Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ku Kisahkan Tentangmu pada Rembulan (SCRIPT)
Suka
Favorit
Bagikan
13. Hujan dan Pulang

SCENE

83. EXT-JALANAN KOTA DJOKJA-SORE

 

Hujan deras disertai petir.

Mild tampak berlarian. Bajunya basah.

Tampak di jalanan seorang laki-laki berpakaian compang-camping mengais tempat sampah sebuah restoran Jepang.

Ibu-ibu yang membawa karung goni, memunguti butiran beras.

Tampak wanita Jepang berjalan di emperan toko, mengenakan payung merah.

Beberapa orang pria kurus bertelanjang dada dan bercelana kain karung beras tertidur di emperan toko dengan besek disebelahnya.

Voice Over Mild:

 Aku harus pulang. Aku tak kuat melihat penderitaan di era ini

 

terlihat 3 pria berpakaian wajar di emperan toko.

Mild menghampiri mereka.

 

Mild:

 Permisi pak, terminal Ke Arah mana ya pak?

 

Seorang bapak berkumis Panjang menoleh.

 

Bapak #1:

 Oh, sekitar 500 meter sebelah utara dari sini. Nanti mbak e…

(Menoleh)(Kaget)

 Wirasti?

 

Bapak-bapak yang lain kaget.

Menoleh Ke arah Mild.

Mild kaget

3 Bapak segera mencengkram tangan Mild.

 

Bapak #2:

 Akan pergi kemana kau perempuan bangs*t?

 Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu.

 

Mild mencoba melepaskan diri

 

Mild:

 Saya bukan Wirasti.

 

Cengkraman ketiga bapak itu lepas.

Mild menendang ketiga bapak secara bergantian.

Mild segera kabur.

Bapak-bapak itu berlari mengejar Mild.

 

INTERCUT TO:

84. EXT-Terminal-Day

Terminal tampak sepi. Suasana masih hujan dengan petir yang tidak terlalu keras.

Beberapa bis terparkir berjejeran.

Terlihat tiga bapak itu memasuki stasiun.

Tampak tiga bapak berpencar, memasuki bis satu persatu.

Namun ketiganya keluar sendiri dan tidak membawa apa-apa.

Mereka bertiga berkumpul di depan sebuah bis.

Terdengar suara petir yang keras ketika mereka berkumpul. Hujan semakin deras.

#Bapak1 menggeleng. Bapak #2 mengankat bahu. Bapak #3 Mengangkat tangan, menyerah.

 

Bapak #2:

 Kita cari di tempat lain.

 

Ketiga bapak pergi.

 

Tampak Mild yang bersembunyi di bawah kolong bis dengan posisi terlentang.

Mild keluar setelah ketiga bapak itu pergi.

Ia langsung mencari BUS TUNJUNG UTAMI 19703.

Namun, bis itu tak juga ditemukannya. Mild menjatuhkan dirinya di tanah, suasana masih hujan. Mild berteriak.

 

Mild:

 Mengapa semuanya harus terjadi padaku? Aku ingin kehidupanku yang sebelumnya.

 

 

Mild menangis. Menunduk dan memukul-mukul tanah.

Tiba-tiba terdengar klakson dan suara bis uap. Zoom tulisan di badan bis bagian samping TUNJUNG UTAMI . Zoom di kaca depan tertulis 19703.

Mild tak menyadarinya, tetap menunduk saat bis itu berhenti dengan jarak sekitar 20 meter dari tempatnya.

 

Tampak keluar orang-orang berpakaian NORMAL seperti pada jaman itu.

NGATINI dan sekitar delapan gadis keluar berurutan. Disusul dengan beberapa pemuda berkemeja putih sedikit lusuh dan bercelana Panjang. Yang terakhir turun adalah pria berkaus wools turtle neck hitam digulung tiga perempat dengan jeans abu-abu dan topi biasa. Wajahnya ditutup masker scuba hitam.

Masing-masing mereka membawa tas lusuh yang besar.

Mereka berlari ke tempat yang teduh. Menggunakan tasnya untuk melindungi kepalanya.

Ngatini melihat Mild yang berlutut. Ia memisahkan diri dari rombongan, berlari menghampiri Mild.

 

Ngatini:

(menepuk pundak Mild)

 Tuan, mengapa tuan ada di tengah hujan begini.

 

Mild mendongak ke atas.

Mild kaget, melihat WAJAH NGATINI MIRIP DENGAN SEKRETARISNYA DI WORDBEAT.

 

Mild:

 Arina? Sekretarisku?

 

Ngatini tampak kaget.

 

Ngatini:

 Maaf Nona. Saya tidak bermaksud…

 

Seorang pemuda tampak menyusul Ngatini. Membawa sebuah kain untuk memayungi Ngatini.

PEMUDA ITU MIRIP DENGAN WAJAH KEPALA BAGIAN MARKETING DI WORDBEAT.

Pemuda bernama JUWONO

Mereka berlari meninggalkan Mild.

Seketika terdengar bunyi klakson bis.

BIS TUNJUNG UTAMI NO 19073 BERJALAN MENINGGALKAN TERMINAL.

Mild menyadarinya, dan langsung berlari mencoba mengejar bus itu.

Bis semakin menjauh, Mild tak bisa menggapainya. Ia terjatuh lagi di tanah.

 

Voice Over Mild:

 Salah satu yang turun tadi mungkin berasal dari duniaku.

 

Mild berlari ke arah sebuah bangunan seperti tempat tunggu. Gerombolan orang itu masih berada disana, menunggu hujan reda.

MILD MASUK KE ROMBONGAN DENGAN PAKAIAN BASAH KUYUP.

Mild mendekati Ngatini dan Juwono

 

Mild:

(berbicara pada Ngatini dan Juwono):

 Kalian berasal darimana? Apakah kalian melihat salah satu penumpang yang berpakaian aneh?

 

Ngatini:

(menggebu)

 Kami dari Batavia, eh Jakarta. Kami kabur dari asrama kami, ingin kebebasan. Ingin kemerdekaan yang tidak hadiah dari siapapun.

 

 Kami ingin menemui Jira…

 

Juwono meninjak kaki Ngatini.

 

Mild:

 Jirakith?

 

Juwono dan Ngatini terlihat kaget. Namun mereka memilih bungkam.

INTERCUT TO:

85. EXT-JALANAN KOTA DJOKJA-SORE

Terlihat Sutanto yang mencari-cari Mild di tengah hujan yang mulai mereda. Sutanto berhenti sejenak di tengah jalan.

 

Sutanto:

 Biasanya, orang kalau akan kabur ke stasiun atau terminal dulu.

 

Ia lalu berlari menuju terminal.

CUT TO:

 

86. EXT-Terminal-SORE

(Back again)

Mild tampak kedinginan. Ia berdiri terpisah dengan rombongan. Ngatini dan Juwono tampak melihat-lihat ke arah Mild dengan tatapan curiga.

 

SUTANTO DATANG

Nafasnya terengah-engah. Ia melihat Mild berada di tempat menunggu bis.

Sutanto melambaikan tangannya.

Mild hanya melirik datar. Sutanto lalu menghampiri Mild.

 

Sutanto:

 Hhhh, akhirnya ketemu.

 

Mild masih acuh. Ia menggigil kedinginan.

Sutanto melepaskan blazernya lalu memasangkannya pada Mild.

 

Sutanto:

 Semua orang mengkhawatirkanmu.

 Lagian, tidak akan ada bis yang lewat lagi. Sudah terlalu sore.

 

Mild masih acuh. Masih berpandangan lurus ke depan.

 

Mild:

 Aku nggak peduli sekalipun aku harus menunggu sampai besok pagi.

 Aku paling nggak suka dimanfaatkan.

 Jika kalian hanya perlu tulisan, mengapa tidak memanfaatkan novelis buaya darat itu?

 

Sutanto hanya diam.

 

Tampak bis-bis mulai berjalan untuk memarkirkan armadanya ke tempatnya.

Salah satu bis berjalan di genangan air.

Sutanto maju ke depan Mild, memeluknya. Tubuhnya melindungi Mild dari percikan air hujan.

Sutanto basah kuyup.

 

Sutanto lalu melepaskan pelukan. Ia menyeka tubuhnya yang basah dengan sapu tangan di sakunya.

Suasana menjadi kikuk.

 

Voice Over Mild:

 Apakah terjadi kisahku, Ryu, dan Edgar di jaman ini?

 Tapi Daisy sama sekali tak menyukai salah satu dari Ryu atau Edgar.

 Dan Karinah tampak menyukai Sutanto dan nyaman dengan perlakuan Itsuki.

 

Mild memegang kepalanya.

Pandangannya berputar-putar.

Ada potongan-potongan memori yang muncul lagi.

/potongan memori/

/fade out/

CUT TO:

87. EXT-DEPAN KANTOR WORDBEAT-2020-SIANG

/fade in/

Para karyawan terlihat demo di depan kantor WordBeat.

Terlihat salah satu karyawan menjadi PEMIMPIN DEMO berada di atas panggung dengan membawa speaker.

Beberapa wartawan tampak memfoto kejadian itu.

 

Pemimpin Demo:

 BAYAR PESANGON KAMI

 BAYAR SISA GAJI KAMI.

 KAMI BUKAN ROMUSHA.

PERLAKUKAN KAMI LAYAKNYA MANUSIA BERADAB

 KAMI MINTA KEJELASAN MENGAPA KAMI DIPECAT TANPA ALASAN.

 KAMI JUGA MINTA PENJELASAN MENGAPA PERUSAHAAN INI MENDADAK BANGKRUT

 DENGAN HORMAT KAMI MINTA IBU MAHIRA YANG TERHORMAT UNTUK MENUNJUKKAN BATANG HIDUNGNYA.

 

 Flash kamera terus berkedip.

InterCUT TO:

88. INT-LOBBY KANTOR WORDBEAT-SIANG

Semua pintu dari luar tertutup. Sekretaris Mild tampak mondar mandir. Menswipe ponselnya dan menelpon seseorang.

Dua resepsionis wanita tampak ketakutan.

 

 

Resepsionis #1:

 Sejak pencopotan itu.

 WordBeat kacau banget.

 

Resepsionis #2:

 Iya bener. Pak Edgar ilang, Bu Mild jadi kesetanan.

 Dia kayak nggak pernah liat uang. Semua dibelanjain buat pribadi.

 Kayak bu Mild yang sekarang bukan bu Mild yang dulu kan?

 

WIRASTI DATANG LEWAT TANGGA DARURAT.

Wirasti tampak tenang namun dengan tatapan mata yang dingin. Ia menghampiri dua resepsionis.

 

Wirasti:

 Tadi siapa yang membicarakan saya?

 

Wirasti memegang kepala kedua wanita itu, lalu ia menjedukkan mereka di meja resepsionis sampai berdarah.

Sekretaris terlihat takut. Ia melongo menjatuhkan ponselnya.

 

Wirasti:

 Kenapa kau diam saja, Arina?

 CEPAT BUBARKAN MEREKA!

 

Wirasti bersiul dan datanglah enam pria kekar. Tukang pukul.

Tukang pukul keluar.

Wirasti naik tangga lagi.

Sekretaris tampak takut. Ia menggigit kuku-kuku jarinya.

Ia terlihat menelpon.

 

Sekretaris:

 Hallo, rumah sakit jiwa…

/fade out/

/memory end/

CUT TO:

89. EXT-TERMINAL-1942-SORE

Hujan tampak menderas lagi. Mild jatuh duduk memegang kepalanya.

Pandangannya berputar-putar.

Mild mulai merancau

 

Mild:

 Aku harus pulang. WordBeat hancur di tangan wanita itu.

 

Sutanto ikut berlutut.

Mild pingsan, kepalanya jatuh ke pangkuan Sutanto.

/gelap/

/fade out/

/CUT/

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar