dan presentasinya di depan Hirai dan anteknya.
Dan kau harus tahu, I remember the way we kissed.
Sutanto dan Karinah saling berpandangan.
Mild menampar Itsuki keras. Mild mengusap kasar pipinya.
Mild:
DASAR KAKEK-KAKEK MESUM!
IYA, AKU AKAN SEGERA MENYELESAIKANNYA!
Karinah dan Sutanto tertawa.
Itsuki tersenyum.
Itsuki:
Nah kau akan semakin cantik bila tersenyum, raden.
Mild dan Karinah melayangkan tinju secara bersamaan.
Itsuki:
Tapi jika kau melakukannya lagi. Jangan berharap kita mengampunimu, Mild.
Mild metenteng.
Mild:
Berani kau mengancamku? Ingat nggak, tanpa aku kalian akan mati kutu di depan Hirai.
(menunjuk Itsuki)
Heh, kamu lupa kalau kemarin kamu minta aku aku akan membuatkan propaganda tandingan untuk kalian?
Kamu lebih membutuhkan aku daripada aku membutuhkanmu.
Itsuki tertawa. Ia mendorong kecil Mild, namun menangkapnya lagi.
Itsuki:
Tunggu saja tanggal mainnya, rokok. Tunggu saja kaulah yang akan membutuhkanmu.
Tapi yakinlah, kau akan sangat bahagia memamerkanmu pada dunia jika kau dimilikku.
Itsuki mengelus lembut pipi Mild. Karinah maju sedikit, ekspresinya seperti hendak menghajar Itsuki.
Sutanto memegang tangan Karinah, mencegahnya agar tidak menyerang Itsuki.
Mild menampar Itsuki lagi.
Mild keluar dari ruang kerja mereka.
Disusul oleh Karinah.
Itsuki meneruskan aktivitas mengetiknya. Sutanto tampak menuliskan sesuatu di kertas.
CUT TO:
61. INT-SEBUAH RUANGAN-SIANG
Ruangan yang sama dengan ruangan di scene saat Mild pingsan.
Terlihat Karinah sedang tiduran sambil membaca buku. Sementara Mild sedang berada di depan mesin ketik, disampingnya ada tumpukan kertas dan kalkulator.
Tampak piringan hitam berputar.
Terdengar lagu jazz barat mengiringi mereka.
Karinah:
Aku lihat kau semakin membingungkan.
Akan kau apakan laporan itu, dan bubuk teh hijau itu? Untuk apa?
Kau membeli banyak bahan makanan aneh, apa kau mau meracuni kami?
Mild menyeringai tanpa menoleh.
Tapi ia lalu menoleh, meletakkan telunjuknya di depan bibir.
Mild:
Ssssst… Aku hanya ingin menyelesaikan ‘tugasku’ disini dan segera pulang.
Ia terus mengetik
CUT TO