78. INT. RUMAH RUNI — NIGHT
Cast : Runi, Ibu Runi, Bapak Runi, Reqa, dan Rama
Runi menghela napas di depan pintu rumahnya. Lalu ia menyiapkan senyum untuk ditampilkan pada orang rumah. Ketika Runi merasa siap, barulah ia menggenggam gagang pintu.
(O.S)
Braaaaak!
(Suara dari dalam rumah)
Runi terbelalak dan langsung membuka pintu. Ketika masuk, dua adiknya, Reqa dan Rama langsung berlari memburu Runi.
Rama
Kakaaaaaak!
(Berlari menghampiri Runi sambil menangis)
Reqa
(Memeluk Runi dari belakang)
Aku takut, Kak.
Runi mencari tahu sumber keributan dengan melihat ke sekeliling rumah.
Ibu Runi (O.S)
Rusakin aja semua! Rusak! Udah kelilit utang, barang juga abis. Puas?
Bapak Runi (O.S)
Berisik!
Dug!
Runi menggiring adik-adiknya untuk masuk ke kamar Runi.
Runi
Kalian diem disini, Kakak mau coba lerai Ibu sama Bapak.
Rama menahan Runi dengan menarik tangannya dengan berlinang air mata sambil geleng kepala. Matanya seolah memohon Runi untuk tidak pergi. Sementara Reqa berdiri di depan pintu dan merentangkan kedua tangannya.
Reqa
Jangan Kak, gimana kalo Kakak dimarahin Bapak lagi..
(napas tersengal-sengal)
trus ditam--
Runi langsung memeluk Reqa yang kini menangis dan membalas pelukan Runi. Runi juga ikut menangis.
Bapak Runi (O.S)
Itu hak Bapak! Kenapa Ibu larang?
Ibu Runi (O.S)
Minjem uang di pinjol itu cuma tambah masalah, Pak! Berkali-kali Ibu bilang jangan nambah utang. Kita udah punya banyak utang dimana-mana.
Kemudian mereka bertiga duduk di atas tempat tidur. Runi duduk di tengah dengan tangan merangkul dua adiknya di sisi kanan dan kiri.
Runi
Sebentar lagi juga ibu sama bapak baikkan, kok.
(Tersenyum untuk meyakinkan adik-adiknya)
Runi mengelus pundak kedua adiknya, lalu mencium kepalanya satu per satu.
Flashback:
79. INT. RUMAH RUNI (5 TAHUN LALU) — DAY
Cast : Runi, Reqa, Ibu Runi, dan Bapak Runi
Runi masih SMP sedangkan Reqa masih SD. Runi dan Reqa bersembunyi di balik tubuh ibu Runi yang sedang hamil besar.
Ibu Runi
Tega ya, aku lagi hamil gini kamu malah selingkuh!
Bapak Runi gelisah dan memegangi bagian belakang kepalanya.
Bapak Runi
Itu khilaf Bu. Lagian dia yang mulai duluan.
(Memegang tangan ibu Runi)
Ibu Runi
(Melepa genggaman tangan bapak Runi)
Alah! Udahlah, aku mau minta cerai! Gak tahan aku.
Bapak Runi
Jangan asal ngomong kamu!
Ibu Runi
Gak! Pokonya aku mau sampai disini aja. Anak-anak semua ikut aku.
(Ibu Runi menggandeng Runi dan Reqa)
Bapak Runi
Gak bisa! Seenggaknya Runi ikut aku.
(Menggaet tangan Runi membuat tubuh Runi terguncang)
Runi langsung melepaskan tangan bapaknya.
Runi
Gak mau! Aku benci Bapak.
Bapak Runi terperangah, lalu menampar pipi Runi. Sontak Runi memegangi pipi kirinya dan menangis. Kemudian Ibu Runi memeluk Runi.
Ibu Runi
Beraninya kamu nampar anak kamu sendiri?
(Menangis)
Dia ini anak perempuan. Gimana kalau dia trauma?!
Ibu Runi mengelus kepala Runi yang masih meringis kesakitan.
Ibu Runi
(Memegangi perutnya)
Aw.. aduh, kayanya ini kontraksi deh.
Bapak Runi sigap memegangi tubuh ibu Runi yang mulai melemah.
Bapak Runi
Runi, panggil bidan Popi.
Runi kemudian berlari sambil menangis keluar rumah untuk memanggil bidan seperti yang diperintahkan bapaknya.
Back to scene:
Runi beranjak dari tempat tidur.
Runi
Kalian harus tetep disini. Kakak janji, kakak bakal baik-baik aja.
Runi keluar kamar dan menghampiri orang tuanya di kamar.
Runi
Ada apa ini?
Bapak
Gak sopan kamu main masuk ke kamar orang tua.
Runi
Bapak lebih ga sopan teriak-teriak jam segini. Orang lain pasti keganggu Pak.
Ibu Runi menghampiri Runi yang berdiri di ambang pintu.
Ibu Runi
Kak, udah sana. Jangan ikut campur.
Runi
Ga bisa Bu. Kali ini aku ga bisa diem, liat ibu dibentak-bentak dari tadi.
Bapak Runi
Udah sana, kamu mana ngerti urusan orang tua.
Runi
Bapak kenapa sih, ga bisa berhenti repotin Ibu? Bapak selalu gini. Ngutang sana sini, trus ilang. Udah gitu Ibu yang harus bayar semuanya. Bapak tuh sebenernya sayang ga sih sama ibu? Sama kita?!
Bapak Runi mendekat ke arah Runi.
Bapak Runi
Bapak ngutang.. itu demi kalian juga. Buat biaya kuliah kamu juga. Mikir!
Runi tertawa sinis sambil menahan tangis.
Runi
Demi kita sebelah mananya pak? Selama ini kita hidup pas-pasan aja tuh. Ga ada kemajuan. Sedangkan bapak di luar bisa foya-foya.
Bapak Runi
Ga bersyukur banget kamu jadi anak. Bapak emang cuma cleaning service, tapi bukan berarti kamu bisa ga ngehargain Bapak kayak gini. Gimanapun, Bapak ini tetep bapak kamu.
Runi terus menatap bapaknya sambil menangis.
Bapak Runi
Kamu bapak kuliahin itu biar pinter. Bukan biar bisa lawan orang tua.
Ibu Runi
Udah.. udah.. Bapak maafin Runi ya, dia cuma khawatir karena kamu teriak-teriak. Kakak, udah ya. Bapak mungkin capek jadi ga bisa kontrol emosi. Gapapa, ibu yakin utang kali ini bisa lunas kaya utang-utang sebelumnya.
Runi
Aku capek denger kalian berantem terus!
(Teriak penuh emosi)
Kasian Reqa sama Rama. Mereka bisa aja trauma kalo liat ibu sama bapak berantem terus kaya gini.
Runi pergi meninggalkan orang tuanya yang termenung.
Cut to:
80. EXT. JALAN — DAY - Montage
Cast : Runi
A. Runi mengendarai motor di tengah padatnya lalu lintas.
B. Di lampu merah, Runi bercermin di kaca spion. Terlihat matanya masih sedikit bengkak.
C. Runi mengangkat wajahnya ke sampai menghadap ke atas langit dan terpapar sinar matahari.
D. Runi melanjutkan perjalanan.
E. Establish pemandangan jalan.
End Montage
81. INT. KANTIN KAMPUS — DAY
Cast : Runi dan Rara
Rara terus mengaduk makanan di hadapannya dengan tatapan kosong. Sementara Rara yang duduk di sebelahnya tak henti memperhatikan Runi.
Rara
Lu kenapa Run?
Runi terkesiap dan kaget.
Runi
Gak kenapa-napa.
Menggigit kerupuk.
Rara
(Mengunyah kerupuk)
Lu ga bisa boong depan gua Run. Gua langsung tau begitu liat mata lu doang.
Runi menyimpan sendok di piring dan membuat badannya menjadi tegap.
Runi
Kayanya gue ga berhak dicintai. Gue ga yakin bakal nemu orang yang benar-benar sayang sama gue.
Rara mengerutkan dahinya.
Rara
Lu kenapa dah?
Runi
Gak. Gue tiba-tiba ga nafsu makan. Bayarin dulu ya Ra. Gue cabut ke perpus dulu.
Runi pergi membawa tasnya tanpa berkata apapun lagi. Meninggalkan Rara yang terus menatap Runi hingga Runi hilang dari pandangan.
Cut to: