Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ku Kisahkan Tentangmu pada Rembulan (SCRIPT)
Suka
Favorit
Bagikan
5. Ambang Batas (Part 2)

SCENE

40. EXT-RUMAH KELUARGA WIDJOJO-SORE MENJELANG MALAM.

Mild yang memarkirkan mobilnya di depan sebuah pagar tinggi. Terlihat aktivitas sore di sekitar komplek. Pasangan muda yang mendorong kereta bayi, pasangan lansia yang jalan-jalan sore, dan dua pria muda yang bersepeda.

Terlihat rumah bertingkat. Di pagarnya digantung sebuah lonceng untuk fantasi dan sebelahnya ada bel.

Mild memencet bel.

Seorang tukang kebun membuka pagar dengan wajah dingin.

 

Tukang kebun

 Tuan sedang ada di luar kota untuk urusan bisnis. Den Edgar belum pulang dari pagi.

 

Tukang kebun:

 Tapi nyonya Retno ada kok. Sedang belanja tadi sama temennya. Silahkan kalau mbak mau nunggu.

 

Mild:

 Besok saja pak, saya permisi dulu. Sampaikan salam saya buat tante Retno.

 

Mild pergi, ia hendak membuka pintu mobil.

Mobil merah menyala lewat di depan Mild.

Terlihat dari kaca mobil, Retno yang menyetir mobil.

Kita lihat secara dekat Lintang yang tampak senyum-senyum tidak tenang di kursi sebelah pengemudi.

Mulutnya merancau tidak jelas.

 

Dari arah berlawanan mobil biru safir datang.

Terlihat Edgar di kursi pengemudi.

Edgar terlihat kaget dan marah melihat mobil merah.

Edgar berhenti, memalang jalan mobil merah di depan pagar.

Mobil Retno juga berhenti.

Mild masih berada di posisinya.

Edgar keluar dari mobilnya, berjalan marah ke mobil Retno.

 

Edgar:

 Sampai kapan mama begini, hah?

 

Edgar menyeret mamanya keluar dari mobil.

Mamanya sedang mabuk, Retno membawa botol minuman keras ukuran sedang. Terlihat sempoyongan.

Retno menampar Edgar.

 

Retno:

 Dia memberikan apa yang papamu tak berikan.

 

Edgar mengguncang-guncangkan bahu mamanya.

Mild masih berada di posisinya.

 

Lintang membuka pintu mobil, ia keluar dengan sempoyongan.

Edgar kemudian melepaskan mamanya untuk melihat ke arah dalam mobil.

Terlihat beberapa tas belanjaan, baju yang berserakan, dan uang yang berserakan juga di kursi penumpang bagian belakang. 

Lintang dan Retno berpelukan. Retno mengelus-elus rambut Lintang dan lintang mencium pipi Retno berulang kali.

Mild berlari dan memisahkan mereka, dan langsung menonjok Lintang.

 

Lintang:

 Kamu miskin sekarang. Nggak ada yang bisa aku harapkan.

 Apa yang aku mau darimu? Ya uang dan prestige dari jabatanmu lah.

 

Mild menonjok lagi pipi Lintang hingga membiru.

Lintang memegang pipinya, darah keluar dari hidungnya.

Lintang tetep nyengir dan merancau tidak jelas.

Retno meludah di hadapan Mild, lalu menjorokkan Mild sampai terjatuh. Ia tertawa bahagia.

 

Retno:

 Jangan ganggu sayangku atau kamu mati.

 

Retno memukulkan botol bekas minuman keras itu ke kepala Mild. Darah keluar dari kepala Mild.

Edgar tampak kaget. Ia menjauhkan mamanya dari Mild. Edgar memeluk mamanya agar mamanya tidak menyerang Mild:

 

Edgar:

 Cepet pergi dari sini, semua udah kamu kacaukan!

 Bawa juga si jalang ini.

 

Mild terlihat tidak bisa berkata apa-apa. Hanya menahan tangis. Ia berlalu, memasuki mobilnya sendiri.

 

Mild:

 Nggak. Aku nggak kenal anak ini.

 

Mild menyalakan mobil, lalu ia menyetir mobilnya pulang. Sepanjang jalan, terdengar music mellow.

Darah masih terus mengucur hingga membasahi pakaian Mild. Ia masih menangis. Rambutnya sekarang acak-acakan. Ia mengelap airmatanya dengan kasar, namun tetap menangis. Riasanya tampak berantakan.

CUT TO:

41. INT-RUMAH MILD-NIGHT

Terlihat banyak tisu yang berserakan di lantai kamar Mild. Tampak juga croissant dan susu coklat di meja kerja Mild.

Mild posisi tengkurap di ranjangnya. Ia membenamkan kepalanya di bantal. 

 

Sebuah nada dering terdengar dari ponsel Mild. Mild dengan hidung merah, dan mata yang tampak sayu menyembul dari bantal.

Terlihat tulisan Daisy serta fotonya di depan sebuah universitas di Denmark muncul di ponsel Mild.

Mild menjawab dengan lesu.

Ia lalu membuka laptop di meja belajarnya.

INTECUT TO:

42. INT-KAMAR DAISY-JOGJA-NIGHT

Kamar Daisy dipenuhi dengan poster boyband Korea. Terlihat banyak lighstick di sebuah rak kaca.

Di antara poster-posternya, ada poster Lintang.

Di pojok ruangan ada semacam standee member boyband Korea yang tersenyum. Ia juga memeluk bantal foto artis itu.

Di atas ranjangnya, lampu tumblr tergantung bersama beberapa polaroid foto Instagram Lintang dan artis-artis Korea.

Daisy menghembuskan nafasnya. Terlihat senang.

 

Daisy:

 Akhirnya aku bisa ngelihat kamu.

 

Terlihat layar laptop. Wajah Mild yang sembab. Mild tidak menjawab.

 

Daisy:

 Aku nggak menyangka itu semua terjadi sama kamu.

 Sekarang kamu senang-senang saja dulu. Jangan mikirin mereka.

 

INTERCUT TO:

43. INT-KAMAR MILD-NIGHT

Mild pindah ke tempat tidurnya, ia kembali tengkurap.

 

Mild:

 Harusnya aku tidak menjual saham yang terlalu banyak pada ayah Edgar.

 Seharusnya aku mementingkan logikaku daripada persahabatanku dengan Edgar.

 Seharusnya dulu dulu saham itu aku bagi, tidak selisih begitu banyak.

 Aku bodoh. Aku tak membeli 20% saham dulu.

 

Mild menangis lagi, memandangi foto berempat yang dibuang Edgar tadi.

Terlihat Daisy di layar. Ia terlihat sedih.

 

Daisy:

 Aku juga sedih pas Ryu ilang sama Edgar pergi gitu aja tanpa pamit. Sebenarnya nggak tega aku ninggalin kamu ke Denmark. Dan aku nggak tega omong ini sama kamu.

 

Mild duduk di Kasur sambil selonjor. Tampak serius sedikit marah.

InterCUT TO:

44. INT-KAMAR DAISY-MALAM

Daisy:

 Mengapa kamu berantakan? 

 Karena kamu nggak focus.

(beat)

 Kamu ilmu manajemennya paling bagus antara kami bertiga. Makannya kami pilih kamu jadi CEO.

 

Daisy mengambil satu foto Lintang yang tergantung di kamarnya.

Ia menunjukkan foto Lintang pada layar.

 

Daisy:

 Orang ini dan novel yang seringkali buat kamu nggak focus sama WordBeat. Sekarang aku bersyukur kamu lepas dari Lintang.

 Hal pertama sebenernya yang buat kami kecewa adalah kamu ngungkapin perasaanmu pada Ryu.

Mild tampak bingung, beberapa kali menyeka airmatanya.

 

Mild:

 Yang dua aku percaya itu bener. Tapi tentang Ryu. Mengapa dia meninggalkanku? Edgar juga. Aku nggak polos, aku tahu kalau Edgar suka sama aku dulu. Tapi kalau aku Sukanya sama Ryu gimana? Itu hak ku dong mau gimana sama Ryu dan harusnya dia nggak ninggalin aku gitu aja. Mereka harusnya profesional.

