Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. MORNING, BANDARA SOEKARNO HATTA DAN PESAWAT
Maleia dan Eva lari-lari sambil mendorong trolley masuk ke arah counter check in sedangkan Cilla masih sibuk dengan ponselnya untuk mengabadikan momen liburan.
Maleia mengeluarkan ponsel berisi bookingan tiket pesawat berserta KTP-nya dan KTP dua sahabatnya yang sebelum turun dari mobil sempat ia mintakan.
Setelah proses check-in, mereka bertiga bergerak menuju gate penerbangan dan mulai sibuk membicarakan rencana perjalanan selama di Yogyakarta. Tidak lupa Maleia dan Eva membeli cemilan dan kopi karena tidak sempat sarapan. Sampai panggilan penerbangan mereka menyuruh mereka segera menuju ke garbarata.
Sesampainya di kabin pesawat. Susunan bangku yang disusun oleh Cilla membuat mereka bertiga terpisah. Maleia di 6A, Eva 7A, dan Cilla di 8A. Sibuk dengan bawaannya sendiri, Maleia sedikit berteriak pada seorang perempuan dan laki-laki yang sudah duduk satu baris dengan Maleia untuk memberikannya ruang agar ia bisa masuk ke bangkunya.
Setelah dua orang itu menyingkir, Maleia mulai heboh mengatur barang bawaannya sendiri. Ia sempat meminta tolong Cilla yang sedang memasukkan barang ke atas bagasi kabin untuk memasukkan backpacknya tetapi Cilla menolak dengan alasan ribet. Maleia akhirnya meletakkan tote bag dan backpacknya di bawah kaki.
Selama penerbangan Maleia sibuk mengabadikan momen sunrise di ponselnya sampai ia baru menyadari laki-laki yang duduk di sampingnya menarik perhatian Maleia.
Maleia memutar tubuhnya untuk berbicara dengan Eva disela-sela bangku.
Eva hanya bisa mengekeh lalu menyampaikan ucapan Maleia kepada Cilla melalui ketikan di note ponsel. Tak berapa lama, Eva menunjukkan ketikannya pada Maleia.
Terbang melintasi langit pagi yang memunculkan sinar matahari. Maleia mengeluarkan novelnya, membuka cemilannya dan meminum kopi. Namun, itu hanya bertahan beberapa saat.
Pergerakan tanpa suara diciptakan Maleia. Ia kembali sibuk mengambil momen penerbangan dengan ponselnya, dan tidak sengaja menyenggol gelas kopi yang ia beli hingga tumpah. Ia lalu rusuh sendiri untuk mengeringkan karena kopinya tumpah tepat di atas backpack. Novel yang ia baca tidak lagi menggugah seleranya, dari ekor matanya ia bisa melihat laki-laki sebelah menengok ke arah kiri. Entah memperhatikan pemandangan atau memang risih dengan pergerakan Maleia.
20 menit sebelum mendarat Maleia mengambil video ke arah luar jendela. Kakinya sudah melebar karena backpack dan tote bag yang ia berdirikan di bawah kaki. Berpikir nanti akan lebih mudah untuk segera turun.
Ketika ia sibuk menjepit rambut ungunya, saat itu pula tatapan matanya bertemu pandang dengan laki-laki sebelah. Meski tertutup masker, Maleia bisa melihat dengan jelas ada senyuman terukir dibalik masker putih laki-laki itu. Maleia membalas senyuman itu lalu membuang pandangannya ke jendela. Tangannya mungkin sibuk merekam tapi otaknya mulai lari ke mana-mana. Setelah enam tahun, bisa juga dirinya kembali seperti anak remaja bau kencur. Salah tingkah.
Kejadian berikutnya di luar prediksi Maleia. Di awal penerbangan laki-laki di sebelahnya ini seperti menjaga jarak tetapi mendadak sekarang, ia merapatkan kaki kirinya ke arah kaki kanan Maleia. Awalnya Maleia berpikir ia sudah mengambil banyak jatah tempat sehingga laki-laki itu menuntut jatah tempatnya. Namun, kaki laki-laki itu bergerak mendekat lagi ke arah kaki Maleia saat Maleia menjauh.
Tidak berhenti di situ, menunggu momen untuk merekam, tangan Maleia ia letakkan di handle bangku berbagi dengan laki-laki itu. Tanpa aba-aba, tangan kiri laki-laki itu merapat pada tangan kanan Maleia. Sentuhan fisik tidak bisa dihindari. Maleia diam, ia tidak mengangkat atau menyingkirkan tangannya. Ada perasaan menggelitik ketika mereka bersentuhan.
Laki-laki itu menoleh beberapa kali ke arah jendela. Maleia memberanikan diri melihat, lagi-lagi mereka bertemu pandang. Ada senyuman yang tercetak pada keduanya. Detak jantung Maleia berdetak kencang saat Maleia melihat laki-laki itu membuka maskernya untuk minum dan bertanya lagi pada ‘mbak’-nya mau minum atau tidak.
Maleia bisa melihat jelas alis tebal menaungi sepasang mata bulat berbola mata hitam, hidung mancung, bibir sedikit tebal yang entah mengapa terasa pas pada laki-laki itu, dan bayangan cambang di dagu berhasil ditangkap oleh mata Maleia.
Merasa dilihat, laki-laki itu menurunkan pandangan, melihat sepasang mata Maleia dengan tatapan yang sulit diartikan. Maleia menganggap laki-laki ini menunggu ia berbicara tetapi entah apa yang harus Maleia katakan. Lidahnya kelu, padahal ia terbiasa mengajak orang lain berbicara apa pun topiknya. Sekarang terasa aneh.
Mereka berdua hanya mampu mencuri pandang sampai pesawat berhenti dan mempersiapkan penumpang untuk turun.
CUT TO: