Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Gudeg Kalengku
Suka
Favorit
Bagikan
34. #Kenyataan Pada Mulanya

INT. DAY, GALERI SENI MALEIA

PRAMANA
Sehat Ya? (menunjuk label tidak jual pada satu lukisan Maleia) kenapa gak dijual? 
MALEIA
Gak papa, ini masterpiecenya galeri. Pertama kali aku kombinasi kubisme dan ekspresionisme. Ada urusan di Jogja Pram?
PRAMANA
(tidak mengacuhkan pertanyaan Maleia) Aku baru tau selain kubisme dan ekspresionisme, ternyata kamu jago banget bikin aliran romantisisme, impresionisme, dan realisme. Dari ujung sana itu cerita tentang kita waktu pertama kali ketemu kan? Tapi aku paling suka cerita tentang trip pertama kita ke Jepang. Karya pertama kamu di ruang kerja yang selalu malu ditunjukin ke aku
MALEIA
Pram...
PRAMANA
Ini semua rangkaian cerita tentang kita kan Ya (menunjuk dua lukisan di sebelah kanan mereka) aku gak tau kapan kamu beresinnya yang jelas sebelum galeri ini buka. Tentang kamu dan Diyan. Aku cuma inget waktu kamu lagi baby blues, kamu alihin ke dua lukisan itu. Aku bodoh banget ya, selalu hina mimpi kamu. Padahal buku tentang Henry Fuseli, Picasso, Basuki Abdullah, Edouard Manet sampai terakhir Ernst Ludwig Kirchner selalu nyebar di setiap sudut rumah.

Maleia menahan air matanya agar tidak jatuh, masih tidak mempercayai Pramana yang sangat kaku dan tidak terlihat mendukung ambisinya ternyata memahami tentang dirinya. 

PRAMANA (cont’d)
Cerita tentang galeri kamu ada di mana-mana. Papa sempet nyindir aku dan mama pas dia baca artikel tentang galeri kamu (mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung celana) aku bukan gak dukung mimpi kamu Ya (pause) selama pandemi, kalo pasangan lain semakin deket, aku ngerasa kita semakin jauh. Aku melihat kamu sibuk sendiri dan komunikasi kita semakin kurang. Aku mau kita yang dulu tapi kamu selalu menjaga jarak, aku mikir apakah ada yang salah sama aku, sama hubungan kita? 
MALEIA
Pram, aku yang salah. Aku baru sadar setelah kita pisah. Semua ini gak bakal terjadi kalo aku gak mentingin ego aku, please stop blaming yourself.
PRAMANA
You too Ya (mengusap pipi Maleia) maaf dulu gak terlalu vokal bilang, kalo aku sayang kamu, aku dukung usaha kamu (menyerahkan sebuah kunci) aku baca semua buku tentang pelukis-pelukis yang ada di rumah, kalo boleh jujur. Aku selalu seneng liat kamu kalo lagi ngelukis. Ini ada satu ruko strategis di daerah Jakbar, mungkin kamu mau memuaskan mata fans kamu di Jakarta, silakan dipake Ya. Aku niatnya mau kasih kunci ini sebelum kamu ke Jogja tapi keduluan sama Sena.
MALEIA
(melihat kunci di tangannya) Kenapa? Kenapa baru sekarang kamu bilang Pram?
PRAMANA
Kamu tau kenapa aku selalu membiarkan kamu pergi ke Jogja, memaklumi kamu yang sibuknya melebihi ibu pejabat, itu semua karena aku sebetulnya mencoba mendukung kamu. Tapi aku mau kamu memperbaiki dulu hubungan kita Ya, cuma aku salah mengkomunikasikannya. Aku terlalu pengecut membela kamu di depan mama, terlalu payah jadi suami kamu karena tidak berusaha lebih kuat untuk pernikahan kita (pause) aku juga terlalu jahat memisahkan kamu sama Diyan. Kalo masih ada pintu maaf buat aku, tolong kasih aku kesempatan untuk memperbaikinya walaupun terlambat.
MALEIA
Aku kangen Diyan, tolong biarin aku ketemu Diyan.

Pramana tertawa pelan, ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang yang Maleia kenal. Tak berapa lama, pintu galeri terbuka dan lengkingan suara anak kecil yang dirindukan Maleia menggema dan berlari ke arah Maleia. 

Maleia menyambut dan memeluk Diyan sangat erat. Menciumi anak lelakinya dari dahi, pipi, dan kedua tangan Diyan. 

DIYAN
Ini galeri aku ya? Kenapa ada nama aku?
MALEIA
Iya, Mama bikin buat Diyan (mengusap wajah Diyan) Mama kangen Diyan.
DIYAN
Aku juga kangen Mama.

Pertemuan ibu dan anak itu sedikit terusik ketika suara Mama Latifa terdengar.

MAMA LATIFA
Ehem, lama gak ketemu ternyata kamu masih begini aja.
PRAMANA
Ma, cukup. Aku izinin Mama ikut karena Mama bilang mau minta maaf sama Maleia. Penasaran sama galeri Maleia kayak apa. Please behave Ma.
MAMA LATIFA
Minta maaf apa? Mama cuma penasaran sama galeri yang sering diomongin temen-temen Mama itu (melihat sekeliling) biasa aja kok, ini emang sepi gini?
MALEIA
(menyalami tangan mantan mertuanya) Mama sehat? Bukan sepi Ma, aku dan tim sudah ada sistem supaya galeri ini tetep berjalan. Eventnya baru dua minggu lagi, sekarang lagi persiapaan dan cuma terima tamu yang udah booking dari sebulan lalu buat dateng ke galeri.
MAMA LATIFA
Sombong amat cuma terima tamu penting. Bilang aja kalo gak ada penghasilan. Mama ngerti kok.

Gia dan Santi yang mendengar sindiran dari Mama Latifa, mendengus kesal. Secara inisiatif tinggi, Gia mengambil laporan penjualan galeri dan berjalan mendekati Maleia.

GIA
Mbak, Mr. Gale mau konfirmasi. Lukisan permintaan dia untuk dikirim ke Polandia bisa aku approve hari ini? 
MALEIA
Approve aja Gi, kayaknya bisa aku beresin sebelum event, tapi bilang ya harganya naik. Susah banget ngikutin maunya dia sekarang.
GIA
(melihat Mama Latifa) Gampang Mbak, aku jadiin nih ya 3500 dolar. 
MALEIA
Hah? Gak kemahalan Gi? Kenapa naik 100 persen banget?
GIA
Lah ya biar jadi kita bikin cabang di Bali Mbak.

Mama Latifa membuang pandangannya, berjalan menjauh, dan pura-pura melihat galeri. Pramana dan Maleia menahan tawa agar tidak meledak saat itu juga. 

MALEIA
Durhaka loh kamu nanti Bang.
PRAMANA
Biarin, udah makan siang belum Ya? Di sini ada rekomendasi makan enak apa? 
MALEIA
Diyan mau makan apa? Mau yang deket es krim gak?
DIYAN
Mauuuuu.
MALEIA
Gak dilarang makan es krim lagi kan Diyan? 
PRAMANA
Masih tapi aku selalu kalah kan kalo Diyan deket sama Mamanya.

Maleia mengajak Diyan, Pramana, dan Mama latifa untuk makan siang di salah satu restoran yang Maleia suka. Ia menceritakan semua tentang Jogja dan galerinya. Maleia juga mengajukan diri untuk membayar makan siang mereka. 

DIYAN
Diyan ikut Mama boleh ya Pa.
PRAMANA
Tanya Mama, ganggu gak?
MALEIA
Gak dong, Mama libur deh selama Diyan di sini. Oya rencana berapa lama di Jogja, Pram?
MAMA LATIFA
Kalo bisa besok udah pulang, masih banyak yang diurus buat pesta tunangan Pram sama Via.
MALEIA
Oh, ya udah hari ini Diyan nginep aja di rumah aku. Besok aku anter ke hotel atau bandara. Kabarin aku aja Pram.

Pramana merasa tidak enak pada Maleia. Sempat protes pada mamanya, ia mengejar Maleia yang hendak masuk mobil dan menawarkan untuk menyetir. 

MALEIA
Mama gimana? Mas ditinggal sendiri.
PRAMANA
Gak papa, itu sebenernya mama mau ikut juga karena ada arisan. Aku udah suruh sopir buat anterin mama. Ini rumah kamu di daerah mana Ya? 
MALEIA
Daerah Depok, nanti aku tunjukin.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar