Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Gudeg Kalengku
Suka
Favorit
Bagikan
25. #Perlahan Untuk Mimpi

INT. DAY, SALAH SATU BANGUNAN DI YOGYAKARTA

Maleia menggeser berbagai macam foto lukisan dari tablet yang segera ia tunjukan pada Sena. Penuh semangat Maleia tidak lupa memberikan gambaran rancangan desain galeri seni yang ia inginkan.

MALEIA
Ini tuh gambaran kasar aku sih Sen. Nah, aku tau graphic designer sama arsitek itu beda. Cuma, bantuin dong Sen, bikinin desain buat galeri seni aku.
SENA
Kalem Ya (fokus melihat tablet Maleia) ini daripada aku yang bikin mending kamu minta sama Galang. Dia tuh sebenernya arsitek cuma kebanyakan nganggurnya. 
MALEIA
Karena? 
SENA
Nganggur ngelukis terus tapi gak ada niatan di jual karyanya. 
MALEIA
Pas, aku suruh mas Galang kerja bareng aku aja lah. By the way (menarik Sena melihat salah satu sudut) menurut kamu kalo di sini aku pajang karya pahat gitu bagus gak? Sayang sudut ini ada space cuma gak akan cukup masukin lukisan karena ada pembatas tembok.
SENA
Sebentar, kamu jadi ambil bangunan ini? Lumayan Ya dia jualnya dua lantai harganya gak main-main.
MALEIA
Aman, bismillah ada uangnya.
SENA
Udah izin suami kamu?

Air muka Maleia berubah menjadi tidak enak. Ia menyandarkan tubuhnya ke arah dinding. Helaan napas dan menatap kesembarang arah asal jangan melihat ke Sena ia lakukan. Maleia memaksakan senyumannya. 

SENA
Eh Ya, hari ini aku mau kumpul sama anak-anak seni di rumah gantung. Mau ikut gak? 
MALEIA
Rumah gantung? Daerah mana?
SENA
Rumah ibuku, di daerah umbulharjo. Ibu lagi gak ada di rumah sih, sama ayah lagi di Bali. Ada acara keluarga di sana. 
MALEIA
Terus ada acara keluarga kamu gak dateng? Rumah gantung tuh gimana? Rumahnya kegantung?
SENA
Kebiasaan kalo nanya suka gak satu-satu. Udah ada kakak sama adeku kesana. Lagian kalo aku kesana siapa yang dari kemarin nemenin kamu muter-muter (pause) rumah gantung itu mending kamu liat sendiri.
MALEIA
Ok boleh sekalian aku mikir-mikir lagi, mau ambil ini atau ruko yang kemarin. 

CUT TO:

Maleia turun dari mobil Sena dengan ekspresi takjub. Rumah ibu Sena terlihat sangat mewah bernuansa Bali. Semakin dalam ia masuk ke dalam rumah, kesenian pahat sangat mendominasi pajangan rumah. Dan Maleia tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya melihat sebuah rumah di halaman belakang berbentuk seperti rumah burung raksasa di mana atap rumahnya tersambung dengan akar pohon yang menjadi salah satu penyangga rumah. 

SENA
Kalo orang lain punya rumah pohon. Ibu bikin konsep rumah burung. Kayak sarang gitu, dibantu sama ayah waktu bikinnya. Karena ada akar rumah yang ngerambat ke atap rumah, makanya disebut rumah gantung. Anak-anak masih di jalan, masuk dulu aja Ya. Aku mau nelpon ibu dulu.

Maleia menurut, ia berjalan mendekati rumah gantung dan membuka pintunya. Lagi dan lagi Maleia tercengang dengan konsep rumah ini. Semuanya terbuat dari kayu, memang diperuntukkan untuk berkumpul dan segala macam kegiatan kesenian tergambar jelas di dalam rumah. Di dominasi untuk kegiatan seni pahat. Maleia bisa melihat berbagai macam alat untuk memproduksi karya pahat. 

Maleia mendekati beberapa kanvas yang berdiri bertumpuk. Ia melihat-lihat sementara Sena yang sudah selesai menelfon tersenyum dari pintu.

SENA (cont’d)
Aku percaya kalo emang lukisan itu magnet ampuh yang bikin kamu gak moodyan. Padahal di sini ibu dan anak-anak meninggalkan jejak karya-karya mereka. Ada pahatan, kerajinan tanah liat, anyaman, rajutan tapi kamu (pause) selalu kembali ke kanvas .
MALEIA
(mengedikkan bahu) Mungkin cuma lukisan media aku untuk bercerita. Aku suka baca tapi aku gak bisa nulis. Jadi aku rasa untuk numpahin isi kepalaku cuma lewat karya lukis
Sena berjalan ke salah satu sudut, mengambil salah satu kanvas kosong berukuran sedang dan menyerahkannya ke Maleia. 
SENA
Kalo gitu apa yang sekarang kamu rasain, tumpahin di sini. Aku tau hidupmu di ibukota lagi gak baik-baik aja.

Maleia mengambil kanvas itu dari tangan Sena. Menatap kanvas kosong tanpa ada keinginan untuk segera mengisinya. Ia meletakkan kanvas itu ke salah satu penyangga tempat lukis. 

MALEIA
Pramana dulu gak kayak sekarang. Dulu segala hal yang dilakuin bareng dia selalu menyenangkan. Kami suka traveling even waktu itu Diyan, anak kami masih bayi. Aku suka banget sama Jepang dan Spanyol sampe bela-belain belajar bahasanya karena Pram janji suatu saat hidup kami akan berada di salah satu negara itu (pause) Pram itu ambisius banget untuk menjadi seseorang karena sadar waktu kecil hidupnya susah. Ia belajar bahasa Mandari karena menurut dia, bahasa internasional selain Inggris, untuk bisnis itu adalah Mandarin. 
SENA
Udah berapa lama nikah? 
MALEIA
Enam tahun. Aku kenal Pram karena dulu dia kating aku waktu kuliah. Mamanya pisah sama papa kandungnya, dia punya dua adik. Sebelum ibunya nikah lagi, Pram itu harus banting tulang ngurus keluarganya sendiri. Mau tau yang lucu gak?
SENA
Apa?
MALEIA
Aku deket sama Pram yang sombongnya minta ampun mentang-mentang dia jadi asdos, waktu aku gak sengaja baretin motor dia (tersenyum) perkara minta maaf dan janji benerin motor dia, modal nekat aku ngajak dia ngedate. Penasaran sama senior yang di idolain sama semua perempuan tapi gak pernah ada satu pun yang nyangkut. 
SENA
Jangan bilang yanga ngajak nikah duluan itu kamu?
MALEIA
(tertawa) Awalnya gitu tapi setelah tau kelakuan emaknya ya astaga luar biasa lebih nyebelin dari anaknya, aku sempet mundur sampe suatu waktu aku liat Pram nangis. Gila, aku mikirnya waktu itu : ‘bisa juga laki-laki sombong nangis, tumben’ aku tanya ada apa mungkin aku bisa bantu. Ya dia bingung mikirin ade-adenya. Sania, adenya yang paling kecil terancam gak bisa lanjutin sekolah karena duit keluarga mereka pas-pasan. Aku akhirnya izin ke bapak, boleh gak beberapa persen dari gaji freelanceku dan sedikit tabungan dari bapak itu buat bantu Pram sama keluarganya.

Maleia memutar-mutar cincin pernikahannya, pikirannya menerawang mengingat masa lalu. 

MALEIA (cont’d)
Aku terlanjur sayang sama Pram. Aku bantu sebisa aku walaupun mama Pram mandang aku sebelah mata. Pelan-pelan kehidupan Pram berubah, kalo cerita orang lain mereka ditinggalkan. Pram masih ada di sampingku, rencana terbaik untuk kami selalu dirancang sama Pram tapi itu semua berubah satu tahun kebelakang, pas aku bilang mau maju untuk mimpiku, mau banggain bapak yang udah gak ada.

Perlahan air mata Maleia turun. Sena menepuk dan mengelus lengan Maleia, mencoba menenangkan. Namun, tangisan Maleia tidak berhenti justru semakin banyak air mata keluar. Sena menarik Maleia ke dalam pelukannya.

SENA
Ya, pernikahan kamu lagi diuji. Kamu masih sayang sama Pram, apa pun yang lagi kalian hadapi pasti ada jalan keluarnya. Pram pasti punya alasan kenapa ngelarang kamu. Kalian udah pernah bicara belum?
MALEIA
(menggeleng) Aku...ngerasa udah...gak ada lagi...harapan (terbata-bata)

Sena melonggarkan pelukannya, merapikan rambut Maleia yang berantakan terkena air mata. 

SENA
Pasti ada, ngomong dulu sama suami kamu. Jelasin, kasih dia pengertian kenapa dia harus dukung kamu, why he needs to support your dream. Komunikasin Ya, kalian ada anak yang bakal jadi korban kalo kalian gak mau berkepala dingin.
MALEIA
Sen, aku...
GIA
MAS SENA!!!! ADA DI RUMAH GANTUNG NDAK?

Buru-buru Sena dan Maleia saling menjauh setelah mendengar teriakan dari luar rumah gantung. 

SENA
Ada Gi, masuk aja.

Seorang perempuan berambut panjang, menggunakan pakaian santai seperti baru habis pulang kuliah masuk, membawa banyak peralatan pahat. 

GIA
Eh ada tamu toh (menghampiri Maleia) sopo jeneng e Mbak? (mengulurkan tangan) 
MALEIA
(menyambut uluran tangan) Leia.
GIA
Gia, iki mbaknya habis nangis? (melihat Sena) wah, Mas Sena apain? 
SENA
Loh kok aku? Pantang aku bikin perempuan nangis. Ngomong-ngomong Ya, udah ngerti bahasa Jawa sekarang?
MALEIA
(tertawa pelan) Dibikin ngerti dong, kan mau jadi warga sini.
GIA
Hah? Mbak Leia ini soponya Mas Sena? Ndak mungkin pacar toh?

Sena mendelik ke arah Gia, Maleia tertawa melihat reaksi Sena. 

MALEIA
Susah jadi pacar Sena, banyak fansnya. Ngakunya introvert tapi temennya banyak banget.
GIA
Nah itu, aku juga sering ndak percaya Mas Sena introvert. Mosok kesana kemari ada kenalannya. 
TIGA ORANG 
Assalamualikum, wah ada member baru .
SENA, GIA, MALEIA
Waalaikumsalam .
SENA
Kenalin Ya, Bayu, Santi, Agus.

Maleia mendekat dan mengajak berkenalan. Ia merasa nyaman berada di lingkungan Sena. Semuanya sangat ramah dan menerima Maleia sangat baik. Maleia bisa sharing apa pun tentang seni dan baik Gia, Bayu, Santi, dan Agus mendukung serta menyambut baik kalau Maleia jadi membuka galeri seninya. Mereka siap membantu. 

MALEIA
Tapi ini bener gak bakal ganggu kuliah kalian? 
AGUS
Ndak lah Mbak, kami seneng jadi bisa sekalian ajuin magang di tempat Mbak Aya nih .
SANTI
Mbak Aya, mbak Aya sok kenal banget kamu. 
AGUS
Loh Mas Sena aja panggilnya Aya, berarti Mbak Aya toh? 
GIA
Yee Mas Sena sama Mbak Leia udah deket, temen lama. Kowek sopo manggil-manggil Mbak Leia pake panggilan Mbak Aya.
MALEIA
Ya ampun (tertawa) mau Aya, Leia sama aja kok. Aku sama Sena juga baru kenal tiga bulan. Lebih lama kalian.
BAYU
Mbak Leia rencana kapan mau buka? Aku siap bantu, temen-temen jurusan juga kayaknya mau bantu kalo diajakin. Apalagi di belakangnya ada Mas Sena, mas jambang sama mas Galang. Wih itu temen-temen ngefans Mbak sama mereka bertiga.
SANTI
Iyo Mbak, bilang aja. Nanti kami siap bantu. Pasti keren galerinya, konsep galeri kayak rancangan tadi soalnya belum ada Mbak di Jogja.

Sena mengetikkan sesuatu pada ponselnya yang ia kirimkan pada Maleia. Melihat Maleia tampak antusias berbicara pada anak-anak, Sena menyingkir ke arah meja kerja ibunya. 

SENA (V.O.)
Ketawa terus Ya, kalo ada satu yang menghakimi kamu, ada seribu pasukan siap dukung kamu.

Maleia tersenyum membaca pesan Sena. Ia mengucapkan ‘terima kasih’ tanpa suara pada Sena. 

TIME CUT:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar