35. KAMAR RARA — NIGHT
cast : Runi dan Rara
Rara berjalan bolak-balik sambil memegang ponselnya. Sesekali ia hidupnya layarnya, lalu detik berikutnya dimatikan lagi dan Rara kembali bolak-balik. Jam dinding menunjukkan pukul 2 pagi.
Rara
Run!
36. INT. KAMAR RUNI — NIGHT
Intercut telepon Runi dan Rara
Runi
(Berusaha membuka mata dan berbicara dengan suara kantuk)
Apaan sih lu? Jam berapa ini?
Rara
Iya, gue tau ini waktunya tidur. Tapi dari dari gue ga bisa tidur karena mikirin satu ide.
Runi
(Menjauhkan ponselnya sejenak dan dipandang sesaat lalu menempelkannya kembali di telinga)
Sepenting apa sih?
Rara
Penting banget! Jadi--
Runi
(Memotong)
Langsung aja ke intinya!
Rara
Oke. Gini Run, gimana kalau kita ikut organisasi himpunan?
Runi membuka matanya lebar-lebar. Lalu ia duduk di atas tempat tidur.
Runi
Gue ga salah denger? Lu ga lagi ngigo kan?
Rara
Gak Run. Ini gue 100% sadar.
Runi
Maksud gue, kenapa tiba-tiba? Apa tujuannya kita ikut himpunan sialan itu? Padahal kemarin-kemarin kita mati-matian ngehindar ga mau ikut himpunan?
Rara
Coba pikirin Run, kalau kita masuk organisasi, kita bakal punya banyak temen baru. Bisa lebih besar kemungkinannya kita dapet pacar.
Runi
Kali ini gue ga ikut deh. Lu aja sana.
Rara
Coba dulu, Run. Please..
Runi
Kalo yang lain, bisa aja gue coba. Tapi ikut himpunan? (Tersenyum kecut) Ga akan pernah!
(Mengakhiri panggilan)
Runi meletakkan kembali ponselnya di meja kecil di sebelah tempat tidurnya. Lalu ia kembali berbaring dan menyelimuti dirinya sendiri.
Sementara Rara menatap layar ponselnya dengan alis yang turun. Kemudian ia terduduk di kursi belajarnya dan meletakkan ponselnya di meja.
Cut to:
37. INT. KELAS — DAY
Cast : Runi dan Rara
Para mahasiswa berangsur-angsur keluar dari kelas. Hanya menyisakan beberapa mahasiswa saja.
Salsa
Kita duluan ya.
Salsa dan beberapa mahasiswi lain menyapa Rara dan Runi.
Rara
Oke oke.
Sisanya satu per satu keluar dari kelas hingga tersisa Runi dan Rara.
Rara
Run..
Runi
(Wajah dan suara datar)
Hm?
Rara
Ayo Run, kita ikut himpunan.
Runi
(Menoleh ke arah Rara)
Ya ampun Ra, lu ngajakin dari gue dari libur semester kemarin loh. Sekarang kita udah masuk semester 5, masih ngajakin juga? (menghela napas) Ga cukup penolakan gue selama ini?
Rara
Lu kenapa sih sensi banget sama himpunan?
Runi
Gak Ra. Gue ga ada masalah sama himpunan. Tapi, gue ga suka aja sama orang-orangnya. Apalagi Eriska. Dia paling sering nyindir kita. Lu ngerasa ga sih selama ini?
Rara
Iya iya, gue ngerasa. Gue juga sadar. Tapi udahlah Run, dia mungkin emang ga suka aja sama kita. Alhasil apapun yang kita lakuin bakal selalu salah di mata dia. Jangan cuma karena ada dia di himpunan, lu jadi mikir seluruh himpunan sejelek itu. Lupain aja luka yang dulu. Ga penting juga lagi.
Runi
Lupain? (Tertawa getir) Ga gampang buat gue Ra. Jangan bilang lu udah lupa ya, kita sering dikatain sok sok-an cuma karena lebih aktif dan berprestasi di luar kampus, diremehin karena kita ga ikut himpunan. Dibilangnya kita ga akan sukses kalau ga ikut organisasi. Dituduh provokasi orang-orang biar ga ikut himpunan. Padahal itu ga bener sama sekali. Dan sekarang lu minta gue gabung sama orang yang udah rendahi kita? Gue sih ogah.
(Emosional sampai mata berkaca-kaca)
Rara
Run.. Kita udah dewasa sekarang, masa mau kekanak-kanakan gitu? Yang dulu udahlah biarin, sekarang, kita juga udah beda. Punya tujuan baru. Dan mereka pasti bersikap baik kok sama kita. Ini kan maunya mereka, kita masuk himpunan.
Runi
Udahlah berisik. Bacot Lu!
Runi meninggalkan Rara sendiri di ruangan itu. Rara memukul meja cukup keras dan menatap tajam ke arah Runi yang hanya bisa terlihat bagian belakangnya.
Cut to: