Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ku Kisahkan Tentangmu pada Rembulan (SCRIPT)
Suka
Favorit
Bagikan
12. Jirakith

SCENE

73. INT-RUANG KANTOR BAWAH TANAH PRINCE ARTHUR-DAY

TAMPAK ITSUKI, MILD, DAN KARINAH DUDUK BERDAMPINGAN DI DEPAN MESIN KETIK MASING-MASING.

Sutanto yang terlihat menghadap radio. Tampak merekam suaranya.

Kertas dari Itsuki tampak disalurkan ke Mild, lalu disalin oleh Karinah.

Dari Karinah kemudian di narasikan oleh Sutanto dengan.

Sutanto berbicara Bahasa Melayu dengan Logat Thailand.

 

Sutanto:

 Selamat sore, Jirakith-khap.

Saya akan mengabarkan pada bapak-bapak, ibu-ibu sekalian perihal Nippon.

 Pertama adalah mengapa saudara kita itu repot-repot datang ke negara kita tercinta ini.

 Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, …

(beat)(Pre memory)

 Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya.

 Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatra sebagai sumber minyak utama…

 

Sutanto meneruskan narasinya tanpa diperdengarkan

 

 

Sutanto:

 Lain babak, saya akan bacakan kisah nyata sepasang kekasih di Kerajaan Siam nan jauh dimata.

 Bapak-bapak, ibu-ibu sekalian dapat membacanya di Remboelan edisi pertama dan kedua.

 Saya Jirakith. Sawadeekhap.

 

Sutanto mencabut piringan hitamya dari gamaphone, memasukkannya ke tas kerjanya.

Ia terlihat memasang jubah hitam, menggunakan topi fedora hitam dan menggunakan penutup wajah. Ia pergi.

 

Sutanto:

 Aku duluan ke stasiun radio. Kalian hati-hati.

 

Itsuki telah selesai dengan bagiannya. Ia terlihat mengolet.

Ia mengambil jaket hitam di gantungan. Memakainya.

 

Mild dan Karinah terlihat selesai dengan bagiannya. Ia memasukkan kertas-kertas.

Terlihat foto-foto yang dijepret Mild ditempel di bagian kertas itu.

 

Kita melihat jam saku Mild. Pukul 01.05.

 

Mereka berdua mengambil jaket Panjang hitam, memasang penutup wajah.

Mild dan karinah menggulung rambutnya asal. Ia menggunakan topi fiddler hitam.

Mereka keluar.

 

CUT TO:

74. EXT-JALANAN KOTA DJOKJA-NIGHT.

Tiga orang berpakaian hitam-hitam terlihat menyelipkan amplop coklat di pintu rumah-rumah dan toko-toko.

Mereka berpencar.

Terlihat pula seorang menyusul.

Ia mengambil tas di salah satu temannya.

Terlihat sepeda onthel pengantar koran.

Ia menyelipkannya dalam koran-koran.

Mereka tampak telah selesai dengan misinya. Berkumpul di sebuah gang diantara dua toko.

Salah seorang terlihat mengintruksikan dan yang lain mengangguk.

 

Seorang tentara Jepang terlihat berpatroli di sekitar toko. Mereka kucing-kucingan.

Bersembunyi.

Mencoba menghindari orang yang berpatroli tersebut.

Namun orang yang diketahui adalah Mild tidak sengaja menjatuhkan lampu teplok, dan kakinya terkena pecahan kaca dan api, hampir terkena luka bakar. Ketiga temannya berlari.

Pria Jepang menghampiri sumber suara.

Mild tampak panik. Ia celingak-celinguk. Memaksakan lari.

 

Pria Jepang:

 Hei, jangan lari!

 

Mild berlari dengan menyeret kakinya. Tampak tangannya memegang kaki kanannya.

Tidak sengaja kertas di tas Mild jatuh.

Mild terus berlari. Mild jatuh tak jauh dari posisi kertas itu. Ia ngesot sampai trotoar emperan toko, kemudian tak bisa bergerak.

 

Pria Jepang menemukan kertas itu. Membolak-balik.

Tampak foto di peternakan sapi.

Pria jepang tampak marah, meremas kertas.

 

Voice Over Pria Jepang:

 Dia orang yang sama dengan orang yang menyelinap di Jawa Tengah tempo hari.