 

Mild tampak emosi.

Daisy:

 Perasaanmu nggak salah. Cuma, Ryu dan aku khawatir sama kalian.

 Kamu sama Edgar itu serupa. Kalian sedikit emosional dan tempramen.

 Akan sangat buruk jika kalian berselisih. Nah, terjadi bener kan? 

 Sementara Ryu orangnya kaku kayak kanebo kering, Cuma tertarik sama bidangnya doang.

 Dia nggak mau ada perasaan pribadi denganmu atau denganku sekalipun.

 Karena kita masih ada dalam ‘tahap perkembangan serius’, bukan waktunya jatuh cinta.

(beat)

 Satu lagi, kita bertiga orang Teknik sementara kamu orang sastra. Jelas kita dilatih berpikir secara berbeda.

 

Mild menyimak, hanya diam tidak berkutik.

 

Daisy:

 Aku tahu kita harusnya saling melengkapi. Kami bertiga yang lebih tua darimu harusnya memang tidak sombong. Nggak dumeh. Tapi kita menuruti ego kami dan tidak mau membersamai kamu bikin WordBeat setelah itu.

 

 Ryu juga salah. Dia terlalu kaku. Prinsipnya terlalu saklek.

 

 Edgar pun iya. Harusnya dia juga nggak mendendam dan memanfaatkan ayahnya untuk perasan pribadinya.

 

 Aku pun juga salah. Aku nggak sabar kaya kamu. Aku merasa start up ini akan terlalu lama berkembang.

 Tapi tangan dinginmu ternyata lebih dingin daripada apa yang ku pikirkan.

Intercutut To:

 

45. INT-KAMAR MILD-NIGHT

Mild mengambil minuman di meja kerjanya, meninggalkan laptopnya.

Ia lalu kembali lagi ke tempat tidurnya.

Mild memandangi foto mereka berempat lagi.

 

Mild:

 Aku pikir dia memberiku sinyal. Sudahlah. Sekarang apa solusinya?

 

Daisy meninggalkan laptop. Membawa sebuah papan tulis kecil. Menggambarkan sesuatu lalu menunjukkan ke layar. Ia menjelaskan peta konsepnya kepada Mild.

 

Daisy:

 Kamu focus bikin novel dulu. Aku tahu novelmu dapat rating buruk karena masalah dengan pemegang sahan 40%

 Kapan saham akan dijual? 

 

Mild:

 Sekitar tiga bulan lagi.

 

Daisy:

 Kamu harus belajar dari Steve Jobs. Kamu harus sukses di perusahaan lain atau kamu milikin uang untuk membeli saham mayoritas dari perusahaanmu sendiri.

 Nggak mungkin kan mereka mau keep sahamnya setelah akhir periode.

 Kamu juga harusnya diberi pesangon karena kesalahan pelengseran kamu itu.

 Kamu termasuk dipecat tanpa alasan. Ingat kasusnya CEO WeWork?

 Lah kamu bisa tuntut mereka.

 

Mild tampak senyum bahagia, ia bertepuk tangan di layar laptop.

 

Mild:

 Kamu kuliah ekonomi ya di Kopenhagen? Makasih, mentorku. Sekarang kamu nggak di Kopenhagen kan? Itu fotonya garangan masih kepasang.

 

Daisy:

 Aku di Jogja. Kesini dong. Kamu boleh nginep selama aku liburan.

 

 Di Denmark banyak banget Start-Up yang maju. Masalahnya juga rumit, sampai skandal perselingkuhan. Aku akan ceritakan kalau kamu mau.

 

Mild:

 Aku OTW besok pagi pake bis. Sekalian ngetik novel baruku sih. Tunggu aku Des.

 

Daisy tersenyum. Tampak mengobrol tapi tak diperdengarkan suaranya.

Ia lalu melambaikan tangannya dan panggilan video berakhir.

Mild menurunkan koper ukuran sedang dari atas lemari. Ia juga menurunkan pakaian-pakaiannya. Melipatnya kemudian ia taruh tas.

CUT TO:

 

46. EXT-TERMINAL-SIANG

 

/EST/

Tampak sebuah terminal yang ramai.

Berpuluh-puluh orang berlalu Lalang membawa koper besar atau sekedar tas gendong,

Mild ada diantara orang-orang itu. Ia menyeret koper midi nya. Ia ikut mengantre di depan loket sambil membaca buku.

Ia mengurus tiket di loket. Setelah mendapatkannya, ia berjalan menuju bus. Banyak bus serupa terparkir di stasiun. Mild melihat tiketnya dan berjalan ke arah bis nomor tiga dari kiri.

Kita lihat nama bus adalah  Tunjung Utami . Di kaca bus tertempel kertas A4 bertuliskan nomor bis,  97603 .

Tampak banyak orang yang menaiki bis. Mild ada diantaranya dan menaiki bis paling terakhir dari orang-orang itu.

CUT TO:

47. INT-Dalam Tunjung Utami no 97603-Day

Mild sampai di bibir pintu bus.

Terdengar lagu koplo di bus kelas bisnis. Mild melihat tiketnya kembali dan duduk di kursi nomor dua dari belakang yang kebetulan kosong. Ia memasukkan koper midi nya dalam dashboard.

Ia mengeluarkan laptopnya lalu duduk di dekat jendela.

Ia membuka laptop sambil memasang headphone. Lalu ia mengetik sesuatu.

Mild tampak kesal.

Voice Over Mild:

 Kenapa aku nggak punya ide sama sekali?

 

Tampak layar laptop. Mild mengetikkan sesuatu lalu menghapusnya lagi.

Mild memegang kepalanya. Ia menyandarkan kepalanya di bantalan kursi.

 

Ia mendongakkan kepalanya. Terlihat menerawang ke atas, sementara laptopnya masih menyala.

Datang seorang perempuan muda berambut ikal dikuncir dan menggunakan slayar merah untuk semacam bando. Ia menggunakan pakaian ketat. Dress tanpa lengan polkadot merah dengan rok selutut, juga kaos tangan jarring hitam sampai ke siku. Ia tak membawa apapun, termasuk tas. Ia memakai masker, dan kacamata hitam.

Mild tersenyum pada wanita nyentrik itu.

Namun si wanita tak mengindahkannya.

Ekspresi Mild berubah jadi terlihat dingin lalu melanjutkan mengetik.

Bus berjalan

Voice Over Mild:

 Masih ada ya cewek jaman ini yang pake fashion kayak gitu di bis.

 Ya gini, kalau kebablasan terobsesi sama Audrey Hepburn

 

Mild masih terus mengetik, lalu dihapus lagi.

Sesekali ia melirik wanita itu.

 

/pre memory 1 jam perjalanan/

 

Voice Over Mild:

 Betah banget dia diem aja. Nggak punya hp kali ya?

 

Dia duduk menyilangkan kaki. lirak lirik atau memandang lurus ke depan.

Voice Over Mild:

 Nih orang apa setan sih, dari tadi kaya badannya nggak gerak.

 

Wanita itu menoleh pada Mild, menatap tajam Mild.

Mild menepuk-nepuk pipinya sendiri kemudian melanjutkan aktivitas di laptopnya.

Ia terlihat putus ada.

Menyandarkan kepalanya di bantalan kursi, lalu lama-kelamaan tidur.

Mild tidur.

Wanita itu membuka maskernya. Terlihat wajah yang sama dengan Mild. Ia menyeringai, mengeluarkan rokok dari kantongnya, menyembulkan asap rokok di wajah Mild. Mild terbatuk, namun tidak sadar.

Wanita itu, WIRASTI mendekatkan wajahnya pada telinga Mild.

Membisikan sesuatu di telinga Mild.

 

Wirasti:

 Selamat datang di kehidupan yang kelam, Mahira. Aku akan mengambil duniamu dan semua yang berpihak pada wajah cantikmu ini.

/Gelap/

/Fade out/

Cut

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
serem banget kalimat akhirnya dari chapter ini 🙄
3 tahun 7 bulan lalu