84. INT. RUMAH SALSA — NIGHT
Cast : Salsa, Qia, Mamih Qia, Bunda Salsa dan Ayah Salsa
Sebuah acara syukuran tengah digelar di rumah Salsa yang cukup megah. Beberapa orang mulai berdatangan ke rumah tersebut. Sebuah mobil masuk dan parkir di halaman depan. Lalu keluar seorang gadis dan ibunya. Mereka masuk ke dalam rumah.
Bunda Salsa
(Menyalami Mamih Qia)
Selamat datang, Wi. Udah lama banget ya kita ga ketemu.
Mamih Qia
(Menerima salam dari bunda Salsa sambil tersenyum)
Ah iya. Ini pertama kalinya aku ke acara saudara setelah kejadian kemarin.
(Matanya turun dan berhenti senyum)
Bunda Salsa panik merasa salah bicara.
Bunda Salsa
Aku tau, kamu pasti kuat.
(Mengusap pundak Mamih Qia lembut)
Eh, ada Qia juga.
(Membiarkan Qia menarik tangannya lalu dicium)
Qia
Halo, Tante.
Mamih Qia
Dia mau dateng karena aku paksa tadi. Kalau ngga, mana mau dia nemenin mamihnya.
(Melirik jutek pada Qia)
Bunda Salsa
Ah hehe, iya namanya juga anak-anak. Wajar. Pasti banyak kegiatan ya?
(Tersenyum pada Qia)
Qia membalas senyuman bunda Salsa.
Mamih Qia
Halah. Dari dulu dia emang ga pernah mau aku. Cuma Kakaknya yang peduli sama aku.
(Mata berkaca-kaca dan napas menjadi lebih cepat)
Salsa langsung murung mendengar apa yang ibunya ucapkan. Bunda Salsa bingung dengan situasi itu hanya tertegun.
Salsa (O.S)
Bunda..
Bunda Salsa menoleh ke belakang.
Salsa
Aku mau di kamar aja sama Qia, boleh?
Qia mendadak mengangkat wajahnya untuk menatap Salsa.
Bunda Salsa
Oh? Boleh.. boleh dong.
Lagipula kalian ini saudaraan, tapi jarang ketemu.
Mamih Qia menatap tajam pada Qia. Tapi Qia pura-pura tidak menyadarinya.
Salsa
Yuk ikut gua.
(Melirik pada Qia)
Qia mengikuti Salsa menuju tangga. Sementara Bunda Salsa menggiring Mamih Qia untuk menuju ke tempat acara.
Cut to:
85. INT. ROOFTOP — NIGHT
Cast : Salsa dan Qia
Salsa berdiri di ujung rooftop dekat tembok pembatas membelakangi Qia yang sedang melihat-lihat sekitar.
Salsa
Thanks me later.
Qia menoleh ke Salsa.
Qia
Ga usah ngerasa jadi pahlawan.
Salsa tertawa.
Salsa
(Berbalik menatap Qia)
Gue suka sikap songong Lo!
Qia
Gue males ngomong ini tapi, thank you.
Salsa tersenyum sinis lalu mengeluarkan sebungkus rokok dari kantongnya dan korek. Lalu ia ambil sebatang dan ia nyalakan. Salsa mulai menghisap rokok tersebut.
Salsa
Masih dibandin-banding sama kakak Lo?
(Duduk di salah satu kursi)
Qia
Sekarang makin parah.
(Ikut duduk di sebelah Salsa)
Salsa
Makanya, jadi anak tunggal dong.
Qia tertawa keras.
Qia
Bagi rokoknya dong!
Salsa menatap kaget pada Qia.
Salsa
Lu ngerokok juga?
Qia
(Menggeleng)
Gue pengen belajar.
Salsa
Gila lu ya? Apa jadinya kalo lu ketauan?
Qia
Ga tau. Gue juga penasaran.
Suara angin yang cukup kencang membuat rambut Qia dan Salsa sedikit berterbangan. Salsa menghisap rokok beberapa kali dan berbunyi.
Salsa
(Mengeluarkan asap rokok)
Gue mungkin ga bisa ajak Lo jadi lebih baik. Tapi, gue juga ga mau Lo jadi punya kebiasaan buruk.
(Kembali menghisap rokok)
Angin malam kembali menjadi backsound dua orang perempuan itu.
Cut to:
86. INT. KAMAR NANDA — DAY
Cast : Nanda dan Kemal
Kemal duduk di kursi dan melihat papan di depannya yang berisi target pencapaian milik Nanda.
Kemal (Monolog)
Keren banget. Masih muda, tapi udah punya planning semateng ini.
Nanda masuk ke kamar membawa air minum dan camilan.
Nanda
Minum dulu, Bang.
(Menyodorkan segelas air)
Kemal
Thanks.
(Minum)
Nanda duduk di kursi lain.
Nanda
Gimana kerjaan yang sekarang?
Kemal menaruh gelas di atas meja.
Kemal
Jam kerjanya lebih manusiawi. Fee-nya juga lumayan.
Nanda
Syukurlah kalo gitu. Gue ikut seneng kehidupan Lo makin baik sekarang.
Kemal tersenyum.
Kemal
Lu nanya gue mulu. Lu gimana sekarang kuliah?
Nanda
Ya gitu-gitu aja sih. Paling sekarang punya lebih banyak temen karena gue ikut dua organisasi sekaligus.
Kemal
Ada temen yang seseru gue ga?
(Terkekeh)
Nanda tertawa.
Nanda
Lu sahabat gue satu-satunya Bang. Mereka cuma tau gue yang sekarang. Sedangkan lu..
(Melihat ke atas sambil tersenyum)
Tau segala tentang gue. Bahkan Lo yang banyak bantuin hidup gue.
Kemal
Alah, ga usah lu ungkit kayak gitu.
(Membenarkan posisi duduk)
Lu belum punya cewe juga?
Nanda
(Termenung sesaat)
Belom.
Kemal
Ga percaya gue. Masa iya Lo ikut dua organisasi, ga ada satu pun yang nyantol?
Nanda
Sebenernya ada yang gue suka. Dan kayaknya dia juga punya rasa yang sama.
Kemal
(Mencondongkan badannya pada Nanda)
Trus?
Nanda
Gue.. udah terlanjur nazar, Bang.
Kemal
(Mendorong tubuhnya dan bersandar pada punggung kursi)
Nazar apa?
Nanda
Gue ga mau punya pacar dulu sebelum gue punya kerja. Punya penghasilan. Gue udah jelasin ini ke dia. Dan anehnya dia ngerti dan bilang mau nungguin gue.
Kemal
Bukannya Minggu ini lu mau mulai kerja part time ya?
Nanda
Iya Bang. Nanti, saat gue Nerima gaji pertama, gue bakal ajak dia dinner dan tembak dia di malem itu juga.
Kemal
Lu beruntung dapet cewek yang bisa ngertiin keadaan lu. Pastiin penantian dia ga sia-sia. Gue. Ga mau sahabat gue cuma ngasih harapan doang.
Nanda
(Tersenyum sambil menunduk)
Siap laksanakan, Bang!
Cut to:
87. INT. KAFE — NIGHT
Cast: Runi dan Rara
Runi tengah bernyanyi di live music kafe. Saat Runi selesai dengan lagunya, semua orang bertepuk tangan dan yang paling heboh adalah Rara. Lalu Runi turun dari panggung live music dan menghampiri Rara. Runi dan Rara duduk berhadapan.
Runi
Tumben lu malem Senin mau nemenin gue.
Rara
Jangan GeEr lu. Gue kesini karena kopinya enak. Bukan mau liat Lo nyanyi.
Runi tersenyum karena mengingat sejak awal Rara terus memperhatikannya.
Runi
Setengah jam lagi kafenya tutup.
Rara
Iya gue tau.
Runi menyeruput kopi miliknya yang sudah dingin.
Rara (cont'd)
Ultah lu kapan sih?
Runi
7 Agustus. Kenapa?
Rara
Ga. Tiba-tiba aja gue pengen nanya.
Runi
Dih, apaan sih ga jelas.
Rara
(Menyeringai)
Run, keknya bentar lagi gue jadian deh sama Kak Nanda.
Runi
Bagus dong!
Rara
(Terkekeh)
Ya, semoga aja.
Runi
Tapi.. kenapa ya, dia ga nembak Lo dari kemarin-kemarin? Kalian udah jelas-jelas saling suka.
Rara
Ada alasannya, Run. Tapi ga masalah nunggu bentar, yang penting akhirnya gue sama dia.
Runi
Jijik banget gue dengernya.
Rara tertawa keras.
Rara (cont'd)
Lu ga kepikiran ikut ajang pencarian bakat Run? Sekarang lagi rame yang ikut audisi.
Runi
Ga ah males.
Rara
Tapi lu punya potensi Run.
Runi
Gak. Gue trauma ikut ajang nyanyi.
Rara
Gegara ajang yang kemarin?
Runi mengangguk.
Rara (cont'd)
Ga semua ajang itu settingan ko. Ya mungkin emang sih, yang kemarin pemenangnya udah disiapin karena panitianya aja ga bertanggung jawab. Tapi, kalo ajang gede yang tayang di TV, mana mungkin settingan Run.
Runi
Gue bilang nggak ya nggak. Udah lah cukup gue nyanyi di kafe aja.
Rara
Payah lu. Ayolah Run.. gue pengen liat sahabat gue di TV. Pasti keren banget!
(Menggenggam kedua tangan Runi)
Runi
Kenapa ga lu aja yang ikut?
Rara
Gue kan ga bisa nyanyi.
(Wajah memelas)
Runi
Oke deh gue pikir-pikir. Tapi kemungkinan sih nggak.
Rara
Yahh..
Runi
Udah yuk pulang. Liat tuh karyawannya udah mulai beberes.
Runi melihat ponselnya.
Runi
Aduh lupa, belum beli pake data. Minta hotspot dong, Ra.
Rara
Udah aktif ko hotspotnya.
Runi
Oke, gue sambungin ya. Thank you, Ra.
Rara
Mau liat apa sih, notif dari doi juga pasti ga ada.
Runi
Berisik lu!
Runi terus fokus pada ponselnya. Sementara Rara menertawakan Runi.
Cut to:
89. EXT. PARKIRAN KAFE — NIGHT
Cast : Runi dan Rara
Runi sudah menaiki sepeda motornya lengkap menggunakan helm. Sementara Rara masih berdiri di sebelah motornya.
Rara
Hati-hati ya Run..
Runi tersenyum menggoda Rara.
Runi
Cie, khawatir ya?
(Tertawa)
Rara memakai helm.
Rara
Dih! Jangan GeEr lu!
(Mengencangkan kait helmnya)
Runi
(Menghidupkan motor)
Yaudah sampai ketemu besok pagi, ya!
Rara menaiki motornya.
Rara
Lah, besok tuh bukannya mulai siang ya?
Runi
Itu Minggu depan. Besok masih jam 8 masuknya.
Rara
(Menghidupkan motor)
Okedeh. Bye!
Runi terlebih dahulu meninggalkan parkiran kemudian disusul Rara. Mereka bertemu lagi di persimpangan jalan, lalu berpisah karena arah rumah mereka yang berbeda.
Cut to:
90. EXT. JALAN — NIGHT - Montage
cast : Runi
A. Runi menyusuri jalanan malam yang sudah tidak begitu ramai.
B. Runi berhenti di lampu merah dan melirik jam tangan yang menunjukkan jam 11.
C. Runi melanjutkan perjalanan setelah lampu jalan berganti menjadi hijau.
End Montage