 

Pria Jepang itu mengarahkan senter ke segala arah. Senternya menyorot kearah orang yang duduk denggan selonjor satu kaki di emperan toko.

INTERCUT

 

Wajah Mild tampak sangat panik. Ia berusaha menyeret kakinya, namun tidak bisa.

Pria Jepang semakin mendekat dengan menyorotkan lampu senternya.

 

Itsuki menghampiri Mild. Memapahnya.

Pria Jepang menggeram.

Menembakkan peluru, kena lengan Itsuki.

Kita lihat kejar-kejaran antara mereka.

Pria Jepang tertinggal jauh.

Itsuki membantu Mild memanjat pagar, ia lalu juga memanjat pagar

Mereka berlari dengan terpincang-pincang sampai ke kedai Prince Arthur.

CUT TO:

75. INT-KANTOR CABANG SENDENBU-PAGI

TAMPAK HIRAI, HIDEKI, DAN BEBERAPA ORANG LAINNYA SEDANG BERADA DI MEJA.

Membawa selembar kertas dan foto yang ditemukan malam itu.

Hideki memegang kepalanya.

Hirai tampak tegang, beberapa kali mematikan rokoknya paksa dengan membenamkan ke asbak.

 

Hirai:

 Bagaimana kalian bisa kecolongan hah? Dan kamu Hideki, semakin kaya kamu semakin goblok

 

Hideki menunduk.

 

Hirai:

 Bagaimana bisa ada orang dari Siam menyusup ke peternakan sapimu? Jelaskan!

 

Hideki masih menunduk.

Hirai memukul meja dengan rotan.

 

Hideki:

 Para pegawaiku mengatakan bahwa ada seorang wanita memfoto peternakan kami.

 Mohon maaf saya tidak mengatakannya langsung pada Anda.

 

Hirai memukulkan rotan ke kepala Hideki.

Hideki hanya diam saja.

 

Hirai:

 Wanita? Siapa saja wanita yang berkunjung ke peternakanmu?

 

Hideki:

 Nona Ayase, Nyonya Sho, Nyonya Mahiro, Nyonya Akasuki, dan anak kecil dari Joseon.

 

Semua peserta rapat menahan emosi.

 

Hirai:

 Bagaimana bisa? Apakah kau membebaskan Jugun Ianfu dari Joseon?

 

Hideki:

 Em, em. Dia yang bersama Itsuki. Aku tak ingat dengan nama dan wajahnya.

 

Hirai:

 APA? SUN KYU? TIDAK MUNGKIN! KAU JANGAN MEMBODOHIKU!

 

Hirai memukul kepala Hideki dengan rotan lagi.

Abimanyu datang, menyangking sepasang sepatu merah.

 

Abimanyu:

 Aku menemukan sepatu ini di sawah tempo hari. Ia berbicara dengan seorang romusha.

 Aku berasumsi dia wanita yang tinggal dengan Itsuki itu.

 

Hirai mengambil sepatu itu, mengamatinya.

 

Hirai:

 Sepatu ini terlalu besar untuk kaki perempuan Nippon dan pribumi.

 Tetapi, mungkin saja.

 Kekasih Itsuki memiliki tinggi badan sejajar pria Nippon.

 

Hideki:

 Tidak mungkin wanita cengeng seperti itu berani membuat tulisan sekasar ini. Ini jelas sekali tulisan pria.

 

Hirai:

 JANGAN BODOH, HIDEKI!

(Kepada Abimanyu)  Apa yang kau ketahui tentang dia, Abimanyu.

 

Abimanyu:

 Dia gila. Dia mengaku datang dari masa depan, dia juga menggunakan pakaian aneh saat ditemukan.

 Tidak ada angin, tidak ada hujan. Wanita itu dapat menjelaskan pembukuan Prince Arthur dengan sangat rinci.

 

Hideki dan Hirai mengangguk.

 

Hirai:

 Kalian berdua, awasi wanita itu. Wanita itu terlalu berbahaya.

 Apapun dapat ia lakukan dengan kemampuan dan kecantikan tidak masuk akalnya.

CUT TO:

76. INT-RUMAH WARGA-SIANG

Terlihat seorang bapak sedang bersantai di sebuah dipan anyaman bamboo sambil minum kopi.

Ia menyesap kopi, lalu merokok dengan rokok lintingan tembakau kasar.

Ia menyetel radio. Terdengar suara Sutanto dengan nama Jirakith.

INTERCUT TO:

77. INT-KIOS PAKAIAN DAN TAS-DAY

Terlihat toko sedang sepi. Patung kucing emas yang menggerak-gerakkan tangannya mendadak berhenti

Ibu Tionghoa mengecek baterai patung kucing itu.

Ia mengganti baterainya lalu selonjoran lesehan sambil kipas-kipas dan menyetel radio.

Terdengar siaran Sutanto.

 

Voice Over Sutanto:

 …Mereka tak akan memberi apapun untuk kita, bapak-bapak. Ibu-ibu.

 Kalau toh mereka memberikan kemerdekaan, kita akan dibuat terus utang budi dengan mereka.

 Akhirnya negara kita tak memiliki kemampuan untuk melangkahkan kaki tanpa papahan mereka.

 Maukah kalian bertahan hidup dalam arahan mereka dengan embel-embel ‘merdeka’ yang omong kosong?

 

Ibu Tionghoa itu manggut manggut, mendekatkan radio itu ke telinganya.

INTERCUT TO:

78. INT-SEBUAH KANTIN PABRIK PERAK-DAY

Suasana sedang hujan.

Para pemuda pegawai terlihat berdatangan ke kantin. Pegawai tinggi pribumi (bukan buruh)

Mereka terlihat memesan sesuatu.

Salah seorang mengambil koran yang ada di depannya.

Ia membuka koran. Terpampanglah selipan artikel.

 

Voice Over Mild:

 Pemuda kita memang sasaran empuk bagi mereka saat Perang Dunia II masih berkecamuk.

 Mereka masih membutuhkan kita untuk menyokong mereka dalam peperangan itu

 Kita tak sudi memihak salah satu pihak untuk menyerang pihak lainnya.

 Cita-cita termulia bangsa ini adalah menciptakan perdamaian dunia.

 Sudah cukup 350 tahun itu, bapak-bapak. Ibu-ibu.

 Mari kita rapatkan barisan untuk merebut kemerdekaan itu.

 Kita harus merdeka. Tak dibawah kekuasaan siapapun, taka da yang berhak mendikte kita.

 Persetan tentang peraturan tak jelas itu. Kita harus hidup bebas dengan aturan sendiri. Aturan rakyat sendiri.

 Tak ada yang mengerti kita, hanya diri kita sendiri yang dapat diandalkan.

 

79. INT-SEBUAH ASRAMA PUTRI-PAGI

Terlihat aktivitas asrama. Para wanita sedang membersihkan asrama. Terdengar suara Sutanto yang menyanyikan lagu.

Terlihat seorang gadis dengan name tag  NGATINI  memasuki ruangan. Mengeluarkan amplop coklat yang disembunyikan di pakaiannya.

Ngatini:

 Lihatlah, ini surat dari Kekasih nan jauh di negeri Siam.

 Surat ini bukan untukku. Tapi terbaca sangat manis.

 

Para wanita beringsut menghampiri Ngatini yang duduk di kursi anyaman bamboo. Terdengar suara Sutanto ketika mereka membaca beberapa lembar tengah dari kertas itu.

 

Voice Over Sutanto:

 Untuk kekasihku, wanita yang lebih mulia dari siapapun di muka bumi ini.

 … Sungguh, semua yang ada pada dirimu itu milikmu yang selalu ingin kujaga.

 Tak ada orang lain yang berhak mengambil apapun darimu.

 Termasuk para Nippon itu.

 Apa yang mereka janjikan kepadamu, wahai kekasihku.

 Penyanyi? Pelayan restoran? Istri yang mulia?

 Lihatlah gambar itu sekali lagi, apakah kurang bukti? Jangan mau kalian dimaipulasi lagi.

 Mereka tak akan menjadikan kalian mulia.

 Percayalah, aku menunggumu diujung sungai Bengawan Solo setelah proklamasi kemerdekaan.

 Membuktikan bahwa tak ada yang mencintaimu melebihi diriku.

 

Wanita-itu saling berpandangan.

 

Voice Over Sutanto:

 Berapa teman wanitamu yang hilang, kekasihku.

 Apakah terdengar kabarnya? Jadi apakah dia?

 Apakah ada barang sepucuk surat darinya untukmu?

 Wanita-wanita di negara jajahannya juga sama seperti kalian dulunya .

 Dipusatkan di asrama kepelatihan seperti kalian.

 Semua berujung nelangsa. Pulang tinggal nama.

 Apalagi yang kau tunggu, kekasihku?

 Pergilah. Aku menunggumu di ujung Bengwan solo seusai proklamasi kemerdekaan.

 Bahwa tak ada yang mencintaimu melebihi diriku.

 

Ngatini menganggukan kepala.

Para wanita berjalan cepat menuju kamar, menurunkan tas mereka, memberesi pakaian.

CUT TO:

80. INT-KAMAR ITSUKI DAN SUTANTO-SORE

Itsuki terlihat menjahit luka di tangannya sendiri.

Karinah dan Sutanto terlihat mendampingi Itsuki.

 

Karinah:

 Memang perempuan itu meresahkan.

 Bisa-bisanya kau kembali untuk menolongnya?

 Sebegitu gilanya kamu dengan wanita itu?

 

Itsuki:

 Tak bisa aku biarkan dia ditangkap oleh Nippon.

 

Karinah:

 Dia tak punya kemampuan fisik untuk bergrilya. Dia juga polos, sangat polos.

 Kau tak bisa membiarkan dia disini.

 Dia akan membahayakan kita.

 

Itsuki menggeleng.

Karinah:

 Tapi, Itsuki. Kau beberapa kali terluka gara-gara anak itu.

 Kau mau mati gara-gara dia?

 Aku akan mengusir wanita itu.

 

Sutanto:

 Kau benar-benar tega. Apakah kau lupa, semua teks yang kita sebarkan adalah karangannya.

 Kita bisa mengelabui Nippon dengan alibi kedai kita, sekarang Itsuki dapat bebas datang ke tempat-tempat penting mereka.

 Gara-gara siapa? Gara-gara Dia.

 

Karinah tampak sedikit marah.

 

Karinah:

 Sejak wanita itu kemari, tak ada ruang bagiku!

 

Itsuki dan Sutanto diam.

Tampak Heran.

Tampak Mild sudah berdiri di ambang pintu. Menjatuhkan setumpuk kertas.

 

Mild:

 Aku akan pulang jika memang aku merepotkan kalian.

 

Mild lari dengan terpincang-pincang. Terlihat Kaki Mild dibalut perban dibalik sandal jepitnya.

INTERCUT TO:

81. INT-LORONG BAWAH TANAH-SORE

Mild menggelung rambutnya kasar.

Ia mengambil topi sailor di meja. Mengenakannya.

Terlihat Mild menaiki tangga dan keluar dari pintu belakang.

Terlihat hujan lebat dengan petir

Ia tetap lari.

INTERCUT TO:

82. INT-KAMAR ITSUKI DAN SUTANTO-DAY

Zoom kertas-kertas yang dijatuhkan Mild.

Terbaca sebuah judul  REMBOELAN

Kertas terlihat terbang.

Terbaca kalimat-kalimat dalam kertas itu dalam voice over Mild

Voice Over Mild:

 Kota ini adalah akhir, tapi bukan yang terakhir.

 Meleklah, wahai saudaraku.

 Apa yang terjadi di luar kota ini juga akan terjadi.

 Jangan terlena, jangan biarkan logikamu mati!

 Para ayah yang mengais tong sampah sisa pesta para Kompetai.

 Para ibu yang hanya bisa berkhayal memiliki beras.

 Para pemuda bodoh yang mengangkat senjata untuk mereka yang membunuh sanaknya.

 Para gadis yang dijadikan makanan untuk para bajingan bermulut pangeran.

 Pangeran dari Timur Raya? Bullshit!

 Berdirilah dengan kakimu sendiri.

 Jangan lemah, dunia terlalu kejam untuk airmatamu.

 Lawan! Atau kau akan terkulai dirubut lalat di jalanan kota yang sepi.

 Telah ku kabarkan yang terjadi pada tetanggamu di foto sebelum edisi ini.

 

Itsuki beranjak dari tempat duduknya.

Ia merintih kesakitan memegang tangannya.

Karinah menahan Itsuki.

 

Itsuki:

 Aku harus membawa dia kesini!

 

Itsuki berusaha bangkit

 

Karinah:

 Jangan ikut-ikutan nekat! Bila mereka tahu kau yang ditembak tempo hari, tamat riwayatmu.

 

Sutanto bangkit, mengambil mantelnya dan keluar.

 

Sutanto:

 Biar aku saja!

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar